All language subtitles for A.Merry.Christmas.Wish.2022.WEB-DL.NF.id

Jadi, kami tiba di pantai. Akhirnya.

Bill, ini kali pertamanya aku naik kayak.

Saat aku berusaha turun dari perahu,

kakiku tersangkut di sisi perahu itu.

Lalu kami terbalik.

Ingat, ini David.
Dia kepala perusahaan olahraga air.

Dia tercebur di depan semua karyawannya.

Memang, ini bukan momen terbaikku.

Itu kali pertama dan terakhir
aku mengajak klien naik kayak.

Untungnya, kepiawaian Janie
dalam pemasaran

berdampak baik bagi perusahaannya
dalam waktu lima tahun,

jadi David langsung memaafkannya.

Ceritanya bagus.

Kau beruntung aku tak suka naik kayak.
Pokoknya tak suka.

- Terima kasih, Bill.
- Tidak deh.

Sebaiknya langsung saja.
Mumpung kami belum tutup untuk Natal.

- Hei!
- Hei.

Kok kau datang?

Aku ingin mengajakmu keluar
untuk makan malam romantis.

Apa pria harus punya motif tersembunyi
untuk menjemput pacarnya?

Dan tentunya,

jika kau kenal klien kaya yang mungkin
butuh bantuan soal keuangan mereka...

Akan kuberi kartu namamu.

- Janie, boleh ikut gabung?
- Tentu.

Elle, ingat pacarku Charles?

- Senang bertemu lagi.
- Sama-sama.

Dan pria yang kita ajak nongkrong ini
adalah Bill Rivers.

- Presdir Minuman Energi Dinosaurus?
- Benar.

Nongkrongnya akan segera berakhir
karena aku sudah jadi klien.

- Salam kenal.
- Salam kenal.

Janie suka produkmu.

Sebelum berolahraga,
dia menenggak Green Tea-Rex

agar makin bertenaga.

- Senang bertemu pelanggan yang puas.
- Aku pelanggannya.

Kuakui, aku suka timmu di sini, Elle.

Apalagi yang punya ide cemerlang
seperti dia.

Janie, sebelum kau pergi,
bisakah kita bicara sebentar?

- Tentu. Kutinggal dahulu.
- Sebentar, ya.

Bill, aku Charles Miller,
PT Investasi Miller.

- Investasi Miller?
- Boleh berbincang soal portofoliomu?

Benarkah yang dikatakan pacarmu?
Kau minum itu sebelum berolahraga?

Tidak. Kau kenal aku.
Kapan aku berolahraga?

Oke. Duduklah.

Janie, presentasimu tadi luar biasa.

Bill sangat menyukaimu.
Aku ingin kau mengurus kampanyenya.

- Kau bersungguh-sungguh?
- Ya.

- Terima kasih.
- Tak perlu, kinerjamu memang bagus.

- Oke, aku langsung mulai saja.
- Tunggu. Aku tahu kau akan bilang begitu.

Dengar,

aku tahu besok kau akan kembali ke...

- Woodland Falls.
- Nah, itu.

Turut berduka soal pamanmu Randall.

Dia paman buyutku. Terima kasih.
Dia orang yang sangat istimewa.

Santai saja.
Bereskan urusan pamanmu dahulu.

Bill di luar kota sampai Natal.
Masih ada waktu beberapa pekan.

Aku cuma butuh beberapa hari.
Tapi saat kembali,

aku dan Chalres mau berlibur
ke Los Angeles selama sepekan, jadi...

Baguslah.

Selama ini, kau selalu mampir ke kantor,
padahal lagi tanggal merah.

Pokoknya, nikmati waktumu di sana.

Baiklah. Tapi aku akan membawa komputerku.

Sudah kuduga.

Aku bangga padamu.

Terima kasih.

Ini juga hari pentingku.

Aku membujuk Bill
memperlihatkan portofolionya.

Bagus.

Kita cocok menjadi tim.

Ya.

Omong-omong,

kau yakin tak mau
ikut denganku ke Woodland Falls?

Kau tahu aku mau.
Hanya saja, aku sedang sibuk.

Belum lagi, aku harus bertemu Bill.

Baiklah.

Kau yakin mau melihatku jadi gembala?

Tidak.

Sebenarnya, aku belum ke sana lagi
sejak usiaku sepuluh tahun.

Mungkin itu bukan pertanian lagi.

Mungkin sudah menjadi
resor yang dilengkapi dengan spa.

Percayalah, kota semacam itu
tak mungkin berubah.

Kau tahu apa yang aneh?

Jaraknya cuma tiga jam,
tapi terasa sangat jauh bagiku.

Untungnya, kau cuma beberapa hari di sana.

Bayangkan saja
kalau harus mengurus pertanian.

Benar.

Baiklah.

Aku akan berhenti menganggumu
agar kau bisa berkemas.

Sampai jumpa beberapa hari lagi.

Oke. Aku tak sabar.

Lalu kita bersantai
di tepi kolam selama sepekan.

Benar sekali.

Sampai jumpa.

- Terima kasih makan malamnya.
- Oke.

Selamat datang kembali, Janie.

SELAMAT DATANG DI WOODLAND FALLS
KOTA BERPENDUDUK RAMAH

Janie Collins!

Sudah berapa lama? Dua puluh tahun?

Ya. Kurang lebih, Tn. Reynolds.

Tapi kau sama sekali tak berubah.

Aku anggap itu pujian.

Panggil saja aku Sidney.
Usiamu bukan 10 tahun lagi.

Memang sudah kukatakan di telepon,
tapi aku sungguh berduka soal Randall.

Dia klien sekaligus teman baikku.

Terima kasih. Itu amat berarti.

Omong-omong, aku ada urusan.

Randall memberikan daftar barang berharga

yang mau dia wariskan pada teman-temannya.

Sebagai eksekutor,
semuanya terserah padamu.

Baik. Aku akan di sini beberapa hari,

jadi aku akan mengemas
barang-barangnya dahulu saja.

Baiklah.

Dan inilah warisanmu.

Apa? Warisanku?

- Aku baru tahu aku punya warisan.
- Ya.

Randall memaksaku
menyampaikan berita ini secara langsung.

Janie, kau mungkin akan terkejut
mengetahui yang dia tinggalkan untukmu.

- Dia memberiku pertanian?
- Ya.

Lahan, perkakas, rumah pertanian...

Selain yang dia sebutkan di dokumen itu,
semuanya milikmu.

Ya, tapi harus kuapakan pertanian ini?

Terserah. itu sudah jadi milikmu.

Kalau mau disimpan, rekrut saja pegawai.

Kalau mau dijual, aku bisa membantumu.

Kalau boleh tanya, apa dia memberitahumu
alasan dia memberiku pertanian?

Mungkin ini bisa menjelaskan.

Randall menitipkan itu
untuk diberikan kepadamu.

Apa ini?

Mau tahu tebakanku?

Itu jawaban atas pertanyaanmu.

Halo?

Halo!

Halo. Sedang apa kau di sini?

Pak!

Duh.

Hai.

- Kau yang melemparnya?
- Ya.

Aku memanggilmu dari tadi dan...

Aku tak bisa mendengarmu.

Bisa lepas benda itu...

Apa?

- Bisa matikan traktornya?
- Akan kumatikan traktornya.

Ide bagus.

- Kau mau mengambil telur?
- Apa?

Telur segar. Mau?

Tidak. Aku tak butuh telur.
Aku mau tahu kau sedang apa di sini.

Janie?

- Ya.
- Apa kau Janie Collins?

- Ya.
- Wah.

Sudah lama aku tak melihatmu.
Kau tak ingat aku, ya?

Tidak. Haruskah?

Dahulu, kau datang ke rumahku setiap hari.

Kau dan adikku tak terpisahkan.

- Kau kakak Nicole?
- Ya.

Dylan!

Dylan, ya. Benar.

Wah. Kau berubah drastis.

Jelas, aku...

- Tentu saja kau sudah berubah.
- Ya.

Aku minta maaf soal itu bola salju tadi.

Begitukah basa-basimu?
Menimpuk orang dengan bola salju?

Tidak, aku cuma menarik perhatianmu
untuk bertanya kau sedang apa di sini.

Mengeluarkan traktor
untuk perawatan saat musim dingin.

Ya, aku tahu kau mengeluarkan traktor.
Tapi sedang apa kau di sini?

Di pertanian ini.

Aku bekerja di pertanian ini.

Beberapa tahun terakhir ini,
aku bekerja dengan Randall.

Kami bekerja sama. Aku tinggal di sana.

Di pondok tamu.
Aku yang menjaga tempat ini.

Dia memintaku tinggal di sini
sampai si pemilik baru datang.

- Jadi, kau orangnya?
- Ya. Untuk sementara.

Baiklah.

Di sini dingin. Ayo masuk.

- Tidak.
- Nanti kau kedinginan.

Aku bisa sendiri.
Lanjutkan saja kegiatanmu.

Kau pasti sedang sibuk.

Aku akan masuk dan berbenah. Santai saja.

Baiklah kalau begitu.
Silakan biasakan diri di sini dahulu.

Aku akan datang besok pagi
dan menjelaskan soal pertanian ini.

Mungkin kita bisa sambil makan.

Tentu saja. Terima kasih.

Aku akan ke bengkel.
Kalau butuh bantuanku...

Ya, ketuk saja.
Tak perlu pakai bola salju.

Tentu saja. Ya.

Tak akan ada lagi bola salju.

Baiklah. Senang berjumpa denganmu.

- Ya. Senang berjumpa denganmu juga.
- Ya.

Dah.

Janie Sayang-ku,

kau pasti bingung saat ini.

"Kenapa Randall memberiku ladangnya?"

Biar kujelaskan.
Selama bertahun-tahun tinggal di sini,

menurutku kau orang
yang paling bersemangat di kota ini.

Kau tak lama melihat pertanian ini
karena tumbuh besar di kota lain,

tapi tak pernah ragu sedikit pun soal ini.

Pertanian ini milikmu.

Bisa dibilang,
hampir mustahil kau mau mengurusnya.

Memang, aku tahu
betapa sulitnya mengelola tempat ini.

Tapi aku ingin meminta bantuanmu.

Aku ingin melihat lumbung tua itu
menggelar Winter Wonderland sekali lagi

dan memberi tradisi kota tercinta ini
penghormatan terakhir yang pantas.

Memang agak merepotkan,
dan aku tahu kau sangat sibuk,

Tapi jika kau punya waktu dan keinginan
untuk tinggal sampai Natal

dan membantu mewujudkannya,
aku amat menghargainya.

Jujur, aku sangat bangga padamu
dan dirimu yang sekarang.

Apa pun keputusanmu, aku mengerti.

Salam sayang, Randall.

Hei! Aku menunggu kabar darimu, tahu?

Maaf aku melewatkan panggilanmu.
Aku ada rapat seharian.

Tak masalah.

Aku ingin mengabarimu
bahwa aku tiba dengan selamat.

Aku sudah merindukanmu.

Aku sedang di rumahmu
untuk mengantarkan hadiah lebih awal.

- Masa?
- Ya.

Ini pohon Natal pascamodern.

Wah, keren banget.

Mungkin saja kau ingin
suasana Natal yang ceria saat kau kembali.

Ya, soal itu,

aku tak tahu kapan aku akan kembali.

Sungguh? Semua baik-baik saja?

Ya, semua baik-baik saja. Hanya saja...

Randall meninggalkan sesuatu untukku.

Sesuatu yang besar.

Apa? Kuda?

Bukan. Pertanian.

- Pertanian? Seluruhnya?
- Ya.

Baiklah.

- Apa yang akan kaulakukan?
- Nah, bantu aku berpikir.

Aku tak mungkin mengelola pertanian
dari jarak 320 km, 'kan?

Pertanian yang berfungsi penuh
bisa dijual dengan harga tinggi.

Ya, itu satu hal, tapi...

Ada juga hal yang lain.

Jadi, Randall meninggalkan surat untukku,
dan di surat itu, dia memintaku

untuk mengadakan festival kota.

Festival?

Ya. Dia mengadakannya
di pertaniannya tiap tahun.

Sebutannya Winter Wonderland,
pasar Natal selama tiga hari di kota ini.

Itu penting bagi kota ini.

Baiklah.

Jadi artinya?

Artinya,

aku harus tinggal di sini
sampai festival berakhir,

yaitu Malam Natal.

Jadi, Los Angeles...

Aku tahu. Dengar,

aku tahu kau ingin pergi ke Los Angeles,

tapi aku tak bilang aku sudah memutuskan.
Aku masih mempertimbangkannya baik-baik.

Kita sudahi dahulu.
Ada janji minum dengan Bill.

- Tidak. Tunggu sebentar.
- Tak masalah.

Setelah beberapa hari di pertanian,
kau pasti ingin berlibur.

Jadi aku tak khawatir.

Baiklah. Aku mencintaimu.

Kita bicara lagi nanti.

Jadi, bagaimana rasanya kembali?

Bisa dibilang rasanya aneh?

Meski jelas berbeda dengan Manhattan.

Pastinya.

Randall bilang kau tinggal di sana.
Tak terlalu jauh dari rumah.

Tapi rasanya seperti planet yang berbeda.

Budaya, arsitektur, makanan,
rutinitas, dan sebagainya.

Aku tak tahu soal budayanya,
tapi makanannya enak. Contohnya itu.

RESTORAN ECHOES

- Ini yang tadinya Pit Stop?
- Ya.

Aku dan Randall biasa datang ke sini
setiap Sabtu pagi.

Kami biasa memesan panekuk.

Wah, ingatanmu bagus.

Kini tak banyak restoran lezat
di Woodland Falls seperti dahulu,

tapi makanannya enak. Kau pasti suka.

- Terima kasih.
- Semoga perutmu kosong.

Kau benar. Makanannya luar biasa.

Bagus. Aku senang kau suka.

Kau harus di sini saat panen
kalau mau coba hidangan dari hasil panen.

Rasa hidangannya lebih enak.

- Apa?
- Tidak.

Tak ada apa-apa. Hanya saja...
Entahlah. Ini agak lucu bagiku.

Kau tahu, aku tak melihatmu
sejak usiaku sepuluh tahun,

lalu di sini kita duduk

dan mengobrol seperti teman lama.

- Ya. Kita memang sudah tua.
- Tidak. Aku tak mau masuk golongan tua.

Maksudku, kini kau mudah diajak bicara.

Aku senang mendengarnya. Terima kasih.

Boleh minta saran soal sesuatu?

Tentu.

Jadi, Randall meninggalkan surat untukku.

Dan di surat itu, dia memintaku
mengadakan Winter Wonderland tahun ini.

- Yang benar?
- Kok responsmu begitu?

Ingat sepenting apa Winter Wonderland?

Ya, itu sebuah festival.

Tidak, itu lebih dari sekadar festival
bagi banyak orang.

Serius, bukan karena
kami tergila-gila dengan Natal,

tapi karena masyarakat
amat mengandalkannya.

Turis akan datang

untuk membeli cendera mata
dan berbelanja di Main Street.

Itu mendongkrak ekonomi kota ini
di tiap musim liburan.

Randall tahu itu.
Makanya, dia rutin mengadakannya.

Itu memang merepotkan.

Aku tahu karena pernah membantunya,
tapi orang tak akan menduga itu diadakan.

Jadi jika tak bisa mengadakannya,
kau tak perlu merasa bersalah.

Tapi aku sama saja mengabaikan
permintaan terakhir paman buyutku.

Benar juga sih.

Ya.

Jika kau memutuskan untuk mengadakannya...

aku bersedia membantumu.

Terima kasih. Aku menghargainya.

Pertimbangkan dahulu saja.
Tapi jangan lama-lama,

karena persiapannya butuh waktu sepekan.

Santai saja, 'kan?

JANIE DI WINTER WONDERLAND 2003

Apa pun keputusanmu, aku mengerti.

Kau menghubungi Charles.
Tinggalkan pesan, nanti kuhubungi.

Hei, ini aku.

Kau mungkin sedang bekerja,

tapi aku harus menyampaikan
bahwa aku tak bisa ikut ke Los Angeles.

Maafkan aku. Kuharap kau mengerti.

Jadi, aku akan tinggal di sini
selama Natal

dan akan mengadakan Winter Wonderland.

Apa? Jadi kau akan tetap di sana?

Aku tahu ini merusak rencanamu.
Maafkan aku, tapi ini penting.

Aku tak mengerti.

Kenapa kau harus tinggal?
Tak bisa diwakili orang?

Tidak, Charles.
Dia mau aku yang mengadakannya.

Kenapa tak batalkan saja reservasimu?

Kau bisa ke sini. Pasti seru.

Sudah tak bisa dibatalkan.

Aku ada janji temu di sana
untuk memperluas basis klienku.

Pantas saja tak mau kaubatalkan.

Berarti bisa dibilang
kau akan tetap pergi?

Aku harus pergi.

Charles, kenapa kau tak bisa menyusulku,

sedangkan kau bisa pergi ke California?

Dengar. Aku akan di Los Angeles
selama sepekan.

Kalau kau berubah pikiran,
sudah kusiapkan kamar.

Oke. Baiklah, Charles.
Kita bicara lagi nanti.

Hei, Cewek Kota!

Hai. Aku tak sadar ada kau di sana.

Bagaimana? Sudah terbiasa di sini?
Kau butuh sesuatu?

Sebenarnya aku memang berniat datang
dan bicara denganmu.

Kuat banget.

Tepatnya, aku ingin mengajakmu bicara

untuk mengabarimu

bahwa aku akan tinggal.
Aku akan mengadakan Winter Wonderland.

Sungguh?

Ya.

Itu fantastis.

Aku senang mendengarnya.
Aku memang berharap kau tinggal.

Aku tak bisa mengecewakan Randall

dan penduduk kota ini, rupanya.

Kau bilang kau pernah
membantu Randall mengadakannya, 'kan?

Setiap Natal,
sejak bekerja dengan Randall.

Bagus.

Kalau begitu,

mulai dari mana?

Ikut aku.

Kau tak kedinginan?

Kemarilah.

Rupanya tak sekeren yang kuingat.

Karena biasanya
sudah bersih menjelang Natal.

Jadi, mari kita bersihkan.

Ya, tentu.

Kita harus mendekor
dan menata stan penjual,

belum lagi kebun binatang mini
dan permainan karnaval.

- Kita harus menyewa Sinterklas.
- Wah, butuh banyak persiapan, ya.

- Festivalnya makin besar saja.
- Ya, makin besar tiap tahunnya.

- Kau belum merasa kewalahan, 'kan?
- Sama sekali belum.

Semua bisa diatur dengan rencana.

Kita cuma perlu mengikuti tahap-tahapnya,

dan tahap pertamanya adalah
mengumumkan festival diadakan.

Tentu saja. Itu keahlian Randall,

jadi entah apa aku bisa membantu.

Tak apa. Itu bidangku. Percayalah.

Tapi aku butuh bantuanmu

karena aku mau
ada banyak foto yang diunggah.

Soal itu, adikku bisa membantu.

Nicole punya album penuh foto
dari masa lalu.

- Aku akan ke rumahnya malam ini.
- Dia masih tinggal di sini?

Ya. Kau juga harus ikut.

Aku ingin bertemu Nicole. Ya, aku ikut.

Bagus.

- Yah, aku pakai sepatu hak tinggi.
- Hati-hati.

- Oke.
- Terima kasih.

Apa mereka masih mengenaliku?

Aku mengirimi mereka pesan
dan mengabarkan kedatanganmu,

jadi jangan kaget jika...

Janie Collins!

- Senang bertemu denganmu.
- Aku juga.

- Hei, Kak. Masuklah.
- Yuk.

Tak kuduga kau jadi seorang deputi.

Seusai lulus SMA, aku masuk akademi

dan menjadikan Woodland Falls lebih aman.

Meski kota ini sudah termasuk
yang teraman di kabupaten ini.

- Menurutmu kenapa bisa begitu?
- Oke deh.

Lalu aku menikah dengan Rick,
dan kami punya anak.

Tunggu. Kau menikah dengan Rick?

- Ya.
- Di mana dia?

Dia bekerja di jalan sampai Natal,

tapi dia bekerja dengan Sinterklas
untuk memberi Gracie hadiah spesial

yang bisa dibuka pada pagi Natal.

- Senangnya.
- Ya.

Bagaimana denganmu, Esther? Masih melukis?

- Ya.
- Ibu membuka galeri.

- Sungguh?
- Ya.

- Aku mau melihatnya sebelum pergi.
- Mampirlah, Sayang. Kapan saja boleh.

Apa kesibukanmu selama ini, Janie?
Dylan bilang kini kau di New York.

Ya. Benar.

Aku bekerja untuk perusahaan bernama Nikt.

Kami memasarkan, mengelola merek dagang,
meminta pemengaruh untuk mengiklankannya,

dan mempromosikan produk lewat internet.

Aku tak terlalu paham maksudnya,
tapi kedengarannya seru.

Ya. Memang seru, tapi menyebabkan stres.

Dan tak banyak waktu luang,
tapi tak apalah.

Andai saja aku bisa
memilih produk yang ingin kujual.

Aku harus menjual minuman energi.

Kadang kurang menyenangkan. Begitulah.

Kudengar kau akan mengadakan
Winter Wonderland tahun ini.

Penduduk kota ini
pasti akan sangat gembira.

Ya. Dylan bilang kau butuh foto.

Aku punya banyak.
Mau lihat isi albumnya seusai makan?

- Boleh.
- Baiklah.

Wah, kelihatannya lezat.

- Terima kasih.
- Selamat makan.

Ya.

Bagaimana?

- Kau sudah dua hari di sini. Ada kesan?
- Aku senang.

Sulit mengalahkan Natal di Woodland Falls.

- Ya, 'kan?
- Kuakui itu.

Tinggallah sampai akhir tahun.

Musim gugur di sini luar biasa.
Mungkin kau sudah lupa.

Selain itu, kau bisa membantu panen.
Dengan asumsi kau tak menjual pertanian.

- Tentu saja.
- Ya.

Kau tahu,
aku ingin benar-benar transparan di sini.

Aku sudah meminta Sidney
menjual pertaniannya.

Begitu.

Kukira kau hanya butuh waktu.

Tapi bukan berarti kita berpamitan.
Kita masih akan mengadakan festival.

Ya. Tentu saja tidak.

Baiklah. Aku harus tidur
karena masih banyak pekerjaan.

Ya. Tentu. Ya, aku juga.

- Selamat tidur.
- Kau juga.

- Selamat pagi.
- Pagi.

Kau tampak lelah.

Terima kasih.

Aku bergadang habis mengunggah pos
untuk Winter Wonderland. Masuklah.

Baiklah.

Ya. Tutup pintunya.

Apa ini?

Aku habis berbelanja
bahan makanan pagi ini.

Kupikir kulkas Randall masih kosong,

jadi aku membelikanmu bahan makanan.

- Sungguh perhatian.
- Ya, tak masalah.

Aku juga membawakan sesuatu
dari pertanian.

Aku jadi teringat masa lalu.

Randall biasa mengajakku berkeliling.
Dia mengajariku cara melakukan semuanya.

Dan aku malu mengatakan
aku tak ingat cara melakukannya.

- Aku bisa tunjukkan beberapa hal.
- Aku tak mengerjakan tugasmu.

Aku tak mungkin memintamu melakukannya,
tapi kau pemilik tempat itu.

Meskipun hanya sementara.

Kau mungkin suka.

Makin cepat aku menyelesaikan tugas,
makin cepat aku bisa membantumu.

Nah, quid pro quo. Asas timbal balik.

Ya, semacam itulah.

Baiklah. Mau mulai dari mana?

- Mulai dari kau berganti pakaian.
- Benar juga.

- Maaf. Sebentar, ya.
- Oke.

Terima kasih.

Ayo, masuklah. Selamat pagi, Semuanya.

Turunkan lagi.

Silakan.

Silakan. Sampai jumpa.

ANDA DIUNDANG KE
WINTER WONDERLAND WOODLAND FALLS

Terima kasih banyak, Earl.
Pohonmu memang selalu indah,

tapi pohon ini
pasti yang terbaik. Sungguh.

Yang terbaik
selalu disimpan untuk Randall.

- Hai.
- Hei, kemarilah. Perkenalkan, ini Earl.

Keluarga Earl punya lahan pohon Natal
di pinggiran kota.

Semua orang di Woodland Falls
membeli pohon

dari pria di pertanian Wyatt.

Aku ingat kalian.
Bukankah kau menjual madu?

Kami masih menjual madu,

tapi saat putriku Julie menikah,
kami memperluas operasinya.

Bagus.

- Senang bertemu denganmu lagi.
- Aku juga.

Serius, orang-orang senang mendengar
bahwa Winter Wonderland diadakan lagi.

Itu bagian besar dari kota ini.
Tradisi yang tak boleh hilang.

Apalagi itu bagus sekali untuk bisnis.

- Ya, tentu. Aku senang itu membantu.
- Hei, Earl.

Pernahkah terpikirkan oleh kalian
untuk memiliki lokasi kedua?

- Yakin tak mau dibantu?
- Aku bisa kok. Jangan melantur.

Ini cuma pohon.

- Taruh di sini?
- Boleh.

- Oke.
- Biar kupindahkan kotak-kotak itu.

Bagaimana kalau di sini?

Nah, di situ. Cocok sekali. Ya.

Yang kaulakukan untuk Earl baik sekali.

- Punya gunting?
- Ya.

Penjualan pohonnya
pasti akan meningkat dua kali lipat

kalau orang datang ke Winter Wonderland
dan melihat hutan pohon Natal.

Itu bagus sekali untuk bisnis.
Artinya kita sama-sama diuntungkan,

dan ada pemandangan
pohon-pohon Natal yang indah

di depan lumbung, gratis. Terima kasih.

Kau langsung diuntungkan
begitu mereka memberimu pohon ini.

Mau bagaimana lagi? Aku genius.

Kau jago di bidang ini.
Kau akan jadi petani yang baik.

Apa?

Aku serius.

Orang berpikir ini hanya soal bangun pagi
dan melakukan pekerjaan berat,

padahal juga harus punya pemahaman bisnis
yang baik, dan kau punya itu.

Tak kusangka
kau amat berguna bagi pertanian.

Terima kasih.

Yah, kau jadi tak bisa
merebut ladang dariku.

Sayangnya.

Pekerjaan ini memang melelahkan.

Tapi entah kenapa
aku sangat menikmatinya,

dan ini terasa memuaskan.

Terlihat bagus.

Ya, pohonnya bagus. Memang.

Tapi belum jadi pohon Natal.

Aku baru ingat.

Ada beberapa kotak
di rubanah berlabel "Natal."

Pohon itu butuh sentuhan cinta.

Akan kuperiksa.

Padahal kau sudah di sini sepekan,
tapi baru memasang pohon Natal sekarang.

Sebagai pembelaan,
aku seharusnya cuma beberapa hari di sini.

Beruntung rencana itu gagal.

Wah, pohon ini sempurna.

Ya. Memang.

- Silakan.
- Terima kasih.

Hei.

- Ada kabar dari Sidney soal penjualan?
- Aku bertemu dengannya besok.

Kuharap kami menemukan
pembeli yang sangat tepat.

Kuharap begitu.

Randall pasti senang
jika pertanian ini tetap berjalan.

Entah kenapa dia memberiku ini.

Padahal sudah 20 tahun
aku tak menginjak tanah pertanian.

Tapi dengar,
aku serius soal itu karena aku tahu

rumah dan pekerjaanmu terkait
dengan tempat ini, jadi...

- Ya. Aku tahu.
- Ya.

Aku hanya tak tahu
kenapa dia memberikannya kepadaku.

Tunggu.

Kau sungguh tak tahu?

Tidak.

Dia tergila-gila padamu, Janie.
Dia selalu membicarakanmu.

Benarkah?

Ya.

Dia bangga padamu. Kau memang
hanya sepuluh tahun tinggal di sini,

tapi sepuluh tahun yang kauhabiskan
untuk mengunjunginya di ladang...

adalah segalanya baginya.

Dia sudah menganggapmu
seperti putrinya sendiri.

Panggilan dari Charles.

Kau...

Kau mau menjawabnya?

Belum kuputuskan.

Wah, kok begitu?

Jadi...

Kali terakhir kami bicara,
tiba-tiba suasananya

jadi agak aneh.

Dan... Ya.

Sepertinya aku harus meneleponnya kembali.

Ya. Baiklah.

Aku akan membiarkan kalian bicara.

Sangat sekali bertemu denganmu lagi.

Ya, aku juga.
Terima kasih untuk pohonnya. Aku suka.

- Bagus. Sampai jumpa besok.
- Baiklah.

- Dah.
- Dah.

DIJUAL POHON

- Janie, ini ide bagus.
- Terima kasih.

Bisa-bisanya Randall tak kepikiran
untuk melakukan ini.

- Bagaimana kalau yang ini, Bu?
- Gracie, itu pohon yang bagus.

Kau mau yang itu? Sudah yakin?

Oke. Akan kubuat tagihannya.

Ny. Wyatt.

Buatlah tagihan untuk pohon
setinggi 1,8 meter seharga 50 dolar.

Tidak.

Ny. Wyatt,

jangan terus bagikan pohon gratis.
Itu buruk untuk bisnis.

Panggil aku Marjorie.

Tak mungkin aku menagih seorang deputi
untuk pohon Natal.

Apalagi dia sahabatmu.

Lagi pula, ini adalah bisnis menantuku.

Aku dan Earl mendapat uang
dari penjualan madu.

Benar juga.
Aku belum sempat mencoba madumu.

Oh, Dylan akan segera kembali.
Mungkin ada madu di truknya.

Tak perlu menunggu Dylan, Sayang.
Aku juga membawa madu untuk makan siangku.

Sekarang, ulurkan tanganmu.

Baiklah.

Marjorie, boleh kubilang
ini madu terbaik yang pernah kurasakan?

Itu madu bunga apel.
Salah satu madu favoritku.

Belum saja kau mencoba madu rosemari.

Kami menyempurnakan resep itu
selama 30 tahun.

- Semuanya dari bahan alami.
- Rasanya seperti ini, tapi organik?

Ya.

Kalau begitu, kenapa tak kaujual
di toko makanan sehat?

Kami tak bisa jauh dari Woodland Falls.

Tapi tak masalah bagiku.

Karena aku bisa melihat
orang bahagia saat mencicipinya.

Bagiku, itu tak ternilai.

Ya. Kurasa kau benar.

Lihat. Itu Paman Dylan.

- Paman Dylan, lihat pohonku!
- Hei!

Indah sekali!

Oke, ambillah.

- Hei.
- Hei.

Bagaimana?

Bagus. Rasanya aku sudah bertemu
banyak orang pagi ini.

- Itu baru muatan pertama.
- Wah.

Paman Dylan,
kebun binatangnya sudah siap?

Hewan-hewan gelombang terakhir
sudah diantar pagi ini.

Kami tinggal mencari orang yang bisa
menyambut mereka dengan hangat, tapi...

- Siapa yang bisa?
- Entahlah.

Mau kita saja? Ya?

Ibu harus pastikan dahulu
hewan-hewan ini tak ganas.

Mau ikut?

- Aku mau memeriksa lumbung.
- Tidak, teruslah berjalan.

- Itu mereka. Lihatlah.
- Hewan!

Lihatlah. Bawakan makanan. Ayo lihat unta.

- Lihatlah.
- Manis sekali.

- Hai!
- Manis sekali, ya?

Ya!

Jadi, apa kau senang kembali ke sini?

Tentu saja.

Ya, harus kuakui
aku senang mengadakan festival ini.

Sejak berada di sini
dan bekerja dengan Dylan,

aku merasa
akhirnya aku melakukan hal yang berarti.

Ya, karena memang begitu.

Namun,

ada Charles.

Memang, kami cocok.

Meski tak selalu begitu.

Cinta tak bisa selalu bersemi, 'kan?

Yang ingin kukatakan adalah
liburan ini membuka mataku.

Mungkin saat aku kembali
ke Kota New York nanti,

pikiranku bisa lebih jernih.

Ya, kuharap begitu.

Tapi mau dengar opiniku?

Kurasa langit di New York tak sejernih
langit malam di Woodland Falls.

- Kau baik-baik saja di sana, Cewek Kota?
- Tentu.

- Mereka lapar.
- Kau sangat populer.

Lihat itu.

- Nah.
- Astaga.

Mereka tahu kau dari New York.

Makanlah.

Oke. Baiklah, Gracie.

Kau harus melihat semua ini.

- Lihatlah!
- Ini lukisan nenekmu.

Ada karya buatan tangan di sini.

- Ada madu Wyatt juga.
- Dan yang lainnya.

- Wah! Lihat kukisnya!
- Wah, Gracie. Hei...

Omong-omong soal kukis,

bukankah ada proyek khusus
yang harus dikerjakan di rumah?

Oh, benar juga!

Kau akan kembali besok
untuk membantu, 'kan?

- Kami akan datang.
- Harus.

- Dah, Semuanya.
- Dah.

- Terima kasih.
- Dah.

Meski semuanya sudah bagus,
ada hal lain yang ingin kutunjukkan.

- Di atas. Akhirnya. Aku bisa melihatnya?
- Ayo.

- Tutup matamu di ujung tangga.
- Oke.

Kau tak bisa melihat, 'kan?
Kau tak bisa melihat melalui jariku?

Tak bisa.
Makanya, aku berjalan seperti ini.

- Apa aku berjalan terlalu cepat?
- Tidak kok.

- Oke, berhenti.
- Baiklah.

- Akan kujauhkan tanganku.
- Oke.

Jangan buka mata.
Aku akan menjauhkan tanganku.

- Jangan buka mata. Janji?
- Ya.

- Sebentar, ya.
- Tunggu. Kau mau ke mana?

Sebentar saja. Tenang.

Akan kuhitung sampai tiga.
Di hitungan ketiga,

silakan buka mata.

- Mengerti?
- Ya.

Pada hitungan ketiga.
Sudah siap? Satu, dua,

tiga.

Dylan...

Astaga. Ini luar biasa.

Kau mengerjakan semua ini sendiri?

Ya. Aku sengaja merahasiakannya
untuk mengejutkanmu.

- Wah!
- Kau suka?

Ya. Aku suka.

Yah, aku lupa mematikan radionya.

Sebentar.

Tunggu.

Astaga. Lagu itu.

Aku dan Randall
biasa berdansa dengan lagu itu.

Dia selalu bilang itu lagu kami.

Hei.

Kau baik-baik saja?

Ya. Hanya saja...

Aku merindukannya.

Aku memang tak bisa
berdansa sehebat Randall...

tapi aku bisa mewakili Randall
jika kau mau.

Ya. Dengan senang hati.

Kurasa waktunya menurunkan muatan truk.

Kau mendekor ruangan ini
dengan sangat baik.

Terima kasih.

Terima kasih atas dansanya.

Bagaimana dansaku?

Kau memang tak sehebat Randall, tapi...

MADU ALAMI
PERTANIAN KELUARGA WYATT

Biar kututup.

Hei, Marjorie.

Bukankah Dylan sudah mengambil madu?
Berapa banyak madu yang kaumiliki?

Senilai 30 tahun.

Kupikir aku akan bawa beberapa lagi.

Kau harus lihat rubanahnya.
Mungkin jadi mau tinggal di sarang lebah.

- Bisa bawakan itu ke stan?
- Tentu.

Terima kasih.

Hei, Sayang.

Wah, tempat ini tampak bagus, Janie.

Terima kasih.
Hei, kau siap menjadi Sinterklas besok?

Tentu saja dong. Untungnya, aku cocok.

Perutku sudah seperti mantan petani
yang terus makan madu.

Benar banget.

Sebaiknya kita bantu Dylan.

Yuk.

Dah.

Hei. Ada apa?

Gracie yang malang kemarin membuat kue.

Dia ingin menjualnya
demi menggalang dana untuk sekolah, tapi...

Kukisnya menjijikkan.

Kurasa rasanya tak seburuk itu.

Memang tidak enak.

Boleh kucoba?

Nah, 'kan?

Tenang. Bisa diperbaiki.

Tidak bisa.
Ibu sudah mencoba membantuku,

tapi lihat saja hasilnya.

Mungkin aku malah memperburuknya.
Aku bahkan tak bisa merebus air.

Baiklah.

Aku tahu harus bagaimana.
Kita buat lagi dari awal.

Kita akan membuat kukis terlezat
yang pernah kaucicipi seumur hidupmu.

Oke. Adonannya sudah didinginkan.
Waktunya mencicipi rasanya.

- Untukmu.
- Minta satu.

- Baik.
- Terima kasih.

Siap?

- Ini baru kukis.
- Kau tahu kami menyebutnya apa?

- Kau ingat?
- Tidak.

- Kukis persahabatan.
- Benar. Kukis persahabatan.

Aku akan menggalang banyak uang
untuk sekolah.

Pasti.

Janie, kau di dalam?

Ya. Tak dikunci.

- Maaf.
- Tak apa-apa.

Hei. Wah, rupanya kalian sedang sibuk.

Jadi, bagaimana keadaan di lumbung?

Baik. Sudah hampir selesai.
Pokoknya sudah siap untuk besok.

- Paman Dylan, ayo coba.
- Ya.

Enak sekali. Persis seperti yang kuingat.

Alah, kau tak ingat.

- Aku ingat kok!
- Masa? Apa sebutannya?

- Kau pikir aku tak tahu.
- Ya.

Kukis persahabatan.

Baiklah, aku terkesan. Ya.

Aku suka ini. Sungguh. Enak sekali.

Ini Ibu. Sebentar, ya.

Suruh aku bekerja. Butuh apa?

- Kau bisa membuat adonan lagi.
- Baiklah. Akan kubuat.

Tinggal menggunakan otot
untuk menggulung adonannya.

Boleh kumakan adonannya?

Kata Ibu bisa sebabkan cacingan.

Aku tak akan makan adonannya.

Ada kabar baik.

Aku baru selesai bertelepon dengan Ibu.
Dia mau menyumbangkan lukisan tua.

- Baik sekali.
- Kau tak jawab pesan dari Ibu?

Aku benar-benar lupa.

Dia ingin seseorang mampir ke galeri
untuk mengambilnya.

Oke, aku akan berangkat. Apa mau kau saja?

Kami masih harus menghias kukis.

Andalkan saja aku. Kau boleh istirahat.

Aku bisa ikut denganmu.

Aku ingin melihat galerinya.

Kita bisa bersenang-senang malam ini.

Wah, boleh juga tuh.

Lumayan, ada pengasuh anak gratis.
Terima kasih.

- Sama-sama.
- Dah, Sayang.

Ayo, sebelum dia berubah pikiran.

Ayo!

Dah!

Sudah kuduga kalian yang mau pergi.
Kau dan aku. Siap?

Dibentuk jadi apa?

- Permen tongkat.
- Oke.

Galerimu bagus, Esther.
Aku takjub kau melukis semua ini.

Itu hasil melukis selama puluhan tahun.

Aku sudah lama
ingin melegakan ruang di galeri.

Galeri ini cuma menampilkan karya lokal.
Ibuku suka memajang karya mereka.

Itu pemikiran yang bagus.

- Adakah yang jadi lukisan favoritmu?
- Soal itu...

Nah, yang ini.

- Indah sekali.
- Terima kasih.

Lukisan ini jadi sepekan sebelum kau tiba.
Aku melukis tak jauh dari ladangmu.

- Sungguh?
- Ya.

Sebaiknya aku mulai menata stan.

- Bisa masukkan sisanya ke dalam?
- Baiklah, Bu.

Pasti kau mengira
kota ini tak punya budaya.

- Ini menyenangkan.
- Memang.

Entah kapan terakhir
aku keluar bersama teman.

- Aku juga.
- Sungguh?

Ya.

Kurasa itu salahku karena selama ini
tak sempat menemui teman.

Terima kasih
sudah meluangkan waktu. Aku senang.

Dengan senang hati.

Berterima kasihlah kepada Dylan
karena dia menjaga Gracie.

Ya. Kurasa dia senang melakukannya,
meskipun dia kakak yang menyebalkan.

- Dia terlihat pandai mengurus anak-anak.
- Ya, memang.

Bagus.

Pernah ingin punya anak?

Tentu saja.
Aku jelas pernah memikirkannya.

Ditambah, usiaku saat ini
makin mendesakku untuk memikirkannya.

- Benar.
- Ya.

Contohnya hari ini.
Aku membuat kukis bersama Gracie,

dan aku mengingat
kenanganku bersama Randall.

Jadi, aku makin yakin ingin punya anak.
Makin jelas saja.

Lalu apa yang diinginkan Charles?

Kurasa dia tak mau membicarakannya.
Dia selalu mengubah topik,

misalnya karier kami
dan biaya tanggungan anak.

- Mungkin sudah jadi takdirku.
- Tidak juga.

Karena itu hal yang kauinginkan,
berarti setidaknya itu pilihan, bukan?

Kau berhak menjalani hidup
sesuai kehendakmu,

di mana pun itu.

Selamat pagi.

Kau mau terus berdiri di situ
atau mau sarapan?

Maaf. Aku masih tak habis pikir saja
kau berdiri di depanku.

Takutnya ini cuma mimpi.

Inikah yang kauimpikan?

Harus kuakui,

aku tak pernah tidur senyenyak tadi malam.

Karena sudah bekerja keras,
akhirnya kau tidur nyenyak.

Entahlah. Kurasa lebih dari itu.

Kurasa karena aku habis melakukan
sesuatu yang bermakna,

tidurku jadi lebih nyenyak.

Aku tak mungkin
tidur senyenyak ini di New York.

Aku selalu dikejar waktu
sampai tak sempat sarapan.

Dan entah bagaimana, ini terasa...

natural bagiku.

Tertarik memeriksa
tingkat kelembapan silo gandum bersamaku?

Kedengarannya memang seru,

tapi aku punya ide yang lebih baik.

Tak mau sarapan saja denganku?

Anggap saja bersantai
sebelum melakukan aktivitas berat.

Mengecek silo gandumnya bisa ditunda.

Baru kali ini aku melihat
hari pertama Winter Wonderland

dibanjiri pengunjung sebanyak ini.
Luar biasa.

Winter Wonderland memang luar biasa.

Kita hanya perlu menyebarkan kabar
dengan lebih efektif.

Omong-omong,
kurasa Marjorie butuh bantuan.

- Selamat Natal.
- Kutinggal dulu.

Ya. Gunakan keahlianmu.

- Pagi, Marjorie. Apa kabar?
- Hai, Janie. Kabarku baik.

Masih sepi pelanggan.
Pasti terlalu pagi untuk menjual madu.

Tak ada yang namanya
terlalu pagi untuk madu.

Sebentar lagi pasti laris.

Ya.

Apa kau keberatan jika aku mempercepatnya?

Boleh saja,
tapi jangan merepotkan diri demi aku.

Aku tak merasa direpotkan.

Hei. Apa kau punya biskuit

biskuit atau kudapan semacam roti tongkat?
Aku butuh itu.

- Segera kusiapkan.
- Bagus.

Marjorie.

- Bisa beri madu pada biskuit ini?
- Tentu.

Oleskan saja. Nah, sudah.

Apa itu madu rosemari?

Ya, itu salah satu madu andalan kami.

Enak sekali. Madu rosemarinya...

Halo. Eh, kau harus coba ini. Silakan.

Ya.

Cobalah semuanya sekalian.

Ternyata benar-benar enak. Ini rosemari?

Ya. Yang itu bunga apel,
semanggi, dan lailak.

Kalian harus coba ini.

Kuakui, itu amat mengesankan.

Aku tak mungkin diam saja.
Dia punya produk yang sangat bagus.

Sudah sewajarnya itu laris.

Mudah memasarkan sesuatu yang kita sukai.

Jangan remehkan dirimu. Lihat dia.

Dia sangat senang. Dia sibuk sekarang.
Dan jelas, dia pantas mendapatkannya.

Kau harus bangga pada dirimu.

Selamat tidur, Semuanya.

- Selamat istirahat.
- Luar biasa.

Menurutku ini hari pertama yang bagus.

Ini hari pertama Winter Wonderland terbaik
yang pernah kuhadiri.

Dan besok pasti akan lebih baik lagi.

Kau bekerja dengan sangat baik.

Ini bukan hasil kerjaku semata.
Ini hasil jerih payah bersama.

Penduduk kota ini, kalian... Terutama kau.

Kalian mau ke mana? Aku mau pulang.

Ya. Aku juga. Sampai jumpa besok, ya.

Tentu. Kerja bagus hari ini.

- Selamat tidur.
- Kau juga.

Sepertinya harimu cukup baik hari ini.

Begitukah?

Dan apa maksudnya itu?

Tak ada.

Hanya saja,
Kau dan Janie memang tak terpisahkan.

Bukan hanya hari ini. Sudah sepekan.

Aku hanya melakukan tugasku.
Apa boleh buat? Kami tinggal berdekatan.

Bukan itu maksudku, dan kau tahu itu.
Ada apa di antara kalian?

- Tak ada apa-apa!
- Dylan, ayolah.

Kau kakakku.
Aku tahu saat kau menyukai wanita.

Dan belum ada yang seperti Janie,
yang bisa membuatmu seperti ini.

Ya. Kau benar.

Tapi dua hari lagi Malam Natal,

dan festival akan berakhir,

lalu Janie akan kembali
ke Manhattan, jadi...

Kau tak keberatan?

Mau bagaimana lagi?
Memaksanya tinggal dan menjaga ladang?

Nah, langkah apa yang bisa dilakukan?

Mau diam saja
padahal sebentar lagi berpisah?

Dylan, waktumu dua hari lagi bersamanya.

Yakin mau itu
jadi hari-hari terakhir kalian?

- Aku tahu itu agak kuno.
- Charles!

Maaf. Pintunya tak dikunci,
jadi aku masuk saja.

Sedang apa kau di sini?

Aku tahu seharusnya aku menelepon,

tapi setelah pembicaraan terakhir kita,

kupikir aku harus segera bertemu denganmu.

Aku mempercepat urusanku
dan memesan tiket pesawat.

Kau tak senang bertemu aku?

Tentu saja, aku senang bertemu kau.

Hanya saja, aku terkejut.

Jika kau pikir itu kejutan,
sebaiknya kau lihat ini.

Apa ini?

Itu tawaran.

Untuk pertanian.

Apa?

Kau pasti kaget. Salah satu orang
yang kutemui di LA adalah pengembang.

Dia membangun kondominium di mana-mana.

Aku menunjukkan posmu
soal Winter Wonderland,

dan iklan pertaniannya,
dan dia bilang dia tertarik.

- Angkanya tak salah?
- Ya.

Jauh di atas penawaran.
Dia amat bersemangat.

Itu tawaran berupa tunai, Janie.

- Ya.
- Dia ingin bersepakat secepatnya.

Wah.

Maaf, aku butuh waktu

untuk mencerna ini.

- Aku mengerti.
- Ya.

Kita harus menyerahkan ini
ke pengacara Randall besok pagi.

Apa aku boleh mempertimbangkannya dahulu?

Ya, tentu saja.

Tapi ini tujuanmu kemari, 'kan?

Menjual pertanian
dan membereskan urusan Randall.

Kini ditambah menyelesaikan festival.
Aku tak keberatan untuk tinggal.

Tugasmu sudah selesai.

Baiklah.

Kau benar.

Kau butuh waktu untuk mencernanya.

Kau habis kerepotan
mengurus Winter Wonderland.

Dipikirkan besok saja. Ya?

Aku yakin di siang hari,
pikiranmu lebih jernih.

Lalu kita bisa kembali ke kehidupan kita.

Mau teh?

Ya. Terima kasih.

Ada beberapa kotak lagi yang baru tiba.

Akhirnya kau datang.

- Aku berusaha meneleponmu sejak tadi.
- Ya, aku...

Aku sempat khawatir.
Tak masalah kalau pekerjaan terlewat,

tapi kalau kau datang terlambat...

- Ada masalah?
- Tidak. Aku perlu bicara denganmu.

Aku juga. Baiklah, ikut aku.

Baiklah.

Pertama, kau harus membuka ini.

Dylan...

Aku tahu ini agak terlalu cepat,
tapi itu akan membantumu

mencerna ucapanku ini.

- Tapi aku harus memberitahumu bahwa...
- Rupanya di sini.

Hai.

- Sari apel panas sesuai permintaan.
- Terima kasih.

Charles, ini Dylan. Dylan, ini Charles.

Dylan bekerja di ladang.

Dia membantuku
mengerjakan Winter Wonderland.

Wah. Senang bertemu denganmu, Dylan.

Bagus sekali hasil kerja kalian.
Festivalnya indah.

Pasti ada pahit manisnya.
Namanya juga festival terakhir.

Pahit manis
adalah diksi yang tepat untuk itu.

Charles, kau keberatan
jika aku bicara empat mata dengan Dylan?

Kami mau berdiskusi soal pertanian.
Aku akan segera kembali.

- Tentu. Aku mau berkeliling.
- Baiklah.

Bagaimana menurutmu?

Ini benar-benar akan terjadi?

Entahlah.

Aku baru dapat tawaran itu
dari Charles kemarin.

Aku terjaga semalaman memikirkannya.

Ini untuk pengembangan kondominium.

Dengar, aku tahu ini tak sesuai harapan,

dan itu dapat berdampak buruk

pada pekerjaan dan pondokmu.

Janie, aku tak memikirkan diriku.

Aku memikirkan dirimu.
Inikah yang benar-benar kauinginkan?

Mari kita bersikap konkret.

Aku selalu berpikir
aku tak sanggup mengelola pertanian.

Randall pun tahu itu.

Tapi diuangkan seperti ini?
Menurutmu ini yang Randall inginkan?

Tunggu. Diuangkan, katamu?

Aku tak meminta pertanian ini
jatuh begitu saja ke tanganku.

Ini justru memperumit hidupku.
Aku bahagia di New York sebelum ini.

Maksudmu kau belum bahagia
sejak kau kembali?

Maksudmu kau tak merasakan apa pun

di sini?

Tak sesederhana itu.

Ya, kau benar. Ini...

Kau yang berhak memutuskan.
Aku tak berhak bersikap seperti ini.

Aku tahu kau ingin kembali ke New York.
Aku mengerti, jadi...

Jangan cemaskan festival. Bisa kuurus.

- Aku bisa membantumu.
- Aku serius, Janie.

Jangan merasa tak enak
karena hal ini. Pergilah.

Kau boleh pulang.

KUKIS PERSAHABATAN GRACIE

Silakan ambil kukismu. Mau kukis?

- Janie, kami sudah menjual banyak kukis.
- Hai.

Semua baik-baik saja?

Ya, tapi aku harus pergi.

Baiklah. Dylan bisa bantu kami berkemas.
Kita berjumpa besok, 'kan?

Kau mau ke mana?

Aku harus pulang,

tapi tempat tinggalku tak jauh dari sini.

Jadi, aku pasti akan menemuimu lagi. Ya?

Janji?

Janji.

Kemarilah.

Jual kukis yang banyak, ya?

Kau...

Aku kerap merindukan teman.

Jadi, kita harus tetap berkomunikasi.

Tenang. Tak akan kubiarkan
kau hilang lagi.

Ingat, aku seorang deputi.
Aku bisa menemukanmu. Kemarilah.

Hubungi aku setibamu di rumah.

Baiklah. Sampai jumpa, Gracie.

Dah.

Baiklah. Terima kasih, Nn. Collins.

Kau bukan lagi pemilik Pertanian Collins.

Tenggat waktu untuk menyerahkan ini
kepada pembeli adalah tanggal 1 Januari.

Kalau kau mau,
aku bisa mampir ke kantor pos.

Tidak. Langsung sepakati saja.

Baiklah. Senang berbisnis
denganmu, Nn. Collins.

- Semoga kita berjumpa lagi.
- Tentu, Sidney. Jaga dirimu.

- Sampai jumpa.
- Dah.

Sampai nanti.

- Kurasa kau tak mau cappuccino.
- Memang.

Aku ingin kedamaian
dan ketenangan di pertanian.

Tolong lepas sepatu.

Kau cinta ketenangan, ya?

Aku hanya ingin mampir dan menjengukmu
sembari ke kantor.

Aku membawakanmu sarapan.

Kebetulan aku lapar.

Ini yoghurt
dengan biji chia dan blueberry.

Menyehatkan sekali.

Kau sibuk hari ini?

Ya. Aku mau mampir ke kantor
dan melihat apa yang kulewatkan.

Begini,

aku sedang ingin makan siang
di restoran Thailand di dekat sini.

Mau bertemu pukul 13,00?

- Ya.
- Baiklah.

Aku pamit. Sampai nanti.

Terima kasih untuk...

Hei, Frank. Terima kasih sudah menelepon.

Pelan-pelan, Nak.

- Kenapa terburu-buru sekali?
- Maaf. Aku lupa waktu.

Aku harus membuka
Winter Wonderland. Belakangan,

- aku agak banyak pikiran.
- Aku mengerti.

Hidupmu akan berubah.

Aku mau mengirim dokumen Janie ke pos.

Itu bukan keputusan mudah baginya.

Aku tahu kok.

Menurutnya mengelola pertanian itu sulit.

Kuharap dia tak menyesalinya.

Kurasa aku harus pergi.

- Sampai nanti.
- Dah.

Ini proyek besar, Janie.
Dinosaurus adalah klien premium.

Dan minuman baru ini
diharapkan berkembang

ke pasar yang belum terjamah.

MINUMAN ENERGI ANAK-ANAK

Anak-anak?

Serangkaian rasa baru
yang menyasar pasar anak-anak.

Berarti jus kemasan akan punah?

Makanya, kau jadi penanggung jawabnya.
Aku akan ajukan ini sebagai slogan.

Ada apa?
Kukira kau akan amat senang soal ini.

Aku baik-baik saja.
Aku butuh beradaptasi lagi saja.

Wajar sekali. Nikmatilah malam Natal.

- Para dinosaurus kecil akan menunggumu.
- Ya.

"Janie, apa pun keputusanmu,

aku tahu Randall bangga padamu.

Kuharap ini membantumu
mengingat Winter Wonderland terbaik

yang pernah ada di Woodland Falls.

Selamat Natal. Dylan."

Madu.

Hei, maaf aku terlambat.
Sudah siap berangkat?

Apa itu?

Hadiah Natal dari Dylan.

Sesedih itukah?

Tidak. Justru ini...

Ini sempurna.

Charles, bisa duduk di sampingku?

Jika kau tak keberatan...

aku akan di sini saja.

Baiklah.

Charles, aku harus jujur kepadamu.

Aku harus jujur pada diriku.

Tiga tahun lalu saat pindah ke kota ini,

aku suka tempat ini.
Aku suka menghabiskan waktu denganmu,

bekerja untuk Elle dan hiruk pikuknya...
Itu membuatku bersemangat.

Tapi kurasa itu hiruk pikuk itulah
yang membuatku tak sadar bahwa...

semua itu tak membuatku bahagia lagi.

Setelah kembali ke pertanian Randall,
aku baru mengerti bahwa...

itu yang membuatku bahagia.

Aku menghargaimu. Sungguh.

Aku menghargai etos kerjamu,
dan aku tak ingin mengubahmu.

Karena aku tahu
seorang wanita akan datang kelak,

dan dia akan ingin melakukan semua hal
yang kau inginkan dan menjadi pasanganmu.

Tapi itu bukan aku.

Aku akan kembali ke Woodland Falls.

Membuang kariermu dan menjadi petani?

Mungkin. Entahlah.

Tapi aku tak merasa membuang apa pun.

Aku hanya...

mengubah citra.

Kau sudah lama menarik diri.

Aku juga tak mau mengubahmu, Janie.

Ayo. Pergi dari sini. Kalau beruntung,
kau mungkin bisa mendapatkannya kembali.

Terima kasih, Charles.

Ya.

Anda menghubungi kantor hukum
Sidney Reynolds, Esquire.

Maaf melewatkan telepon Anda.
Silakan tinggalkan pesan.

Akan kuhubungi kembali. Terima kasih.

Hai, Sidney. Janie lagi.

Tolong jangan kirim berkas itu.
Kuulangi, jangan kirim berkas itu.

Terima kasih. Dah.

Apa? Yang benar saja.
Aku tak punya waktu untuk ini.

- Di mana STNK-nya? Di mana sih?
- Anda menyadari kecepatan Anda?

- Nicole.
- Kok kau kembali lagi?

Seharusnya aku tak pergi. Bodohnya aku,

sampai harus kembali ke Kota New York

untuk menyadari
bahwa itu bukan rumahku lagi.

Maksudmu Woodland Falls
terasa seperti rumahmu?

Ya. Aku tahu aku mengebut,
dan aku minta maaf,

tapi aku harus
segera tiba di Winter Wonderland

karena perlu bicara dengan Dylan.

Aku bisa melepaskanmu dengan peringatan.

Sayang sekali jika kau kemari,
tapi sudah terlambat.

Aku bertanggung jawab melayani
dan melindungi masyarakat.

- Baiklah.
- Butuh pengawalan polisi?

- Kita sepemikiran. Ayo!
- Terima kasih. Aku mencintaimu!

Selamat Natal.

Paman Dylan.
Tak ada kukis lagi. Sudah terjual habis.

Kau baik-baik saja?

Maaf.

Kau masih memikirkan Janie?

Tentu saja tidak. Aku hanya teringat...

Ya. Aku masih memikirkan Janie.

Tak apa, Paman Dylan. Tak apa-apa.

Kau yang terbaik.

Akan ada penutupan resmi
Winter Wonderland.

Kau luar biasa.

Hadirin, boleh minta perhatiannya?

Kalian terlihat luar biasa.

Senang melihat senyum di wajah kalian.
Terima kasih sudah datang

dan mendukung Winter Wonderland.

Karena datang kemari tiap tahunnya,
kita jadi punya banyak kenangan,

dan kita akan menyimpan kenangan itu
di hati kita.

- Karena, sayangnya, tahun ini...
- Dylan.

Dylan. Tunggu. Permisi. Maaf.

Hai.

Boleh kupinjam itu?

- Hai.
- Hai.

- Ya.
- Boleh? Terima kasih. Dan ini.

Pegang saja. Jangan dibuka.

Hei.

Hai, Semuanya.

Bagi kalian yang mungkin tak mengenalku,
namaku Janie Collins,

dan pertanian ini milik pamanku Randall.
Dia amat mencintai Winter Wonderland.

Jadi, aku hanya ingin mengucapkan

berterima kasih
kepada seluruh penduduk Woodland Falls

dan para pengunjung karena kami
tak mungkin mewujudkan ini tanpa kalian.

Jadi, Terima kasih.

Memang, ini hanya terjadi
satu kali dalam setahun,

tapi bukankah bagus jika bersantai

dan memikirkan
hal yang sangat penting dalam hidup?

Dan omong-omong soal hal penting,

aku harus berterima kasih

kepada seseorang yang mempertahankan
impian paman buyutku,

sekaligus membantuku di setiap langkahnya.
Dia mencintai kota ini melebihi apa pun

dan membuatku sadar
betapa indahnya kota ini.

Kalian semua luar biasa.

Terima kasih, Dylan, dari lubuk hatiku.

Baiklah. Hal terakhir
yang ingin kusampaikan adalah

Selamat Natal, dan sampai jumpa di sini

tahun depan di Winter Wonderland.

Aku agak bingung.

Aku tahu. Wajar kok.

Karena kau kembali.

Ya, karena aku kembali ke New York
dan aku banyak berpikir.

Aku hanya memikirkan
yang kuinginkan dalam hidupku,

lalu aku menyadari bahwa aku telah hidup
dalam kebohongan.

Aku tak melakukan hal-hal
yang membuatku merasa senang

dan bahagia.

Sampai akhirnya
aku datang ke pertanian ini,

dan kau membantuku sadar bahwa

hidupku memiliki potensi
yang belum dimanfaatkan.

Dan...

Dan akhirnya aku menyadari
yang kuinginkan dalam hidupku,

dan bukan hanya itu,
tapi siapa yang kuinginkan dalam hidupku.

Aku ingin berada di pertanian ini.

Aku ingin di sini bersamamu

karena kau membuatku bahagia.

Jujur...

itu hal yang paling membahagiakan bagiku.

Tapi aku tak bisa membiarkanmu
merelakan semua yang telah kaucapai.

Tidak. Jangan cemaskan itu.
Aku sudah pikirkan hal itu. Dengarkan aku.

Jadi, aku selalu ingin bekerja
untuk diri sendiri,

dan kau tahu aku ingin punya
klien yang kubanggakan,

Aku yakin banyak orang di Woodland Falls
yang membutuhkan bantuanku.

Kurasa yang terpenting adalah

akhirnya aku melakukan ini
dengan kehendakku.

Tapi bagaimana dengan pertanian?

Kebetulan aku punya pengacara terbaik.

Sidney tak menyerahkan berkas itu

karena seseorang memberitahunya
bahwa aku mungkin menyesal kelak, jadi...

Tapi kurasa yang terpenting adalah
aku akan sangat sibuk

memulai usaha baruku,

jadi aku butuh seseorang
untuk mengelola pertanian,

dan menurutku orang itu adalah kau.

Dengan senang hati.

Saatnya kau membuka hadiah itu.

Akan kutunjukkan cara kerjanya.

Oke, kita punya pertanian.

Terjemahan subtitle oleh Fikar