All language subtitles for EP11_ Love Me, Love My Voice [WeTV Subindo]

♪Hei, apakah alasannya?♪

♪Jantung berdebar tanpa henti♪

♪Bahkan dunia jadi sangat sunyi♪

♪Hei, kau yang pernah kubayangkan♪

♪Ekspresimu yang seperti apa♪

♪Yang membuatku terpesona♪

♪Perlahan-lahan kita saling jatuh cinta♪

♪Perlahan-lahan
aku tidak dapat meninggalkanmu♪

♪Perlahan-lahan kita bersama♪

♪Aku mencintaimu♪

♪Perlahan-lahan kita saling jatuh cinta♪

♪Perlahan-lahan
aku tidak dapat meninggalkanmu♪

♪Perlahan-lahan kita bersama♪

♪Aku mencintaimu♪

♪Perlahan-lahan kita saling jatuh cinta♪

♪Perlahan-lahan
aku tidak dapat meninggalkanmu♪

♪Perlahan-lahan kita bersama♪

♪Aku mencintaimu♪

♪Perlahan-lahan kita saling jatuh cinta♪

♪Perlahan-lahan
aku tidak dapat meninggalkanmu♪

♪Perlahan-lahan kita bersama♪

♪Aku mencintaimu♪

=Merindukanmu=

=Episode 11=

(Terima kasih, pacarku,
sudah menyiapkan makan malam untukku.)

Ini juga enak.

Kau sudah bangun?

Sudah tidak demam?

Sepertinya sudah lebih baik.

Tetapi, mungkin nanti malam
akan demam lagi.

Kalau begitu, bagaimana kalau
kau pergi saja ke rumah sakit?

Tidak perlu. Tiap tahun aku selalu
demam beberapa kali, nanti juga sembuh.

Keringatmu banyak sekali. Aku buka
penghangat saja, jangan sampai flu.

Tidak apa-apa. Terima kasih.
Tidak perlu.

Kau haus atau lapar?

Aku mau pergi ke toilet.

Pergilah.

Apa kau lapar? Sudah pukul empat.
Bagaimana kalau aku pesan makanan?

Atau aku masak? Aku tidak pandai masak,
tetapi aku masih bisa masak bubur.

Apakah camilan-camilan itu enak?

Lumayan enak.

Kau suka yang mana? Lain kali
aku akan beli agak banyak.

Ceker ayam lumayan enak.
Dendeng juga enak.

Tidak usah. Aku ambil dari supermarket
saja, sekalian ambil yang mengenyangkan.

Baik, nanti aku bayar.

Tidak usah.

Bagaimana kalau kau duduk sebentar?
Aku mau berbaring, masih agak pusing.

Kau sudah banyak berkeringat.
Minumlah dulu.

Baik, terima kasih.

Sudah membaik.

Jepitanmu jatuh.

Aku bantu.

- Selesai.
- Terima kasih.

Rambutmu terlilit di jam tanganku.

Kau jangan bergerak. Aku lepaskan.

Tunggu sebentar.

Sakit?

Kalau sakit, jangan bergerak dulu.

Sebentar lagi.

Bagaimana kalau nyalakan lampu dulu?

Perlukah aku bantu tutup pintu?

Kau bantu nyalakan lampu dulu.

Apa kau baik-baik saja?

- Baik-baik saja.
- Maaf.

Kau sudah selesai melihat naskah?

Sudah. Aku lapar,
jadi keluar cari makanan.

Kalau tidak, aku tidak akan
datang mengganggu kalian.

Dari tadi dia ada di rumah?

Ya.

Tadi kau datang, aku kirim pesan
untuknya, suruh dia diam di kamarnya,

jangan keluar,
agar kau tidak merasa canggung.

Aku sangat patuh.
Aku tidak akan keluar kalau tidak lapar.

Tadi kami sedang bahas malam makan apa.
Karena kau di rumah, kita makan bersama.

- Ehm, Pak Mo, bolehkah aku ikut makan?
- Kau punya mulut, kau boleh makan.

Baik. Kalau begitu, aku tidak sungkan.

Malam makan bubur saja. Ada beras, 'kan?
Aku tumis beberapa sayur polos.

Aku mau makan daging sapi kukus.

(Aku tidak bisa masak itu.)

Bukankah sakit harus makan
yang agak hambar?

Bisakah?

Bisakah lain kali saja? Kau demam.

Lagi pula, semua bahan
sudah ada di dalam kulkas.

Begini saja. Demamku sudah turun.
Aku masak untuk kalian berdua saja.

Baik.

Demam harus makan yang agak hambar.
Kau sendiri dokter. Kau nasihati dia.

Lagi pula, aku tidak bisa masak.
Aku tidak keberatan siapa yang masak.

- Aku masak, tetapi kau makan sedikit.
- Baik.

- Ini, 'kan?
- Seharusnya ini.

Beku begini, bagaimana masaknya?
Apakah harus dicairkan dulu?

Bagaimana kalau kita masukkan
ke microwave dulu?

Tidak boleh, 'kan?

Aku rasa boleh.
Satu menit saja pasti sudah siap.

Kalau begitu, tidak bisa dimakan lagi.
Kualitas dagingnya bisa rusak.

Jadi, harus bagaimana?

Rendam langsung semuanya
ke dalam air dingin saja.

Lengkap sekali.

Kalau dia tidak menjadi dokter,
jadi koki juga bagus.

Tetapi hobi tidak bisa dijadikan
sebagai karier. Benar, 'kan?

Benar juga.

Namun, aku beri tahu kau.
Pak Mo biasanya...

Kami sedang menunggu
daging sapi mencair.

Kami tidak bermalas-malasan.

Belum selesai.

Ya, kami baru merendamnya
tidak sampai sepuluh menit.

Lihatlah teknik pemotongannya.
Seperti koki Michelin bintang tiga.

Bantu aku ambilkan soda kue,
arak masak, dan sumpit.

Soda kue.

Baik, terima kasih.

Air daun bawang dan jahe.

Air daun bawang dan jahe.

Aku tidak tahu ada di mana.
Dapur ini diatur olehnya.

Di sana ada yang siap pakai.

Ini, ya? Di dalamnya ada daun bawang.
Seharusnya ini.

- Kapan kau membuatnya?
- Tadi siang.

Bukankah waktu itu kau sedang demam?

Tiba-tiba aku mau makan,
jadi aku menyiapkannya dulu.

Saus tiram, kecap asin.

- Saus tiram...
- Ini.

- Tauco dan minyak sayur.
- Baik.

Tolong diaduk rata.

Apakah kalian berdua
masih butuh bantuan?

Untuk sementara tidak perlu.

Aku pergi minum obat.
Kau perhatikan waktunya.

Marinasi selama sepuluh menit.
Panggil aku kalau sudah.

Untung kau datang. Aku makin merasa,
setelah dia punya pacar,

ternyata aku yang paling diuntungkan.

Lihatlah, kalau kau tidak datang,
pasti aku yang membantunya masak.

Aku juga tidak terlalu jago.

Kau jago atau tidak, itu tidak penting.
Yang terpenting, dia jago.

Biasanya kalau kami pergi ke pasar,
dia beli daging dan sayur yang disukai.

Lalu, setelah pulang, dia akan
mempelajari resep dan cara masaknya.

Beli sayur dulu, baru memutuskan
apa yang dimasak?

Pencinta makanan yang sangat berkelas.

Kau tidak mengerti, 'kan? Itu bukan
berkelas, itu namanya super. Paham?

- Makanan pokoknya bubur.
- Baik.

- Aku cari beras dulu.
- Ada di sana.

Sekarang kau bahkan lebih mengenal
tempat ini daripada aku.

Eh, Sheng.

Apa kau tahu insiden unggahan ulang
dari Pak Mo dua tahun yang lalu?

Tahu. Semua penggemarnya tahu, 'kan?
Sejarah kelam yang dibahas tiap tahun.

Hewan peliharaan seseorang hilang,
Pak Mo bantu unggah, ternyata penipu.

Dia langsung hapus unggahan Weibo, minta
maaf, tetapi mereka terus mengkritiknya.

Bilang dia itu dalang di balik semua ini.
Bilang dia menipu uang dan penggemar.

Serta menipu apa lagi?

Makin populer seseorang,
makin banyak orang yang iri.

Aku sangat kasihan melihatnya
seperti itu.

Warganet memarahinya selama tiga bulan,
sampai menggali semua informasinya.

Benar. Karena itu, dia takut
memengaruhi rumah sakit dan pasien,

jadi dia keluar dari industri ini
selama tiga tahun.

Sayang sekali.

Karena itulah, sekarang aku tidak berani
melihat atau membalas pesan pribadi.

Aku tidak berani lihat yang tag aku.
Aku takut menimbulkan masalah.

Lihatlah, Pak Mo seperti itu, 'kan?
Sekarang dia tidak melihat gosip lagi.

Ada semacam dendam, namanya iri.
Benar atau salah, tidak bisa dinilai.

Jadi, kita serahkan semuanya pada waktu.

Tidak usah peduli keributan di internet.
Benar, 'kan? Sheng.

- Apa kau sedang menghiburku?
- Ya.

Awal melihatnya,

aku sangat tidak senang.

Dulu aku tidak punya penggemar,
tidak populer, tidak diperhatikan.

Lalu, tiba-tiba ada begitu banyak orang
yang mengkritikku,

aku merasa tidak terbiasa.

Tidak jadi masalah setelah terbiasa.

Lagi pula, begitu mendengar dia sakit,
aku langsung melupakan hal itu.

Bagus. Mereka hanya tahu mengkritik.
Tidak perlu bertanggung jawab. Ya, 'kan?

Cara terbaik adalah tidak mendengar
dan tidak melihat. Ya, 'kan?

Aku lihat dulu.

Bagaimana kalau kita tumis
sawi hijau dan jamur lagi?

Boleh juga. Asal kau tidak merasa
masakanku tidak enak.

Pastinya lebih enak dari masakanku.

- Semangat! Aku ke kamar dulu.
- Baik.

Daging sapi kukus, tumis sawi hijau dan
jamur? Bagaimana caranya? Aku cari dulu.

Baterai habis.

Waktunya tiba?

Bukan. Ponselku mati. Aku mau cari resep
dan masak sendiri. Boleh pinjam laptop?

Di sana ada tablet, lebih praktis.

Kau jangan turun dari ranjang terus.
Nanti demammu bisa makin parah.

Sudah tidak demam, hanya sakit
tenggorokan saja, tidak jadi masalah.

Sebelumnya ketika aku demam, aku
tidak bisa turun dari ranjang seharian.

Aku pernah pagi demam, sore kerja,
lalu kerja sampai besok paginya.

Apakah orang tuamu
tega melihatmu begitu?

Biasa. Satu di Pusat Transplantasi Hati,
satu lagi di Departemen Kardiologi.

Mereka sudah bersyukur kalau seminggu
bisa makan bersama satu kali.

Jadi, mereka tidak merasa
aku sangat kelelahan.

Sudah ketemu?

Campur tepung dan daging sapi, lalu aduk.

Susun di piring, kukus dengan api besar
selama kurang lebih selama 12 menit.

Benarkah? Seperti ini?

Tepung ada di tempat
air daun bawang dan jahe tadi.

Terima kasih, pacarku,
sudah menyiapkan makan malam untukku.

Terima kasih sudah datang menemaniku.

Aku hanya takut kau di rumah sendirian,

dan tidak ada yang jaga.

Sudahlah, aku pergi masak dulu.

Kenapa? Matamu sakit?

Mau diperiksa dokter mata?

Sini, aku periksa dulu.

- Kau hebat karena punya pacar?
- Iri?

Aku sangat iri.

Aku takut lauknya tidak cukup,
jadi aku masak daun bawang campur tahu.

- Terima kasih.
- Sumpit.

- Nasib tiap orang memang berbeda, ya.
- Sialan!

- Makan bubur dulu.
- Terima kasih.

Sheng.

Sudah merepotkanmu.

Tidak jadi masalah.

Kalau begitu, aku masuk dulu.

Pak Mo, sulit diduga, ya.

Sheng, sudah merepotkanmu.

- Kenapa?
- Aku mau makan dulu.

Sayur sudah siap.

- Aku yang minta sawi hijau dan jamur.
- Kenapa kalian tidak makan?

- Kami sedang membahas...
- Kami membahas,

bukankah makan bubur dan tahu
harus pakai sendok?

Benar. Aku ambilkan.

Jangan. Kau jangan pergi. Jangan sampai
kau sendiri yang kerja. Aku saja.

- Eh, sendok ada di mana?
- Aku tidak tahu. Kau cari sendiri.

Apakah dia tidak makan daun bawang?

Mana mungkin? Dia makan semua.
Kau kasih rumput, dia juga makan.

Kukus daging sapi segera siap.
Aku pergi lihat dulu.

- Kau makan sedikit dulu.
- Aku tunggu, kita makan bersama.

Kau benar-benar bisa mengatakan apa pun
agar pacarmu merasa senang.

Tetapi, tidak apa-apa. Jangankan rumput,
aku bisa makan apa pun.

Sepertinya hari ini kau sangat cerewet.

Aku diam di kamar begitu lama. Aku keluar
dan lihat makanan enak, aku senang.

Begitu senang, aku jadi cerewet.

Aku bisa menikmati semua ini
karena sakit. Jaga sikapmu.

Baik, aku jaga sikap.

Siapa? Wang Ke?
Apa mau ajak dia makan bersama?

Cukup kalau aku jadi pengganggu di sini.
Tidak boleh tambah orang lagi.

Wang Ke itu siapa? Temanmu?
Aku tidak kenal.

- Sudah ada orang?
- Tidak ada.

Orangnya tidak menjawab telepon.
Bagaimana cara kita naik?

Mana aku tahu? Kenapa harus naik motor?
Aku kedinginan dan harus tunggu di sini.

- Minggir! Biarkan aku duduk sebentar.
- Ini...

Kau sudah mengomel dari tadi. Bawa mobil
harus cari tempat parkir, bayar parkir,

isi bensin. Kalau ini, ramah lingkungan.
Cas sekali, tahan seminggu.

Diam kau! Balas panjang lebar.
Apa kau bisa pikirkan cara naik dulu?

Apakah gedung ini tidak ada orang?
Kenapa tidak ada orang yang keluar?

Jangan-jangan Mo Qingcheng pingsan?

- Seharusnya tidak mungkin.
- Aku panggil ambulans.

Menurutku, meskipun ambulans datang,
mungkin juga tidak bisa naik.

Bagaimana menurutmu?

Ambulans juga tidak bisa membuka pintu.

Apakah paman itu tinggal di gedung ini?

Sudah pasti. Apakah di belakang
masih ada gedung lain?

Bagaimana kalau dia hanya
keluar jalan-jalan?

Mana ada yang jalan-jalan bawa sayur?
Lihatlah, dia sedang ambil kunci, 'kan?

Belok, masuk. Pak, Anda tinggal di sini?

- Ya, aku tinggal di sini.
- Bagus sekali. Sini, aku bantu.

Apa yang kau lakukan?

Bocah, ada apa?

Paman, jangan marah.
Teman kami juga tinggal di sini.

Dia demam, tidak menjawab telepon.
Kami takut dia pingsan di rumah.

Jadi, kami ingin pergi menjenguknya.
Paman bantu buka pintu saja.

Benar.

Rumah yang mana?
Bagaimana kalian membuktikannya?

Kenapa temanmu sangat menyebalkan?

- Kau mau pergi ke mana?
- Ambil lauk.

Sangat perhatian.

Biar aku saja.

Ini untukmu.

Aku bereskan dulu.

Tidak usah. Makan dulu.
Nanti biar Juemei yang beres-beres.

Ya, serahkan saja padaku.
Selalu aku yang mencuci piring.

Baik.

Mari bersulang. Terima kasih atas
kedatanganmu, sampai menyiapkan lauk.

Sudahlah, ayo kita mulai makan.

Aku cicipi kukus daging sapi dulu.

Aku cicipi juga.

Kau yakin masak hidangan ini
untuk pertama kalinya?

- Enak.
- Benarkah?

Pacarnya koki hebat, tentu luar biasa.
Enak. Aku coba sayur yang aku minta ini.

Lumayan berbakat.

Bukannya aku memuji. Pertama kali masak
bisa seperti ini, sudah sangat hebat.

- Kalau begitu, kalian makan lebih banyak.
- Baik, makan lebih banyak.

Kau demam, harus makan
lebih banyak bubur.

Baik.

Lihat, suaramu serak. Tenggorokanmu harus
sembuh sebelum hari peringatan berikutnya.

Makan saja. Jangan bahas pekerjaan.

Dua hari lalu, aku flu dan diperiksa.
Kau bantu aku lihat laporannya.

- Baik, berikan padaku.
- Aku pergi ambil.

- Benar-benar enak.
- Itu karena kau yang meracik bumbunya.

Bubur juga enak.

Ini laporannya. Bantu aku lihat dulu.
Habis beberapa ribu yuan.

Kenapa?

Ada sedikit masalah.

Masalah apa?

Biasanya terlalu cerewet, makan enak.
Kalau begini terus, awas perlemakan hati.

Sheng, tiap hari aku makan enak dengannya.
Apa mungkin tidak kena perlemakan hati?

Memang harus kombinasi daging dan sayur.
Konsumsi biji-bijian sesekali.

Aku makan itu kalau dia tidak di rumah.
Mi jagung, bubur millet.

Sudahlah, tidak ada masalah.

Baiklah. Omong-omong, Sheng, kalau kau
menikah dengannya, harus perhatikan ini.

Kenapa?

Tidak apa-apa. Aku lupa bubur ini
masih sangat panas.

Pelan-pelan.

Buburnya terlalu panas. Kau tiup dulu.

Kalau kau berbicara lagi,
kau akan kena pelemakan hati.

Siapa?

Aku pergi lihat dulu.

- Apa yang kau lakukan?
- Kenapa kalian datang?

- Kawan, kau tidak jawab telepon.
- Ganti sandal.

Dasar! Kami sampai panik.

Dia...

Kalian melakukan kejahatan apa
di belakang Shengshengman?

Berisik.

- Sheng ada di sini juga?
- Kalian datang juga?

- Kami takut kau pingsan.
- Ya.

Kalian sudah makan?
Bagaimana kalau makan bersama?

- Kami...
- Baiklah.

- Aku ambilkan bubur untuk kalian.
- Tidak usah.

- Terima kasih.
- Biarkan mereka ambil sendiri saja.

Pak Mo, hubungan kalian sangat lancar.
Pacaran beberapa hari, selalu di rumah.

Hebat, ya. Aku heran kenapa tiba-tiba
demam. Ternyata berpura-pura.

Menipunya ke rumah. Jahat sekali.

Aku heran, Pak Mo yang kuat,
kenapa tiba-tiba sakit?

Kalian berdua sebenarnya
mau makan atau tidak?

Makan.

Wang Ke, aku hanya mencuci piring,
kau menghabisi semua prajuritku.

- Aku juga perlu berkembang.
- Kau itu pendukung, buat apa berkembang?

- Aku...
- Bukan urusanmu.

Kak Zheng ganti gaya rambut?

- Sangat bersemangat.
- Untuk apa begitu formal di rumah?

Eh, ada urusan di studio rekaman.
Ayo kita pergi.

- Urusan apa?
- Urusan mendesak.

Baru selesai makan, harus duduk tenang.
Aku baru selesai cuci piring.

Sudah aku bilang, ada urusan mendesak.

Maaf, pelayanan kami kurang baik.
Sheng, kami pergi dulu.

- Jangan omong kosong.
- Tuan rumah, kau jaga dia baik-baik.

- Eh, aku pakai sepatu dulu.
- Buat apa pakai sepatu? Bawa ke luar.

Tas! Eh, sepatu dan tasku
masih ada di dalam.

Apa kau mau melakukan sesuatu?

Terserah.

- Kalau begitu, aku bereskan kamar dulu.
- Baik.

Sku sering lembur. Tidak ada hiburan
untukmu. Apa yang biasa kau lakukan?

Tidak tahu.

Maksudku, tidak ada yang spesial.
Hanya bermain ponsel dan menonton film.

Aku sudah lama tidak menonton film.

Bagaimana kalau aku lihat
rekomendasi dulu?

Tidak usah.

Kau tidak mau menonton?

Maksudku, tidak perlu sengaja dicari.
Cari satu film asal saja.

Baik. Aku cari asal-asalan saja.

Ayo.

Tidak bisa pulang ke rumah.

- Pegang dengan erat.
- Sudah.

- Lihatlah, sangat romantis.
- Sangat romantis.

Mereka berdua bermesraan di rumah.
Kita duduk dengan bosan di sini.

Sekarang tidak bisa pulang.
Pikirkan kegiatan dulu.

Masalahnya, tidak tahu harus ke mana.
Aku hanya bisa bonceng satu orang.

Siapa yang bisa aku tinggalkan?
Tidak mungkin aku tinggalkan. Ya, 'kan?

Kau cukup tinggalkan motormu di sini.

Tidak, aku baru beli. Kalau hilang,
kau ganti rugi atau aku tanggung sendiri?

- Baiklah. Kau jaga saja motormu.
- Aku memang mau menjaga motorku.

Kak Zheng, kita naik taksi
ke rumahku. Aku baru beli komputer.

Rumahmu terlalu jauh.
Aku tidak mau pergi.

Baik, kalian semua merasa
rumahku terlalu jauh.

Terima kasih.

(Senior, lihatlah, baru aku foto.
Bagaimana?)

(Lumayan bagus.)

(- Bagus, 'kan?
- Coba perbesar.)

(Tidak mungkin membahas
resep makanan lagi, 'kan?)

(Apakah seharusnya aku mencari topik?)

Oh, aku sudah mengecas ponselmu.

Aku seduh teh susu panas untukmu.

Siapa?

(Mo Qingcheng)
(Apa yang biasa dilakukan bersama wanita?)

Ada-adanya hal yang tidak diketahui
oleh Pak Mo?

Kenapa?

(Lakukan apa pun yang kau inginkan.)

(Serius.)

Itu sangat gampang. Mengobrol dengannya.

- Menonton film.
- Main skrip misterius.

- Ruang rahasia.
- Taman hiburan juga bisa.

- Bukankah sangat gampang?
- Dasar.

- Kalian berdua balas saja.
- Jangan, Kak.

Jangan, tidak cocok.
Aku hanya bisa bicara.

(Mengobrol, nonton film, permainan skrip
misterius, ruang rahasia, taman hiburan.)

(Taman hiburan sudah tidak sempat.)

- Langit memang tidak mendukung.
- Banyak sekali masalahnya.

(Kakak, langit segera gelap,
tentu saja tidak sempat.)

(Orang biasanya pergi pagi hari.
Lain kali saja, aku pesan tiket untukmu.)

(Aku tanya dari tadi,
tidak ada yang berguna.)

Kak Zheng, sikapnya seperti ini,
kau malah mengusir kami dari rumah.

Pokoknya kalau aku adalah kau,
aku pasti tidak tahan.

- Aku juga tidak tahan.
- Tanyakan.

(Telepon dari Zhou Zheng)

Hei, apa maksudmu?

Kami akhir pekan berkeliaran di luar
demi memberi ruang untukmu.

Kau tidak berterima kasih,
malah bilang ide kami buruk?

Terima kasih. Sudah bisa. Sudah, ya.

Apa?

Terima kasih?

- Sudah ditutup?
- Sudah ditutup.

Kenapa tertawa?

- Sangat keterlaluan.
- Sangat keterlaluan.

Aku akan pergi ke studio rekaman.
Terserah kalian mau pergi ke mana.

Kak, inilah yang aku tunggu.

- Kau tidak bilang, kami tidak bisa pergi.
- Benar.

Memang tidak bisa bonceng dua orang.
Ayo, Fei Shao, main gim di rumahmu.

- Cepat pergi! Aku kesal melihat kalian.
- Kau tidak bisa melihat kami lagi.

Kabari setelah tiba
di studio rekaman, Kak.

- Hati-hati, panas.
- Terima kasih.

Produk ini baru keluar?
Aku belum pernah melihatnya. Cantik.

Aku jadi sutradara isi suara, dikasih ini.
Seharusnya hanya staf yang dapat.

Sangat istimewa.

Nanti setelah dicuci,
kau bawa pulang saja.

Bukan itu maksudku.
Aku bukan mau mengambilnya.

Aku tahu, tetapi bukankah kau suka?

Meskipun suka, aku juga tidak boleh
mengambil barang orang lain sembarangan.

Kita tidak usah begitu sungkan.

- Teh susu ini sangat enak.
- Nanti kau bawa pulang juga.

Tidak usah. Merek apa? Aku beli sendiri.

Biar supermarket kami
bisa memasukkannya dalam stok.

Kami memasukkan produk yang bagus,
sebagai tanggung jawab pada pelanggan.

Reputasi supermarket kalian sangat bagus.
Rekan di rumah sakit sering bilang padaku.

Ya, sudah buka sangat lama. Banyak dokter
yang sudah pensiun, masih beli dari kami.

- Benarkah?
- Apa kau tidak tahu?

Sebelumnya aku tidak kerja
di rumah sakit itu.

Oh.

Aku lihat dulu ada apa lagi
yang bisa dimakan.

Kue ini sangat terkenal, banyak antrean.

- Benar juga.
- Kau mau makan? Aku traktir.

Tetapi perlu antre sebentar.
Tidak jadi masalah, 'kan?

- Tidak masalah. Hari ini aku libur.
- Kalau begitu, kita antre.

Itu ayahku.

Sheng!

Sheng!

Sheng!

Sheng!

- Kulihat mirip kau.
- Ayah.

Aku memanggilmu berkali-kali.
Kau tidak mendengarnya?

- Aku tidak mendengarnya.
- Tidak mendengarnya?

Kenapa? Mau makan kue bulan daging?

Ibumu beli tadi sore, tidak usah antre.
Makan saja di rumah. Naiklah.

Bukan.

Nanti temanku akan datang.
Mereka mau makan. Aku beli untuk mereka.

Aku bilang sama mereka, kue bulan daging
di depan rumah kita sangat enak.

Jadi, Ayah pulang dulu.
Setelah mereka datang, aku akan pulang.

Tadi sore ibumu beli sangat banyak.
Kami tidak bisa menghabiskannya.

Begini saja.
Suruh temanmu ambil di rumah kita.

Eh, Ayah.

Yang panas lebih enak.

Hari ini kau agak aneh, ya.

Biasa suruh kau beli, kau tidak mau antre.
Kenapa hari ini kau jadi rajin?

Tidak.

Kau harus maju.

Kau dulu.

Ayah pulang saja.
Nanti setelah beli, aku akan pulang.

Eh, aku... aku harus pergi beli barang.

Kalau begitu, cepat pergi beli.

- Kalau begitu, aku pergi beli barang, ya.
- Dah!

Aku pergi, ya.

Tadi kau menakutiku. Apa kau tahu?
Kau malah menepukku.

Aku pikir ayahku mengenalimu,
atau kau sudah pergi. Kau...

Ayah, bukankah Ayah pergi beli barang?
Kenapa kembali lagi?

♪Lalui waktu menjadi
sebuah perahu yang bergoyang♪

♪Mengarungi duka perpisahan
yang bergejolak dan berliku♪

♪Takut masa lalu akan terkikis
oleh angin dingin yang datang bertiup♪

♪Kenangan masa lalu diaduk
menjadi sungai yang mengalir♪

♪Mengelus lembut celah yang retak
dengan ujung jari♪

♪Tidak berani menatap
wajah yang pucat dan tua di cermin♪

♪Setelah bertahun-tahun,
kerinduan masih kuat seperti dulu♪

♪Merasa kesepian
dan mengalami kesulitan♪

♪Giling kenangan menjadi jejak tinta♪

♪Tulis di selembar kertas sampai basah♪

♪Merindukan dirimu yang telah pergi♪

♪Di mana aku bisa menanyakan
tanggal kepulangan?♪

♪Cermin perunggu pecah dan terbelah♪

♪Kerinduan selalu sulit diungkapkan♪

♪Dalam puluhan ribu mil♪

♪Ketenaran dan kekayaan duniawi
hanya ilusi dan tidak dapat dihilangkan♪

♪Dunia ini tidak kekal
dan segala sesuatu bagaikan awan♪

♪Sulit menandingi secangkir teh
yang kau pegang♪

♪Jika dapat mengangkat gelas♪

♪Pasangan saling menghormati
bagaikan tamu♪

♪Minumlah masa lalu♪

♪Saling mengandalkan, enggan berpisah
serta saling menemani siang dan malam♪

♪Sendirian di dunia yang luas ini♪

♪Terjadi sesuatu pada kehidupan,
sehingga perlu penyesuaian rutinitas♪

♪Melihat ke dunia,
kenapa menganggapnya rumah?♪

♪Semoga embun beku yang cerah
mencerminkan terangnya bulan♪

♪Bayangan manusia
berpasangan dalam cermin♪

♪Kembali bersamamu♪

♪Telah menjauhkan kesulitan
di setengah kehidupan♪