All language subtitles for Pacerville aka Last The Night (2022) 1080p.WEBRip.x264.Indonesian

George Washington bajingan.

Hei, semua, bisa kita tidak
merendahkan presiden?

Presiden pertama Amerika Serikat?

Definisi bajingan sebenarnya.

Miguel, jaga bahasamu.

Maaf, Pak Dunbar.

Baiklah, kau jelas memiliki
pandangan kuat terhadap Washington,

Seperti seharusnya,
dan itu hakmu.

Ada yang bisa berbagi
pendapat tentang itu?

Budak?

- Budak, bagus.
- Perbudakan itu bagus?

Miguel, aku jelas tak bilang
perbudakan itu bagus.

- Lanjutkan, Sadie.
- Apa?

Kau tadi bicara tentang Washington.

Maksudku, dia memiliki budak,

Dan, ya, dia melakukan
banyak hal-hal besar.

Seperti membunuh orang Inggris,

Dan dia membuat jalan setapak
dan sebagainya,

Tapi budak menebang pohon
untuk membuat jalan.

- Dia tidak membayar mereka.
- Dan itu deforestasi.

Seperti hutan hujan di Brasil.
Itu sangat buruk.

Bukankah dia juga mencumbu
beberapa budaknya?

Bukan. Itu John F. Kennedy.

Itu bukan JF...

Semuanya, aku rasa...

Aku rasa jika kita bisa
melihat Washington,

Melalui sudut pandang tentang
menjadi orang yang berbuat kesalahan,

Seperti kebanyakan sosok
sejarawan kita,

Mereka bukan pahlawan super.
Mereka orang biasa.

Mereka membuat kekacauan.
Dan mereka orang yang rumit.

Tapi jika kita melihat pencapaiannya
diikuti dengan kekurangannya,

Menurutku kita semua bisa dianggap
sama seperti Washington.

Entahlah.
Tetap terlihat seperti bajingan.

Baiklah, mari selesaikan ini, oke?

Aku minta tolong,
kirimkan esai kalian...

...di Dropbox-ku besok
sebelum pukul 17:00,

Atau aku mengurangi poin
kalian 10 per hari, mengerti?

Sampai jumpa.

- Maaf aku telat.
- Hei.

Tak apa. Kau mengirimmu pesan.
Tak masalah.

Jadwal rapatku bentrok.
Bosku mengamuk, jadi...

Tak apa. Terima kasih
sudah mengajak dia.

- Hai, Ayah!
- Hai, sayang!

Dia bersamaku seharian sekarang.

- Ya?
- Karena PAUD. Ya.

Apa yang terjadi? Mereka karantina?

Tidak, pencegahan selama
beberapa minggu,

Hingga angkanya menurun,
dan itu tak masalah.

Dengar, kita melanggar perintah
dengan aku berada di sini,

Tapi aku tahu kau ingin melihat dia.

- Sekarang kau sudah melihat dia.
- Terima kasih.

Aku menyimpan yang aslinya,

Tapi pengacara bilang salinan
pengadilan tak masalah untuk...

Di mana maskermu?

Di mobil.

- Kau mau memakainya?
- Tidak terlalu.

Aku mengajar di apartemen seharian.
Aku tidak ke mana-mana.

Tetap saja. Visual itu penting.
Orang melihatmu.

Oke, aku akan pertimbangkan itu.

Kau terlihat sangat baik.

Maksudku, mata dan keningmu
terlibat begitu.

Kau potong rambut.
Aku bisa melihat itu.

Bagaimana mengajar?

Lumayan.

Menantang.
Aku bisa menghadapi itu.

Hei, kemari sebentar.

Aku bawakan kau ini.

Kau meninggalkannya saat
mengambil barangmu terakhir.

Itu tak muat di mobilku.
Bisa kau membongkarnya?

Bisa. Tapi tak cepat.

Aku bisa mengantarnya.

- Tidak.
- Aku tak harus masuk ke dalam,

- Jika kau...
- Tidak, itu bukan ide bagus.

Kenapa itu bukan ide bagus?

Kau tahu kenapa.

Jadi dia parkir di tempatku?

Tidak, dia parkir di tempat yang
saat ini menjadi ruang lebihku.

Kau sudah menghubungi terapis?

Persetan denganmu, Kim.

Bagus. Bagus. Kau tahu?

Ambil sepeda itu. Jual.
Apapun yang kau inginkan.

Terima kasih.

Hanya itu saja.

Katakan sampai jumpa pada Ayah.

Dah, sayang. Ayah menyayangimu.

Aku sayang ayah.

Ada apa?

Ada kasus penyebaran di kampus.

Mereka mengirim kami semua pulang.

Ibu sudah melakukan tes?

Tidak. Itu penjaga malam.

Kami semua di kantor konseling
tidak sama dengan jadwal sifnya.

Jadi apa yang mereka
lakukan dengan sekolah?

Mereka ingin bermain aman,
jadi mereka menutupnya.

Ini akan jadi kota hantu
setidaknya beberapa minggu.

Kelihatannya kau terjebak
bersama Ibu.

Menakutkan.

Masih ada dua lagi tas Ibu di mobil.

Bisa kau rehat dari studimu
yang sibuk dan mengambilnya?

Baiklah.

Halo?

Ya, tidak, aku tak apa.

Aku tak apa. Hanya
mengalami masalah teknis.

Aku akan masuk sekarang.

Ya. Bajingan.

Tidak, tidak, tidak, aku...

Aku...

Aku mengerti jika orang tua terus
menghubungimu. Aku paham.

Aku juga mengerti kau ada urusan
lebih baik untuk dilakukan...

...selama pandemi.
Aku tidak bodoh.

Dengar, terakhir yang aku tahu,
aku guru sejarah.

Bukan petugas TI, oke?

Aku berusaha semampunya.

Jika itu tak cukup bagus untukmu,
kau bisa hubungi perwakilan serikatku.

Hei, semua, maaf.
Maaf aku terlambat.

Sedikit masalah teknis.

Mari membuka halaman 248.

Kau ingin dukungan teknis,
berengsek?

Ya? Apa kau menyalakan ulang?

Apa kau menyalakannya kembali?

Kau ingin menyalakannya kembali?

Aku mau terkena COVID.

Aku serius.
Aku akan mengalahkannya.

Itu kecaman tak terlihat lagi?

Itu benar. Aku juara tiga
di turnamen MMA terakhir,

- Seandainya kalian lupa.
- Ya, kau sabuk hitam kebodohan.

Setiap malam sebelum tidur,

Aku terus berpikir kenapa
aku tidak putus denganmu.

Aku yakin bukan hanya itu
yang kau pikirkan di ranjang.

Terima kasih sudah belikan burgerku.

Aku akan menggantinya lain kali.

Tak apa. Jangan khawatir soal itu.

Aku akan mati karena jenuh
sebelum mati karena COVID.

Kau tahu apa yang harus
kita lakukan?

Mengadakan pesta,
bersenang-senang.

Di mana? Semua orang di rumah,
termasuk para orang tua.

Ada gudang tua di jalan 18th.

Itu ada penjaganya.

Bagaimana kau tahu?

Aku pergi jalan kaki
bersama ibuku saat malam.

Aku selalu melihat penjaga
di luarnya bermain ponsel.

Gedung mana lagi yang kosong
karena COVID?

Sekolah.

Ya, tapi sekolah ada
petugas perawatan di sana.

Sebenarnya, tidak.

Setidaknya tidak di sekolah kita.
Mereka mengosongkannya.

Apa yang kau bicarakan?

Ibuku bilang petugas kebersihan
terjangkit virus,

Jadi mereka tak mau
mengambil resiko.

Jadi apa, itu benar-benar kosong?

Itu sekolah, teman-teman.
Bukan bar untuk pesta.

Itu sebabnya ini sempurna.

Jika ada yang terjangkit
virus di sana,

Maka takkan ada yang mendekati
tempat itu hingga beberapa hari.

Virus ini seperti radioaktif.

Itu bukan argumen meyakinkan
untuk kita pergi sendirian.

Trevor, apa pistol paintball
milikmu sudah laku terjual?

- Masih belum.
- Itu dia.

Mari kita mabuk dan menandai
sekolah dengan peluru pelet.

- Itu bodoh.
- Ayolah.

Mereka menutup taman paintball
sejak pandemi.

Aku tahu kau rindu untuk pergi.

Itu satu-satunya hal
tak penting yang kau kuasai.

Terima kasih, kawan.

Maksudku, kau harus membuat
Sadie terkesan dengan sesuatu.

Jangan menjadi bajingan.

Tidak, menurutku itu seru.

- Kita harus melakukannya.
- Entahlah.

Ibuku bekerja di kantor konseling.

Itu bisa mengacaukan pekerjaannya
jika kita tertangkap.

Kita takkan tertangkap.

Jika ada yang datang,
kita keluar lewat pintu samping.

Kita pasti bisa berlari menghindari
petugas kebersihan tua, benar?

Aku tahu kau pasti setuju.

Kau ikut?

Hanya jika Trevor ikut.

- Si pengecut ini ikut.
- Hei!

Maaf!

Hei, kenapa kau tak pakai masker?

Kami tak apa, Bung.

Ini sekedar belajar kelompok.
Kerumunan kecil.

Kau harusnya pakai masker.

Aku aman, Bung. Sumpah.

Aku pakai kondom setidaknya
hampir separuh waktu.

Kau akan segera mendapat
pelajaran dengan mulut itu!

Kita anak remaja.
Kita tidak terlihat.

Maksudku, jika orang Inggris
dan Amerika tak memiliki senjata,

Maka milisi takkan butuh senjata.

Benar? Aku sangat setuju,
tapi mereka memilikinya.

Maksudku, itu awal mula
dari Amendemen Kedua.

Itu konyol.

Maaf. Entahlah.

Tidak, jangan berkata begitu.
Aku suka itu.

Aku suka ketika kau membuka
pikiranmu seperti itu.

Itu menyegarkan.

Itu menyegarkan dan mengesankan.

Jadi menurutku argumen
dengan senjata,

Yaitu bahwa senjata merupakan
hal alami bagi warga negara.

Untuk mereka bisa melindungi
diri sendiri. Untuk merasa aman.

Untuk merasa mereka memiliki
kendali terhadap masa depannya.

Apa kau punya senjata?

Menurutku perasaan atau hobiku...

...sebaiknya tak dikaitkan
dengan diskusi kelas kita.

Itu artinya punya.

Menurutku amendemen...

...untuk melindungi warga negara
dari semua orang.

Kau tahu, pemerintah...
Pemerintah tak selalu jujur,

Dan memiliki niatan terbaik
dengan rekan senegaranya.

Halo? Netralitas gender.

Warga desa, tolong.

Warga desa.

Terima kasih, Genesis.

Aku tidak tahu.

Berhenti bilang kau tidak tahu.
Beritahu kami apa pendapatmu.

Aku hanya tak ingin ditembak.

Satu hal tentang pandemi,

Setidaknya kau tak mendengar tentang
sekolah ditembaki setiap bulannya.

Itu satu hal yang tak perlu
kau khawatirkan.

Itu ada benarnya.

Itu memang benar.

Aku tak selalu setuju
dengan opinimu,

Tapi itu selalu benar-benar
pemikiran yang cerdas.

Itu menonjol.

Baiklah, bisa kita rehat sekarang?

Bagaimana pukul 22:00?

Lebih malam lagi.
Ayahku masih di bawah...

...setidaknya hingga jam 23:30
menonton TV.

Sadie, kau bisa datang?

Ya, bibiku tak keberatan dengan itu.

Aku akan datang sekitar
pukul 18:00.

- Trevor, kau bisa besok malam?
- Ya.

Kau akan bawa
pistol paintball milikmu?

Aku akan membawanya.

Bagaimana dengan kunci Ibumu?

Apa maksudmu?

Kita takkan pecahkan jendela...

...untuk memasuki sekolah
dan bermain paintball.

- Kita butuh kuncimu.
- Bung. Ayolah.

- Jangan mendesak dia.
- Dengar, tak masalah.

Aku akan mendapatkannya.

Maksudku, jika kau tak bisa,

Kita bisa meminta Sadie berikan
Pak Dunbar oral seks untuk kuncinya.

Miguel!

Kau memang babi.
Itu sangat buruk untuk dikatakan.

Terserahlah. Dia selalu bilang,
"Sadie, silakan lanjutkan".

"Sadie, silakan, kami ingin
mendengar penjelasanmu lagi."

"Sadie, saat sekolah dimulai,
bisa kau pakai rok yang lebih pendek,"

"Agar aku bisa mencoba
mengintip celana dalammu?"

- Kau sangat tidak bermoral.
- Dan menjijikkan.

Aku bercanda. Benar, Trevor?

Jangan libatkan aku.

Kau berengsek.

Maaf. Aku bergurau.

Aku bercanda, Sades,
tapi tidak tentang dia.

Dia jelas orang aneh yang
pasti merancap...

...dengan boneka menyerupaimu
yang hampir telanjang.

Oke, kau sebaiknya berhenti.

Dia tidak seram?

Dia menyeramkan,
tapi bukan itu intinya.

Intinya kau bersikap menyebalkan,
dan kau sebaiknya berhenti.

- Istrinya meninggalkan dia.
- Apa?

Ya, Ibuku bilang dia sedang
dalam proses cerai.

Aku rasa dia memiliki masalah amarah?

Kita tak pernah tahu karena kita
tak pernah mengikuti kelasnya,

Tapi dari dugaan,

Dia mengamuk pada guru pembantu
yang datang teler tahun lalu.

Kau serius?

Tapi apa yang si bodoh
Dunbar lakukan?

Aku tidak tahu. Yang aku tahu
dia menerima surat teguran.

Aku rasa tuntutannya
masih tertunda.

Itu dia.

Dia jelas psikopat.
Misteri terpecahkan.

- Jangan menjadi...
- Apa?

"Tidak, Sadie. Silakan lanjutkan."

Aku hanya ingin bilang
dia terlihat baik.

Dia hanya sedih.

Kita semua terkadang
melalui masa sulit.

Kau ingin mencumbu dia?

Miguel, aku sangat serius.

Kau ingin mendapat masturbasi
sebelum liburan musim panas,

Itu akan menjadi keajaiban.

Oke. Berikutnya.

Serius?

Kau tahu? Kau benar, Miguel.
Persetan si bodoh itu.

Itu yang kumaksud.

Tidak, persetan cara dia
bicara kepada Sadie.

Itu tidak dibenarkan.

Aku tak peduli jika dia
memiliki masalah pernikahan.

Mungkin istrinya meninggalkan
dirinya yang menyedihkan,

Karena dia tahu suaminya
suka melecehkan muridnya.

Jangan jadi orang aneh,
dan hal buruk takkan terjadi.

- Itu karma.
- Setuju.

Ya, dia orang yang aneh.
Jika kita kembali sekolah,

Aku mungkin akan berbohong
dan bilang dia menyentuhku...

...jika dia membuatku
merasa tak nyaman.

Kalian jauh lebih kejam
di banding aku. Astaga!

Apa ini?

Ayolah, Bung. Serius?

Bung, ayolah. Minggir.

Apa-apaan, Bung?

Serius. Minggirlah.

Apa-apaan?

- Bung, apa-apaan?
- Pejalan kaki punya hak di jalan.

Itu membenarkan kau memukul
mobilku, pejalan kaki keparat?

- Serius?
- Oke. Aku minta maaf,

- Karena aku memukul mobilmu, oke?
- Ya. Sebaiknya begitu.

Aku joging karena sedang
sedikit stres.

Baiklah, dengar, aku tak peduli
tentang stresmu.

Jangan pukul mobilku, paham?

- Aku mengerti. Ya.
- Apa-apaan? Bung!

- Persetan denganmu, bodoh!
- Persetan denganmu!

- Bung, apa-apaan?
- Persetan denganmu, bajingan Florida!

Sial.

Apa yang kau...

Hei.

Dengar, takkan ada yang akan
ke sini dan membantumu, oke?

Jadi kau pergilah.

Pak Dunbar?

Maaf.

Bagaimana menurutmu?

Soal apa?

Koneksi internetnya
tak begitu bagus.

Aku tidak dengar apa
yang kau katakan.

Aku bicara tentang ketika
Washington meninggal.

Dilema yang negara alami.

- Dilema apa?
- Maksudku, aku tidak tahu.

Jangan bilang kau tidak tahu, Sadie.

Ayolah. Beritahu kami
apa pendapatmu.

Dia terlihat seperti
prajurit yang memiliki hati.

Mungkin dia bukan orang tercerdas
yang ada,

Tapi orang yang paling mumpuni.

Maksudku, mungkin itu yang
diperlukan untuk jadi pemimpin kuat.

Dia tak pernah berpikir
lebih cerdas dari sebelumnya.

Dia terlihat bersyukur.
Bahkan sederhana.

Bersyukur untuk apa?

Untuk harapan akan jadi
seperti apa negeri ini.

Jadi maksudmu dia tahu
posisinya didalam sejarah?

Tepat sekali.

Dia meninggal mengetahui
telah membuat tandanya.

Keangkuhannya tak begitu besar
hingga dia harus menjadi raja.

Ya.

Aku sangat setuju dengan itu.

Baiklah, sudah cukup.

Terima kasih.
Terima kasih, Sadie.

Dan untuk yang lainnya,
selamat berakhir pekan.

Kau akan membuka itu?

Itu pintumu.

Serius?

Oke. Baiklah, jangan lakukan itu.

Tetap duduk di sana.

Aku menonton pertandingan.

Ya? Ya?

Halo?

Apa semuanya baik?

Tidak. Sama sekali tidak.

Masuklah.

Aku tak percaya mengatakan ini,
tapi aku rindu tempat ini.

Tunggu. Lampunya menyala.

Trevor, kau yakin tak ada orang?

Itu yang Ibuku katakan.

Melihat sesuatu?

- Teman-teman...
- Ada mobil golf.

Ayo. Cepat, cepat.

Apa yang kau lakukan?

Dia akan memutar kembali.
Tak ada waktu untuk lari.

Ayo!

- Bajingan. Bajingan!
- Ayo!

- Ayo...
- Oke.

Maaf.

Tak seperti yang kau
bayangkan, ya?

- Ayo pergi.
- Oke.

Ini sangat hening.
Hening yang menyeramkan.

Kalian pernah ke sini
saat sedang kosong?

Hanya sekali bersama Ibuku.

Hei, teman-teman?

- Kenapa kita berbisik?
- Bung!

- Aku tak bisa mendengarmu! Apa?
- Ya Tuhan.

- Penis!
- Bung!

Penis besar dengan testikel berbulu!

Diamlah!

Jangan lakukan itu padaku!

Baiklah. Karena tak ada
orang di sini.

- Tak ada orang di sini, kan?
- Bung!

Apa ada orang di sini?

Aku rasa tak ada orang di sini!

Kita sendirian, berengsek!

Aku rasa kita penguasa tempat ini!

Berdiri!

Lalu si anak tahun kedua
berwajah tikus itu,

Berani-beraninya bilang padaku,

Aktris terbaik yang mereka
miliki di klub drama,

Jika aku menutupi dialognya.

Maksudku, aku pemain utama.

Aku bisa menutupi dialogmu
jika aku mau, jalang.

Aku setuju denganmu, sayang.
Kau adalah bintang.

Pendengar yang baik.

Apa itu artinya kita bisa
bercinta malam ini?

Kau tahu apa yang belum
kita lakukan?

- Aku bisa menebak.
- Benarkah?

Apa kita bicara tentang
ruang lingkup pesta seks?

Jijik. Jangan sertakan aku.

Kita tak pernah mandi bersama.

Kau mau tambah lagi minumannya?

Gelasku masih terisi 3/4.

Aku tidak berusaha
membuatmu mabuk.

Apa itu buruk jika aku bilang
aku kecewa?

Bung, aku pernah beritahu kalian...

...waktu aku bolos oseanografi,
lalu menyelinap masuk ke sini,

Untuk mengintip gadis-gadis
jam pelajaran kelima ganti baju?

Ada begitu banyak gadis seksi
di jam pelajaran kelima,

Benar? Benar?

Oke, jadi, hari itu hujan.

Jadi tak ada yang ganti baju.

Tapi aku sembunyi di sini,

Menunggu, tapi tak ada
yang datang.

Tapi saat aku berusaha pergi,

Bu Bishop masuk untuk gunakan
toilet guru olahraga.

Aku seperti, "Oke, apa yang
bisa aku lakukan sekarang?"

"Mungkin aku bisa melihat
sekilas vaginanya", benar?

Tapi kemudian yang justru terjadi,

Aku mencium bau kotoran
dari guru Bahasa Spanyol kita.

Apa aku pernah beritahu kalian
cerita itu?

Apa?

Oke. Oke. Aku mengerti.

Kau tahu?

Ini bukan seukuran paus,

Tapi kecepatannya lumba-lumba.

- Apa?
- Kau paham maksudku.

- Aku tidak paham.
- Kau gila.

- Kau paham. Kau paham.
- Aku tidak paham. Dah!

Apa tadi kau bilang?

Aku mengatakan sesuatu?

Aku sudah tidak tahu.

Bersulang. Untuk lumba-lumba.

Tidak. Apa?

Kalian tahu aku sempat jadi
Lady Macbeth saat kelas 8?

Sekolah mengizinkan kita
untuk gunakan panggung ini,

Untuk malam pembukaan.

Kau mengingatnya?

Malam itu?

Bukan. Monologmu.

Sedikit.

Kau harus tampilkan itu untuk kami.

- Di sini?
- Ya.

Tidak.

- Ayolah.
- Ayolah.

- Kumohon. Aku mau melihatnya.
- Aku juga.

Tidak.

- Ayolah. Aku mau dengar.
- Ayolah.

Kumohon?

Ayolah.

Genesis, Genesis,

Genesis, Genesis, Genesis,

Mari kita mulai.

Datanglah ke dada wanitaku,

Dan ambil susuku untuk empedu,

Para menteri pembunuh.

Di mana pun zat penglihatanmu,

Kau menunggu untuk
kerusakan alam.

Datanglah, malam tebal,

Dan jebaklah asap nerakamu
yang paling bodoh,

Hingga pisauku tak ingin
luka itu terjadi,

Atau surga mengintip
melalui selimut kegelapan,

Untuk menangis...

Persetan denganmu, Miguel!
Menurutku aku bagus.

Dan matikan lampunya,
dasar bodoh.

Miguel! Kau berengsek.

Kenapa aku berengsek?

Sangat bagus.
Sangat mengesankan.

Trevor, aku takkan lari
jika menjadi kau.

Aku sudah lihat wajah kalian.
Plus, aku kenal kalian.

Jadi aku yakin bisa berikan
deskripsi yang cukup terperinci...

...tentang siapa dirimu
kepada polisi.

Maaf. Sebentar.

- Oke.
- Bajingan!

- Astaga.
- Ya Tuhan!

Berbalik.

Itu sangat bagus.

Itu bagus.

Sekolah takkan berpikir
aku merekayasa ini.

Baiklah.

Bagaimana kabar kalian?
Kalian baik?

Oke, satu-satunya pertanyaan
yang aku punya untukmu adalah,

Apa kau memiliki pelet untuk ini?

Apa?

Kalian tak mau aku ikut bermain?

- Kau serius, Pak Dunbar?
- Aku sangat serius.

Ini akan menyenangkan.

Aku takkan melaporkan kalian.
Sumpah.

Aku bukan tipe orang seperti itu.

Aku takkan melakukan itu.

- Apa yang kau ingin lakukan?
- Aku hanya ingin bermain.

Hanya itu yang aku inginkan.
Aku hanya ingin bermain.

Ayolah. Apa, kalian pikir,

Hanya kalian yang merasa
sangat jenuh di rumah...

...selama masa pandemi ini?

Mari lakukan ini.

Oke, mari isi semua pelurunya.
Kita bagi jadi dua tim.

Kita akan mulai dari
posisi berbeda di sekolah.

Trevor, semua senjata ini milikmu?

Ya.

Seberapa sering kau bermain?

Aku memiliki tiket musiman
untuk Paint World.

Maaf, kau punya tiket musiman
untuk apa?

Aku memiliki tiket musiman
untuk Paint World.

Kau memiliki tiket musiman
untuk Paint World. Wow.

Dan kau berbaring di ranjang
saat malam,

Bertanya-tanya kenapa kau
kesulitan mendapat gadis.

- Sial.
- Aku bercanda.

Aku hanya bergurau.

Tapi serius,
kau akan jadi bintang rock.

Karena kau memiliki
dua wanita di timmu.

- Miguel, kau ikut denganku.
- Tunggu, kenapa aku di timmu?

Karena aku peluang terbaik,
dan kau titik terlemah.

Oke, siapa yang kau sebut
"titik lemah"?

Jangan tersinggung, kawan.
Jangan tersinggung.

Aku hanya sering bermain ini, oke?

Aku memiliki indra keenam.

Aku bisa tahu dari melihat seseorang,

Apakah kau andal atau tidak,

Dan kau tak terlihat bisa mengenai
bangunan lumbung dengan shotgun.

Apa aku benar, Trevor?

Kami bermain untuk
ultahku tahun lalu.

- Apa? Kau memang buruk.
- Diamlah.

- Itu benar.
- Sangat bagus.

Oke, ini peraturannya, oke?

Peraturan permainan.

Tak ada tembakan ke kepala
dan dada. Tangan dan kaki.

Jika kau tertembak di kaki,
kau pincang.

Jika kau kehabisan peluru,

Kau di diskualifikasi.
Kau curang, oke?

Maksimal tiga kali tertembak,
dan kau keluar.

- Ini akan sangat seru.
- Ini jelas akan seru.

Satu hal lagi...
Jangan membenciku.

Baiklah, masukkan ponsel disana.
Ayo.

- Oke? Ayo.
- Apa?

Kita harus melakukan ini.
Ayolah.

Aku tak mau orang saling
berikan sinyal selagi kita bermain.

Tidak, aku takkan berikan kau ponselku.

Bisa kami cukup janji
takkan melakukan itu?

Ya, kau bisa pegang kata-kata kami.

Kata-katamu? Serius?

Kau tahu aku sudah mengajar
hampir selama dua dekade.

Perkataan anak 17 tahun,

Setara seperti perkataan
kepala sekolah,

Yaitu tidak banyak.

Jadi taruh ponselmu di loker.

Maksudku, dia benar.

Aku pernah bermain dengan orang yang
beri sinyal ke anggota tim mereka.

Itu sulit untuk tidak dilakukan,

Ketika kau tersudut dan putus asa.

Karena dia ada benarnya.

Analisis ahli.
Terima kasih banyak.

Itu jelas ekstra poin semester ini.

Serius?

Semuanya, ayolah.
Aku orang baik.

Aku seru. Dan ini seperti ini...

Ini adalah mesin waktu untukku,

Bersama kalian melakukan ini
sekarang.

Ini menakjubkan.
Jangan pikir aku sudah begitu tua,

Hingga aku tak ingat seperti apa
rasanya menjadi seumuranmu,

Karena aku mengingatnya.

Ayo. Kita setarakan bidangnya.
Mari lakukan ini.

Aku juga menaruh ponselku.

Ayo. Berikan ponselmu.

Terima kasih.

Berikan aku ponselmu. Ayo.

Genesis, ayo.

Terima kasih.

Permainan ini menuntut keinginan
kuat untuk kerja sama tim.

Permainan ini menuntut
pemikiran strategis.

Permainan ini, bapak dan ibu,

Yaitu untuk mendapatkan bendera.

Itu berada di titik tengah
yang sempurna.

Kita mulai di sisi ujung
sekolah yang berlawanan.

Sadie, Trevor, dan Genesis,

Kau ambil posisi
pintu masuk selatan.

Aku dan Miguel akan mulai
dari pinggiran sayap timur.

Hei, aku minta tolong,

Saat kau melihat jamnya
tepat pukul 10:00,

Itu waktunya beraksi, mengerti?
Itu artinya lampu hijau.

Lalu apa yang kita lakukan?

Cukup ikuti aku.

Perhatikan kembang apinya.
Ini.

Kau kehabisan.

Dengar, kita bertiga.
Kita memiliki keunggulan.

Aku yang akan memimpin.

Aku beri kalian sinyal maju,
kau sapu perimeter.

Bahasa sederhana, kutu buku.

Lihat sekitar dan pastikan
tak ada orang di sana,

Lalu melambai kepadaku.

Kita akan berhenti di ruang loker.

Itu bukan tempat perlindungan terbaik,

Tapi itu lebih baik daripada tidak.

Kau terlalu mendalami ini.

Kau pernah tertembak
dengan peluru pelet?

Aku pernah. Itu tak terasa
seperti balon air.

Balon air itu sakit.

- Ini dia. Ayo.
- Ayo.

Ini saatnya.

Benderanya ada didalam
kantor sebelah sana.

Tunggu sini.

- Apa yang kita tunggu? Apa?
- Tunggu!

- Apa dia di sana?
- Dia di belakang mesin soda.

Jadi dia mendahului kita.

Hanya ada satu cara untuk tahu.

Saat dia menghabisiku,

Akan ada momen dimana
dia hanya fokus padaku.

- Aku akan menyamarkan jalannya.
- Itu tak masuk akal.

Itu masuk akal.
Dia mengorbankan dirinya.

- Kau yakin itu akan berhasil?
- Sama sekali tidak.

Dengar, kemungkinannya,

Satu atau dua dari kalian
akan bisa lari bersamaku.

Itu satu-satunya strategi kita.

- Oke, tapi...
- Hitungan ketiga.

Satu, dua, tiga.

Tunggu!

Sayang sekali!

Bajingan!

Berengsek!

Hai!

Kelihatannya aku salah
memilih rekan setim.

Apa kau melihatku dari
pantulan cermin di sana?

- Ya.
- Ya?

Keterampilan taktismu sangat bagus.

Harusnya sangat berguna
untuk masa depanmu.

Kalian siap untuk memulai
putaran kedua?

Tidakkah kita sebaiknya rehat
bersih-bersih dan susun ulang strategi?

Tidak.

Tidak. Kita tak ingin di sini
lebih dari 1-2 jam lagi,

Karena penjaga keamanan itu
mungkin berputar kembali.

Tapi kau tahu?
Aku mau berganti tim.

Sadie, kau mau ikut denganku?

Apa, aku mengatakan
sesuatu yang lucu?

Tidak. Sama sekali tidak, Pak Dunbar.

Kenapa kau ingin dia di timmu?

Dua hal, Trevor.

Pertama, dia sangat pandai
dalam menerima arahan.

Dan seperti yang kalian sadari
di putaran barusan,

Rekan setimku saat ini
tidak demikian.

- Dan yang kedua?
- Dan yang kedua adalah...

Kalian harusnya tahu ini.

Aku memiliki rasa ketertarikan
yang besar terhadap dia.

Apa? Apa, aku salah bicara?

Pak Dunbar, itu sangat aneh.

Kenapa itu aneh, Genesis?

Aku hanya menyampaikan rumor...

...yang aku dengar dari
beberapa murid di sekolah.

Apa yang kau bicarakan?

Aku berada di pertemuan
Zoom kalian.

Aku dengar semua
yang kalian katakan.

Aku bahkan mendengarmu
bicara soal datang ke sini malam ini,

Dan itu sebabnya aku di sini.
Hanya ingin bersenang-senang.

Semua yang kami katakan,
kami tidak...

Ya, kami bercanda.

Tidak, masalahnya adalah,
aku rasa itu...

Aku rasa itu bukan candaan, Genesis.

Aku rasa jika suasananya
membuatmu tak nyaman,

Maka kau akan melaporkanku.

Aku yakin itu.

Menurutku kalian akan
berbohong secara berkelompok,

Lalu menghancurkan karirku.

Dan itu tidak enak.

Bukan begitu?
Tidakkah itu tak enak?

Dan kenapa?

Semua karena aku tunjukkan
sedikit sikap favorit kepada Sadie?

Atau, maaf, haruskah aku
bilang, @LittleSadie888?

Pak Dunbar, kau salah paham.

- Kami takkan pernah melakukan itu.
- Aku yakin aku tidak salah.

Menurutku kau yang salah, Miguel.

Menurutku kau yang
sangat salah tentangku.

Wajah kalian.
Kalian memang konyol.

Aku bercanda. Aku bergurau.
Aku tidak marah.

Aku tidak marah.

Wajah kalian.

Meski begitu, aku ingin
beraksi sendirian...

...di putaran berikutnya,
jika itu tak masalah.

Apa kalian tak keberatan?

Bisa kita setuju, katakanlah,

Saat jarum pendek tepat
di angka lima,

Permainan dimulai?
Itu terdengar bagus?

Ya? Baiklah.

Apa-apaan itu barusan?

Miguel, kau gemetar.

Bajingan.

Teman-teman, kuasa kita
sebaiknya pergi dari sini.

- Menurutmu? Ayo pergi.
- Tunggu. Bagaimana dengan ponsel kita?

- Sial.
- Aku tak peduli dengan ponselku.

- Oke? Ayo pergi dari sini.
- Apa kau teler?

Aku takkan pergi tanpa ponselku.
Aku serius.

Oke. Kalian pergilah tanpa kami.

Kami ambil ponselmu, lalu
menemuimu di pintu masuk depan.

- Ayo.
- Ya, terserahlah.

Ya, ayo pergi.
Kita bertemu di sana.

- Demi Tuhan.
- Bajingan.

Kenapa kita butuh ponsel?

Karena ini akan baik saja.

Apa-apaan itu tadi?

Apa?

Dia tahu nama akun Instagram-mu.

Jadi?

- Maksudku, akun pribadimu...
- Apa, Trevor?

Apa kau beri dia nomormu?

Apa aku beri dia nomorku?

Aku bertanya.

Tidak. Dia mengikutiku
di Instagram.

Itu bukan masalah besar.

Tapi akunmu privat.

Itu artinya kau harus
berikan dia akses ke lamanmu.

- Foto kita memenuhi lamanmu.
- Ya, Detektif. Jadi apa?

Apa dia pernah mengirimmu
pesan langsung?

Aku tidak tahu.

- Persetan itu. Kau pasti ingat.
- Aku kirim pesan ke banyak orang.

Oke.

Aku tak mau bicarakan ini.

Aku hanya mau pulang.

Persetan ini.

Aku rasa seseorang
memasang kunci ganda,

Agar tak ada yang bisa
keluar-masuk.

Ayo keluar lewat tempat kita masuk.

Ya, tapi, sebentar.

Dengar.

Apa? Besi?

Rantai.

Ini terasa sedikit longgar.

Aku rasa ini dikunci
dengan rantai dari luar.

Mungkin benar.

- Apa?
- Trevor, saat kita masuk,

- Di luar tak ada rantainya.
- Kau melihatnya?

- Tidak, tapi...
- Lalu bagaimana kau tahu?

- Lalu kenapa ini tak bisa di buka?
- Aku tidak tahu.

Ayo kembali lewat jalan
kita masuk.

Ayo!

Kenapa kau tak pecahkan
jendelanya saja, pria hebat?

Tak ada gunanya.
Ada kawat berduri di jendela.

Berhenti!

- Astaga, Gen, berhenti!
- Aku butuh ponselku!

Aku takkan pergi tanpa itu.

Bajingan!

- Bajingan...
- Trevor!

- Trevor!
- Apa?

Ada yang salah!

Ada yang tidak beres!

Ini, minggir.

- Teruskanlah.
- Itu yang aku lakukan.

Aku hampir berhasil.

Pak Dunbar?

Merusak properti sekolah
adalah pelanggaran serius.

- Ayo pergi dari sini.
- Aku tidak pergi.

Gen!

- Bajingan!
- Apa-apaan, Bung?

Bung, kami tidak mau main lagi!

Apa-apaan, Bung? Berhenti!

- Gen, ayo.
- Ponselku!

Lupakan ponselmu!

Teman-teman, kita harus
keluar dari sini.

Ya. Aku muak dengan ini.

Tidak, dia mengunci
semua pintu-pintu.

Apa?

Bung, aku serius!
Kami tak mau main lagi!

Serius? Kau selesai
bermain paintball?

Seseorang bisa terluka.

Jika kau tak berhenti tembakkan itu,
kau yang mungkin terluka.

Bagus. Permainan berakhir.

Aku akan bohong jika aku
tak bilang aku sedikit kecewa.

Kau tahu, Washington,
dia mungkin bajingan.

Tapi kurasa dia tak pernah menyerah.

Hei, kita harus pergi.

Kita harus melewati dia untuk
pergi ke pintu masuk barat.

Kami pergi, Bung.

Ini negara bebas.

Kenapa kau tak keluar?

Aku baru saja menyerahkan
hak Amendemen Keduaku.

Itu tak cukup?

- Tak apa.
- Apa?

Kita harus berjalan melewati dia.

- Dia memberikan pistolnya.
- Bagaimana jika dia punya cadangan?

Aku tak mau tetap di sini!

Oke.

Bajingan.

Tak apa. Dia sudah pergi.

Hei, apa-apaan?

Kami bilang kami sudah selesai!

Trevor, itu bukan cat.
Astaga.

- Trevor!
- Sialan! Itu darah!

Apa?

- Apa-apaan?
- Astaga, Bung!

- Bajingan!
- Berdiri!

- Berdiri!
- Ayo!

Bajingan!

Ayo, cepat! Kau pasti bisa!

Jalan terus, jalan terus!
Berdiri!

Berdiri!

- Cepat!
- Ayo!

- Berdiri!
- Ayo!

- Berdiri! Berdiri!
- Masuk ke dalam!

Ayo. Letakkan dia di sana.

Letakkan dia di sana. Ayo.

Tetap di sana!

Dia pendarahan parah.

- Jangan katakan itu!
- Katakan apa?

Kau bicara tentangku
seolah aku tak di sini,

Dan itu terasa seolah aku akan mati!

Kau takkan mati!

Dengar, takkan ada yang mati, oke?

Genesis meninggalkan kita!
Bajingan.

Bantu aku dengan ini.
Ayo.

Aku bisa.
Sudah, sudah, sudah.

- Sebelah sini.
- Bajingan, bajingan, bajingan.

Oke, ayo, ayo.

Berdiri, berdiri.
Cepat berdiri! Ayo!

- Bajingan.
- Sebentar, sebentar.

Semuanya, masuk ke sini!

Bantu aku membuka jendela ini.

Bajingan, bajingan, bajingan!

Maaf!

Ayo, berdiri, kawan.

Aku tak bisa.
Aku tak mau mati!

Tak apa. Berhenti!
Kau takkan mati!

Ini hanya terbuka sedikit.
Kita takkan muat lewat sini.

Kau tahu apa yang membuatku kesal?

Karena kita belum sempat
bahas Theodore Roosevelt di kelas.

Yang menurutku sejauh ini
presiden terbaik kita.

Aku mengutip,

"Orang bodoh yang tak memiliki akal,"

"Untuk mendiskrimasikan antara
yang baik dan yang buruk,"

"Hampir sama berbahayanya
dengan orang,"

"Yang melakukan diskriminasi."

Ayah!

"Namun tetap memilih yang buruk."

Hei! Ada orang di luar sana.

- Hei! Tolong kami!
- Apa?

Tidak.

Di siniar yang takkan
pernah kita lakukan,

Tapi harus kita lakukan,

Jika kita memang memiliki keberanian.

Hei, tolong kami! Tolong kami!

Aku merasa pusing.

Dan kita tidak menghakimi,

Karena kita ingin melihat
ini selesai, benar?

Jadi kami berbaring di sofa,

Kami menyiapkan anggur,
lalu anjing kampung ini...

Tak mau tinggalkan aku
sendirian sepanjang malam.

- Bajingan! Astaga.
- Ayolah.

Jadi aku sedikit menendangnya.

Oke, aku tidak ingin
melukai anjing itu.

Aku hanya menendangnya sedikit,

Hanya untuk mengatakan,
"Jangan ulangi lagi."

Dia anjing kecil yang sehat
dan belum dikebiri,

Yang ingin kawin dengan
anjing kesayanganku.

Maksudku...

Apa yang...?

Bisa kita...

Tunggu sebentar.

Kau tahu? Biar aku hubungi
kau kembali, oke?

Ya, biar aku hubungi kau kembali.

Ayolah! Hei!

Tolong kami!

- Apa yang kalian lakukan di sini?
- Tolong kami!

- Aku merasa pusing.
- Tolong!

Hei, Bung, hei. Berdiri! Bangun!

Cepat bantu aku, kumohon!

Sialan.

Tolong aku! Hei!

- Apa-apaan?
- Kita harus pergi.

Kita harus pergi sekarang.

Kita takkan tinggalkan dia di sini!

Kita harus. Jika tidak,
kita juga akan mati. Ayo.

Bajingan!

Sialan. Apa-apaan?

Apa ini?

- Hei!
- Hei!

- Kau dari mana saja?
- Aku sembunyi.

Aku melihat dia pergi keluar,

Lalu aku tak bisa membuka
pintu ruangan satupun.

Di mana Miguel?

Dia tewas.

Apa?

Kita harus keluar dari sini.

Bisa kau berdiri?

- Tidak, ya, berdiri.
- Bangun. Berdiri.

Ayo, bangun.

Kita harus ke arah satunya.

Sisi kampus yang ini dikunci.

Pak Dunbar lama bekerja di sini.

Dia tahu seluruh jalur lorong
dan semuanya.

Dan dengan dia yang pincang,
kita takkan bisa cukup cepat.

Jangan berpikir untuk
tinggalkan aku sendirian.

Tidak, seseorang harus
mengumpan dia.

Tidak. Menurutku kita semua pergi.

- Aku bisa lari.
- Tidak, tidak, tidak, tidak...

- Berhenti membantu dia. Dengar!
- Trevor!

Aku akan ulur dia ke sana, oke?

Itu akan memberi kalian waktu.

Aku akan temukan jalan keluar lain.

- Oke. Rencana bagus.
- Pergilah.

- Pergi.
- Oke.

Bajingan.

Wow.

Temanmu pergi, ya?
Ini sangat kacau.

Hei, bantu kami! Hei! Bantu kami!

Hei!

Persetan denganmu, Dunbar!

Pertama, itu "Pak Dunbar".

"Persetan denganmu, Pak Dunbar."
Jika ada satu hal,

Yang kau pelajari dari kelasku
semester ini sebagai landasan,

Yaitu sopan santun.
Kau tahu itu?

Kemari. Sebelah sini.

Apa yang kita tunggu?

- Aku tak tahu harus ke mana.
- Aku tidak pilih-pilih.

Kenapa kau tak coba berpikir?

Pertama, kurasa aku gegar otak.

Jangan mendesakku.
Aku tak baik dibawah tekanan.

Aku bisa pergi...

Tunggu, semester lalu,
klub drama sepulang sekolah...

Aku akan pergi merokok...

- Gen, siapa yang peduli?
- Tidak, tidak, tidak.

Tangga di belakang panggung,
itu menuju atap auditorium.

Itu tak pernah dikunci.

Apa kau yakin?

Saat ini, tidak.
Itu tak dikunci musim dingin lalu.

Tapi itu mungkin saja
masih tak dikunci.

Kau punya ide lebih bagus?

Ayolah.

Apa ada orang lain di sini?

Karena jika ada,

Aku jelas ingin melihat
surat izin ke toilet...

...di jam selarut ini.

Kau tahu apa yang lebih
menggangguku dari yang lainnya,

Selama beberapa dekade terakhir
aku menjadi guru?

Anak-anak bilang mereka
harus ke toilet,

Kau berikan mereka izin ke toilet,

Tapi mereka tak benar-benar
ingin buang air.

Mereka hanya jenuh.

Aku mengerti itu.
Aku juga jenuh.

Itu tak terlihat seperti
masalah kejenuhan bagiku,

Itu hanya terlihat seperti
masalah menghormati secara umum.

Aku juga budak lonceng, kau tahu?

Aku tak bisa pergi.
Aku tak bisa beranjak.

Aku harus tetap tinggal.

Itu konyol. Itu kolot.

Pekerjaan apa lainnya yang
memaksamu mencengkeram kotoran,

Selama 55 menit lebih,

Hanya menatap jam dan berdoa?

Mari menunggu. Berhenti.

- Ayo. Kita hampir sampai.
- Mari menunggu. Berhenti.

Kau pergilah. Lihat jika itu terbuka,
lalu kembali ke sini.

Tunggu sini.
Jangan ke mana-mana.

Serius?

Petugas pemeliharaan
mengunci semua pintu...

Gen?

Tolong, kau membuatku takut.

- Apa kau baik saja?
- Dia di sini. Dia di sini.

- Di mana Gen?
- Aku tidak tahu.

Cerita gila.

Aku tak pernah beritahu ini
pada siapapun sebelumnya.

Aku menerima telepon dari
Kepsek Kabasis beberapa tahun lalu,

Yang menanyakan pendapatku,

Tentang mengajar kelas teater.

Guru yang biasanya,

Aku rasa dia menderita semacam
penyakit mononukleosis.

Dia pensiun dini,

Dan membawa silabus
miliknya bersamanya.

- Di mana dia?
- Aku tidak tahu!

Aku tidak tahu.

Aku saat itu gugup.

Aku enggan.
Tapi kemudian, kau tahu?

Pada suatu titik aku berpikir,

"Terserahlah."

"Aku akan melangkah keluar
dari zona nyamanku."

"Aku akan menyelam."

Aku bahkan menulis pementasan sederhana.

Berjudul, "Kematian Lincoln."

Aku curahkan banyak waktu untuk itu.

Bukan hanya menulis naskahnya,

Tapi waktu persiapan,
rencana pengajaran.

Kami tinggal beberapa hari lagi
kembali dari liburan musim panas,

Dan aku mengetahui
jika Kepsek Kabasis,

Merelokasikan dana anggaran
untuk kelas.

- Kita harus pergi.
- Aku takkan tinggalkan dia di sini.

Jadi kelas dihentikan.

Mereka membagi anak-anak
ke mata pelajaran berbeda,

Dan aku kembali melalui
tahun menakjubkan lainnya,

Mengajar sejarah.

Tapi itu lucu.
Aku selalu bertanya-tanya,

Apa yang akan terjadi,

Seandainya aku sempat
menampilkan pementasan itu.

Dan sekarang, aku tak harus
bertanya-tanya lagi.

Ini saatnya. Ini terjadi sekarang.

Aku memiliki pemain.
Ini menakjubkan.

Pak Dunbar, tolong.

Dia terlihat sangat ketakutan.

Antara itu, atau dia memang
aktris yang sangat bagus.

Kau ingin coba ekstra kredit?

Tiga pertanyaan, tak boleh salah.

Jawab tiga berturut secara benar,
kau bisa hidup, oke?

Kau pandai melakukan itu?
Sempurna.

Aku juga.

Baiklah. Yang pertama.

Ini sederhana. Ini mudah.

Nama presiden yang membantu
membebaskan para budak.

Maaf.

Abraham Lincoln.

Perang apa yang dia pimpin?

Perang Sipil.

Dia sangat bagus.

Sadie, sedikit pesaing untukmu.

Siapa yang membunuh
Abraham Lincoln?

Aku tahu. Itu sulit.

Aku beri kau tiga petunjuk, oke?

Dia menembak belakang
kepalanya Lincoln,

Dia kabur dari lokasi kejadian,

Dan dia memiliki nama tiga suku kata.

Tunggu. Tunggu, aku tahu ini.

Aku tahu ini.
Nama tiga suku kata.

Lee Harvey Oswald.

Gen, tidak, tidak.

Tidak. Tidak.

Hampir.

- Tidak! Ya Tuhan!
- Ayo pergi!

Di sini. Ayo.

Dia mengunci pintu-pintu.

Semua jendela memiliki palang.

Kita tak bisa pergi,
tak bisa menelepon.

Apa sekolah memiliki telepon kantor?
Apa yang ibumu gunakan?

Semua telepon melalui operator.

Hanya kantor utama yang
bisa menelepon keluar.

Itu terlalu jauh di sisi lain kampus.

- Dia mungkin memutus sambungannya.
- Kita tak bisa dapatkan ponsel kita,

Kecuali kau punya yang lainnya.
Aku tidak.

Apa?

Ada ponsel lainnya.

Apa? Apa maksudmu?
Kau punya ponsel lain?

Bukan. Pelatih Bird
menyimpan itu di kantornya.

Apa?

Dia menyimpan ponsel
prabayar di lacinya.

Aku melihat dia gunakan itu
di Ultimate Frisbee Competition.tapi...

Kami semua berpikir dia
memiliki urusan sampingan.

- Dia sudah menikah, tapi...
- Tidak, kau harus pastikan itu ada.

Kau bisa berjalan langsung
menghampirinya.

Kita tak bisa ke mana-mana.
Semuanya ditutup rapat!

Kita antara temukan cara
untuk menelepon,

Atau kita mati di sini. Itu saja.

Aku tak mau ditinggal sendirian.

Dengar, tunggu di sini, oke?

Aku akan kembali.
Aku segera kembali.

Tolong berhenti. Aku takut.

Aku juga takut.

Tapi ini satu-satunya
kesempatan kita.

Astaga. Itu lari lintas lapangan tercepat
yang pernah aku lihat dilakukan.

Serius. Dan percayalah,

Aku sering gantikan guru penjas.

Bajingan!

Aku takkan khawatir soal itu.

Kau akan baik saja.
Cukup kompres itu.

Bajingan.

Kau dilarang memasuki kantor
pelatih tanpa dampingan.

Ayo, ayo, ayo, ayo, ayo.

Ya! Bajingan.

Namaku Trevor Bentel,
dan aku butuh bantuan.

Seseorang berusaha mem...
Seseorang berusaha...

Aku suka ketika kau
membuka pikiranmu.

Permainan ini menuntut
pemikiran strategis.

Permainan ini, bapak dan ibu,

Yaitu mendapatkan bendera.

Sadie!

Tepat sekali.

Hei, sayang. Hai.

Lihatlah dirimu.

Ayah menyayangimu.
Ayah merindukanmu.

Apa yang kau lakukan?

Aku sedang nonton TV
dan ibu sudah tidur.

Ini sudah malam.
Kau harusnya sudah tidur.

Apa yang kau...

Kenapa kau menghubungiku?

Bisa tolong kembalikan
teleponnya pada Sierra?

- Tidak.
- Aku mohon.

Kau benar-benar berani
menghubungiku...

...setelah aksi yang kau lakukan
dengan sepeda kemarin.

Aku menyesal.

Kau menyesal?

Itu yang pertama.

Itu mungkin pertama kalinya
aku mengatakan itu,

Tapi itu jelas bukan kali pertama
aku merasakannya.

Apa yang kau inginkan?

Ini benar-benar berakhir, 'kan?

Kita berakhir. Aku paham itu.
Aku mengerti sekarang.

Aku hanya berusaha begitu keras.

Sungguh. Aku sangat berusaha.

Aku mau kau tahu itu.

Aku tahu. Sungguh.

Aku tahu. Aku tahu kau begitu.

Kau menyerah.

Jangan pernah lupakan itu.
Kau yang menyerah.

Tidak. Dengar, aku hanya tahu
kapan waktunya untuk pergi.

Itu sesuatu yang kau...

Itu sesuatu yang kau
tak pernah ketahui.

Aku rasa aku terlalu
terlambat untuk itu.

Dengar, baut heksagon
untuk sepeda,

Untuk menyatukannya kembali,

Itu berada di laci paling atas di mejaku.

John, kau di mana?

Bisa aku minta tolong?

Beritahu Sierra jika aku
sangat menyayangi dia.

Itu yang aku rasakan,
dan juga untukmu.

Lupakan sepeda itu.
Beritahu aku kau di mana.

Kau tahu kenapa kau
sisakan kau yang terakhir?

Apa yang kau inginkan?

Kau tahu kenapa kau yang terakhir?

Kau bukan yang terakhir.

Aku tak pernah berniat melukaimu.

Pak Dunbar, kau...

Jangan panggil aku Pak Dunbar.
Panggil aku John.

Mari sudahi bermain-mainnya.

Aku tak ingin berada di sini.

Apa maksudmu?

Apa maksudmu,
kau tak ingin di sini?

Aku tak ingin berada di sini.

Ingat saat kita saling
berkirim pesan,

Tepat setelah kau berikan aku
nomormu lewat Instagram?

Itu untuk sekolah.
Itu untuk tugas.

Kau merayuku.

- Aku tidak merayumu!
- Kau merayu aku.

- Tidak!
- Lalu kenapa kau beri aku nomormu?

- Aku tak bermaksud begitu.
- Sungguh?

- Kenapa kau berikan aku nomormu?
- Aku tak bermaksud begitu!

Aku bodoh!
Aku remaja yang bodoh.

Kau mau aku berkata apa?

Maafkan aku.

Ingat saat kau bilang
jika kau berharap...

Terkadang jika kau bisa
memulai sekolah kembali?

Semua orang mengatakan itu.

Kau bisa.

Kau bisa, kita bisa.

Kita bisa pindah ke suatu tempat.

Dan aku bisa mendapatkan
pekerjaan terhormat.

Tapi aku butuh orang yang kuat
di sampingku untuk itu.

Kau tahu berapa tahun
dari hidupku,

Yang aku buang untuk
pekerjaan ini?

Dan aku menolak untuk percaya,

Jika ini sudah terlambat untukku.

Aku menolak.

Kemari. Kemari.

Semua orang pantas
kesempatan kedua.

Semua orang.

Dan aku tahu jika kau
tak memahami itu sekarang,

Tapi kau akan paham.

Kau selalu yang paling cerdas.

Pak!

Letakkan senjatamu!

- Pak! Menjauh dari gadis itu!
- Hei, semua.

Tak perlu berteriak, oke?

- Kami hanya berbincang.
- Letakkan senjatanya.

- Aku juga pegawai negeri, oke?
- Menjauh.

Letakkan senjatamu.
Aku takkan memintanya lagi.

Aku juga orang baik.

- Letakkan senjatamu.
- Kita semua orang baik.

Pak, letakkan senjatanya.

Sadie, kita akan melakukan ini
atau apa?

Jadi maksudmu dia tahu
posisinya didalam sejarah?

Tepat sekali.

Dia meninggal mengetahui
telah membuat tandanya.

Keangkuhannya tak begitu besar
hingga dia harus menjadi raja.

Aku sangat setuju dengan itu.

Situs Anti Rungkad