All language subtitles for Love-Story-1970-BluRay-RARBG.done

Apa yang dapat dikatakan tentang
gadis 25 tahun yang meninggal?

Bahwa dia cantik dan pintar?

Bahwa dia suka Mozart dan Bach?

The Beatles?

Dan aku?

- The Waning of the Middle Ages?
- Kau punya perpustakaan, Bocah Kaya.

Bisa kau jawab pertanyaanku?

Bisa kau jawab pertanyaanku dulu?

Kami boleh memakai
Perpustakaan Radcliffe.

Maksudku bukan izin, Bocah Kaya.
Maksudku etika.

Harvard punya 5 juta buku,
Radcliffe hanya punya beberapa ribu.

Aku cuma mau satu.
Aku ada ujian 1 jam besok, sialan.

Tolong jaga bicaramu, Bocah Kaya.

Kenapa kau yakin
aku belajar di sekolah kejuruan?

Kau terlihat bodoh dan kaya.

Sebenarnya, aku pintar dan miskin.

- Aku yang pintar dan miskin.
- Apa yang membuatmu begitu pintar?

Aku takkan mau
minum kopi denganmu.

- Aku takkan mengajakmu.
- Karena itulah kau bodoh.

Sastra Komparatif 105, lumayan.

Musik 150, lumayan.

Musik 201.
Itu mata kuliah pascasarjana.

- Polifoni Renasains.
- Apa itu polifoni?

Bukan mesum, Bocah Kaya.

Dengar, Nn. Cavalleri,
aku sudah bilang, namaku Oliver.

- Nama depan atau belakang?
- Nama depan.

- Oliver siapa?
- Barrett.

Barrett seperti penyair itu?

Ya.
Tidak berhubungan.

- Barrett seperti nama gedung?
- Ya.

Aku minum kopi dengan
gedung Harvard asli.

- Kau adalah Aula Barrett.
- Bukan.

Kakek buyutku kebetulan
menyumbangkannya kepada Harvard.

Sehingga cucu buyutnya
yang tak terlalu hebat bisa masuk.

Kalau kau sangat yakin
aku pecundang,

kenapa kau memaksaku
untuk membelikanmu kopi?

Aku suka bentuk badanmu.

- Jurusanku Ilmu Sosial.
- Tak terlihat.

Itu jurusan terkemuka.

Dengar, aku tahu kau cukup pintar.

Benarkah?

Ya.
Kau menyukaiku, bukan?

- Jenny!
- Ya?

Dengar, dasar gadis Radcliffe sombong,

pertandingan hoki Dartmouth
Jumat malam.

- Lalu?
- Aku ingin kau datang.

Untuk apa aku mau datang
ke pertandingan hoki payah?

- Karena aku bermain.
- Di tim mana?

2 menit, nomor 7.
Menahan lawan.

Barrett, 2 menit, menahan lawan.

Kenapa kau duduk di sini
sementara semua temanmu bermain?

- Aku mendapat penalti.
- Apa?

- Aku mendapat penalti.
- Kau salah apa?

- Aku bermain terlalu keras.
- Apa itu kesalahan besar?

- Ayolah, aku sedang berkonsentrasi.
- Pada apa?

Bagaimana cara menghabisi
Dartmouth itu!

- Ayo, Arthur!
- Apa kau pemain curang?

Kau akan tega menyerangku?

Ya, sekarang, kalau kau tak diam.

Aku pergi.
Selamat tinggal.

Barrett kembali bermain.
Harvard dengan kekuatan penuh.

Ayo, Tim!

Gol untuk Harvard.
Barrett, dibantu oleh Hackman.

- Jadi, aku sudah menonton hoki.
- Apa yang paling kau suka?

- Saat kau jatuh.
- Terima kasih sudah datang.

- Apa aku memperbolehkanmu?
- Apa?

- Menciumku.
- Aku terbawa suasana.

Aku tidak.

Aku mungkin takkan telepon
beberapa bulan.

- Kenapa?
- Tapi mungkin kutelepon

- segera setelah sampai di kamarku.
- Sialan.

Lihat, kau bisa menyinggung,
tapi tak bisa disinggung.

- Halo, Kawan-kawan.
- Hai, Ollie.

- Dapat apa malam ini, Ollie?
- Bantuan untuk gol terakhir.

Dari Cavalleri?

- Bukan urusanmu.
- Aku teman sekamarmu!

- Siapa ini?
- Barrett punya gadis baru?

- Ya, Jenny Cavalleri.
- Siapa?

Pemusik dari suatu tempat
di Rhode Island.

Ya, aku tahu dia. Sangat pelit.

Ya, bermain piano
untuk komunitas Bach.

Apa yang dia mainkan dengan Barrett?

Mungkin main sok jual mahal.

- Simpson.
- Ya?

Sialan kau.

Terbukti.

Halo, Jen?

Bagaimana menurutmu
kalau aku bilang...

aku jatuh cinta kepadamu?

Jangan pernah katakan cinta
kalau tak tulus.

Kenapa kau kira aku tak tulus?

- Kau mementingkan kuantitas, Barrett.
- Maksudnya?

Kau terkenal kaya.

Maksudku di Radcliffe,
tiap aula adalah Aula Barrett.

Kau mencari tahu tentangku, ya?

Aku tidak makan malam di luar
dengan sembarang orang.

- Apa aku sembarang orang?
- Menurutmu?

Kau harus menghibur dirimu sendiri
akhir pekan ini.

Aku akan bersama
dengan Francis LaPierre.

- Sangat lucu.
- Kau cemburu?

Francis LaPierre
adalah kapten tim hoki Cornell.

Kau habis membaca
berita olahraga, ya?

Aku tak keberatan menontonmu
bermain hoki melawan Cornell.

Tidak.
Aku akan terlibat.

Ya.
Gelar All-Ivy.

- Lebih dari gelar All-Ivy?
- Jauh lebih dari itu.

Gol untuk Cornell, Cashay.

Skor seri, 3-3.

- Ayo, Barrett!
- Hentikan!

Akan kutendang kau sampai
kembali ke Montreal.

Hentikan! Ayo!

Ayo hentikan!

Ayo! Bangun!

Kau keluar pertandingan, Barrett!
Ayolah!

Kuhabisi kau sebelum
kau menghabisiku!

Ayolah, Barrett!
Keluar lapangan.

Keluar lapangan!

- Dasar brengsek!
- Kau Montreal sialan!

Kau bicara apa?
LaPierre memulai lebih dulu!

- Masuklah!
- Yang benar saja!

5 menit untuk nomor 7.
Berkelahi.

Penalti, Barrett dari Harvard,
5 menit karena berkelahi.

Kau mungkin ingin steik, Nak.

Terima kasih, Ayah,
tapi dokter sudah tangani.

Maksudku untuk perutmu, Oliver.

Kurasa seharusnya aku makan
bersama tim.

Baiklah.

- Apa wajahmu sakit?
- Tidak, Pak.

Aku ingin Jack Wells memeriksanya
hari Senin depan.

- Tidak perlu, Pak.
- Jack adalah spesialis, kau tahu.

Bukan.
Tak apa-apa.

Mobilku di sana.
Mau aku antarkan?

Aku akan menemanimu ke mobil.

Oliver, kau sudah dapat kabar
dari sekolah hukum?

Ayah, aku belum benar-benar
memutuskan soal sekolah hukum.

Aku hanya bertanya apa sekolah hukum
telah membuat keputusan tentangmu.

- Belum.
- Sebenarnya tak diragukan lagi.

Tentang apa?

Sekolah hukum butuh
pria baik sepertimu.

- Mereka tak punya tim hoki.
- Kau punya kelebihan lain, Oliver.

Maaf kau datang jauh-jauh,
tapi melihat kekalahan Harvard.

Aku datang untuk
melihatmu bermain.

Kau tahu, Oliver, dekan sekolah hukum
adalah teman sekelasku dulu...

Sangat bagus, Pak.

- Baik, selamat tinggal.
- Selamat jalan, Pak.

- Sampaikan salamku untuk Ibu.
- Akan kusampaikan.

Aula Briggs. Sandy Davidson!

- Jennifer Cavalleri.
- Telepon untukmu di saluran dua.

- Di bilik telepon di bawah.
- Di mana itu?

Di pojok.

Aula Briggs.

Kumohon...

Demi Tuhan, Phil!

Ya.

Untuk sejuta kalinya, ya.

Tentu.

Aku juga mencintaimu, Phil.

Ya.
Aku juga mencintaimu.

Selamat tinggal.

Hai.

Apa yang terjadi?
Kau tampak buruk.

Aku terluka.

Setidaknya kau membuat lawanmu
lebih parah?

Aku selalu membuat
lawanku lebih parah.

- Jenny...
- Ya?

- Siapa Phil?
- Ayahku.

Kau memanggil ayahmu Phil?

Itu namanya.
Bagaimana kau memanggil ayahmu?

- Pria sialan.
- Di depan mukanya?

- Aku tak pernah lihat mukanya.
- Kenapa? Dia pakai topeng?

- Begitulah.
- Ayolah, dia pasti sangat bangga.

- Kau adalah atlet terkenal Harvard.
- Dulu dia juga.

Lebih dari All-Ivy?

Dia mendayung kelas single scull
pada Olimpiade tahun 1928.

- Dia menang?
- Tidak.

Lalu kenapa dia pria sialan?

Karena dia bergantung padaku,
membuatku berbuat hal benar.

Apa salahnya berbuat hal benar?

Aku tak suka diatur tradisi Barrett.

Aku tak suka harus mendapat
sejumlah prestasi tiap semester.

Ya, aku tahu kau tak suka
masuk daftar dekan dan All-Ivy.

Dia tak mau kurang dari itu,
dan saat aku berhasil,

dia bersikap biasa saja
dan tak peduli.

- Itu konyol.
- Tahu ucapannya setelah pertandingan?

Dia datang jauh-jauh ke Ithaca
untuk menontonmu?

Setelah kami kehilangan gelar,

dan setelah aku hampir dibantai
oleh massa liar Kanada itu,

kau tahu apa kata pria kaya Harvard itu
ke anaknya?

Massa di Itacha?

"Oliver, dekan sekolah hukum
adalah teman sekelasku dulu."

Kau berharap dia berkata apa?
"Bagaimana kehidupan seksmu?"

- Kau berpihak pada siapa, Jenny?
- Aku tak tahu ini perang.

Kau tak mengerti.

Kurasa aku mengerti
lebih banyak dari yang kau harapkan.

Apa ayahmu... Maaf.

Pria sialan itu dulu nilainya jelek?

- Dia dapat beasiswa Universitas Oxford.
- Tampaknya ada masalah kecil

- berupa kelebihan prestasi di keluargamu.
- Lupakan saja. Tak ada masalah.

- Benar. Tak ada masalah.
- Apa aku yang menelepon ayahku?

Apa aku suka berkata,
"Aku mencintaimu, Phil"?

- Tidak.
- Itu dia.

- Kau tahu kenapa?
- Kenapa?

Karena namanya Oliver.

Aula Barrett yang megah. Setidaknya
kau tak memberi salam ketika lewat?

Gedung paling jelek di kampus.
Kau tahu aku tak pernah masuk?

Sikapmu dewasa sekali.

Tak mudah hidup dengan sejarah
yang ada tepat di depanmu.

Kau kenal berapa orang
yang harus tanggung beban Aula Barrett?

- Aku bisa menyebutkan dua.
- Terima kasih.

Aku tak punya masalah
dengan musik,

tapi haruskah kau mainkan
saat kita belajar?

Aku belajar musik.
Ini namanya Analisis Bentuk.

Ya.

Kau akan dikeluarkan
kalau hanya diam melihatku belajar.

Aku tak melihatmu belajar.
Aku belajar.

Omong kosong.
Kau menatap kakiku.

Cavalleri, kau tak begitu cantik.

Aku tahu, tapi bisa apa
jika kau berpikir begitu?

Kita ganti topik saja.

Aku tak tahu kalau ada topiknya.

Kau salah jika mengira
aku ingin bercinta denganmu.

- Begitukah?
- Tapi aku tak tertarik.

Sudah pasti.
Tak tertarik.

Bagus. Setidaknya
kita punya satu persamaan.

Cavalleri, aku tahu permainanmu,
dan aku lelah memainkannya.

Kau yang paling sok pintar dari Radcliffe.

Yang utama.
Kau kira semua menginginkanmu.

Tapi perdebatan
bukanlah hubungan yang kuinginkan.

Kalau kau kira hubungan hanya tentang itu,
kembalilah ke musikmu dan semoga berhasil.

Menurutku kau takut.

Kau membangun pembatas besar
agar kau tak terluka,

tapi itu juga membuatmu
tak tersentuh.

Sebuah risiko, bukan, Jenny?

Setidaknya aku berani
mengakui apa yang aku rasakan.

Suatu hari, kau harus punya nyali
untuk mengakui bahwa kau peduli.

Aku peduli.

Menurutmu pastormu
akan mengizinkan ini?

Aku tak punya pastor.

Bukankah kau gadis Katolik baik?

Aku seorang gadis.

- Dan aku baik, bukan?
- Ya.

Jadi, sudah benar dua dari tiga.

- Kenapa kau pakai itu?
- Itu punya ibuku.

- Kenapa kau tinggalkan?
- Apa?

Kenapa kau meninggalkan gereja?

Entahlah. Aku tak pernah
benar-benar masuk.

Kurasa aku tak pernah mengira
ada dunia lain yang lebih bagus dari ini.

Apa yang lebih bagus dari Mozart...

Atau Bach...

Atau kau?

- Jenny?
- Ya?

- Aku setingkat dengan Bach dan Mozart?
- Ya.

Dan The Beatles.

Simpson, biarkan aku tidur
di sofamu.

- Kenapa?
- Barrett.

- Siapa tamu terhormatnya?
- Cavalleri.

Lagi? Masih?
Barrett mulai payah.

Ini hebat.

Aku belajar.
Benar-benar belajar.

Aku sedang belajar.

Maaf.

Oliver?

Aku mencintaimu.

Tak kupercaya kau sehebat itu.

Kau tak tahu banyak soal musik.

Aku tahu cukup banyak.

Sadarlah, Barrett. Aku tak hebat.
Aku bahkan bukan All-Ivy.

Aku hanya lumayan, paham?

Baik.

Kau harus terus melanjutkannya.

Siapa bilang aku takkan melanjutkannya?

Aku akan belajar dengan
Nadia Boulanger.

Siapa?

Tahun depan.
Aku dapat beasiswa di Paris.

Paris?

Ya. Aku tak pernah ke Eropa.
Sudah tak sabar.

Sudah berapa lama kau tahu soal ini?

Ayolah, Ollie, jangan bodoh.
Ini tak dapat dielakkan.

Apa?

Bahwa kita akan lulus dan berpisah,
kau akan lanjut ke sekolah hukum.

Apa yang kau bicarakan?

Kau seorang jutawan
dan aku bukan siapa-siapa.

Apa hubungannya dengan
kita berpisah?

Kini kita bersama, bukan?
Kita bahagia.

Harvard seperti karung besar Sinterklas
yang penuh dengan mainan,

- tapi saat libur usai...
- Ini lebih dari sekadar liburan.

Kau harus kembali ke asalmu.

Kau akan kembali ke Cranston,
Rhode Island, memanggang kukis?

- Pastri! Dan jangan mengejek ayahku.
- Makanya jangan tinggalkan aku, Jenny!

Aku mohon.

Tapi bagaimana dengan beasiswaku dan Paris
yang tak pernah kulihat selama hidupku?

Bagaimana dengan pernikahan kita?

Siapa yang ungkit pernikahan?

Aku mengungkitnya sekarang.

Kau ingin menikahiku?

- Ya.
- Kenapa?

Karena.

Itu alasan yang bagus.

- Kau menyetir seperti orang gila.
- Ini Boston.

Semuanya menyetir
seperti orang gila.

Kita akan mati sebelum orang tuamu
membunuh kita.

Jenny, orang tuaku akan
menyayangimu.

- Bahkan si pria sialan juga?
- Tentu saja.

Di mana rasa percaya diri Radcliffe-mu?

- Ada di Radcliffe.
- Semua akan baik-baik saja, Jenny.

- Kau bilang apa lewat telepon?
- Bahwa aku akan berkunjung.

- Sangat biasa, ya?
- Ya, benar.

Seberapa sering kau datang
selama satu semester?

- Tidak pernah.
- Jadi, itu dianggap biasa?

Astaga!

Berhenti, Oliver.
Aku tak bercanda. Hentikan mobilnya.

Aku tidak mengira
akan seperti ini.

- Seperti apa?
- Maksudku sekaya ini.

Ini terlalu berlebihan bagiku.

Jangan khawatir, Jenny.
Pasti lancar.

Tapi kenapa aku mendadak berharap

namaku adalah Abigail Adams
atau Wendy Wasp?

Jangan takut.

- Kau tidak takut?
- Tidak.

- Sejauh ini semuanya baik.
- Ini belum apa-apa.

- Tanganmu dingin.
- Tanganmu juga.

Ayo pergi selagi masih ada kesempatan.

Tuan Oliver!
Halo!

Halo, Florence.
Ini Jenny.

Tuan?
Sudah kuduga kau punya pelayan.

Biar kuambil mantelmu.

Orang tuamu ada di ruang tamu.

Terima kasih, Florence.

Kulihat separuh gedung Harvard
digantung di dinding itu.

Itu tak penting.

Kau tak bilang kau punya hubungan
dengan Sewell Boathouse.

Ya, aku berasal
dari keturunan kayu dan batu.

Halo!

Perkenalkan Jennifer Callaveri.

- Cavalleri.
- Seperti Cavalleria Rusticana?

- Benar. Tak berhubungan.
- Halo, Bu.

Halo, Sayang.

Senang bertemu denganmu.
Apa kabar, Nak?

Baik.

Duduklah, anggap saja rumah sendiri.

Kami harus segera pergi.

Kenapa kau tak nyaman
dengan orang tuamu?

Kenapa kau duga begitu?

Kenapa ingin pergi
saat kita baru tiba?

- Tak suka cara mereka memperlakukanmu.
- Seperti apa?

"Apa pekerjaan orang tuamu, Jennifer?"

Apa pekerjaan keluargamu, Jennifer?

Ayahku membuat kukis.

- Apa nama perusahaannya?
- Toko Roti Phil.

- Dari Cranston, Rhode Island.
- Menarik.

Jadi, keluargamu berasal
dari Cranston?

Tidak semua. Sebenarnya,
ibuku berasal dari Fall River.

Keluarga Barrett
punya pabrik di Fall River.

Mereka mengeksploitasi kaum miskin
New England selama ratusan tahun.

- Pada abad ke-19.
- Saat kau mewarisinya, Oliver,

kau bisa kembalikan semua uang kita
sebagai ganti rugi.

Itu persis dengan anjuran
sang filsuf Saint-Simon.

Pada abad ke-18.

- Sudah larut.
- Untuk apa?

Makan malam di sini, bukan?

- Ya.
- Tidak, aku harus segera kembali.

Tidak. Kalian tetap di sini
untuk makan malam, itu perintah.

Semua merupakan perintah,
instruksi, komando.

Mana selera humormu?

Saat aku masih sekolah,
dia mengirimkanku memo. Memo!

Bukankah itu aneh?

Menurutku agak menggemaskan.

Oliver, sudah dapat kabar
dari sekolah hukum?

- Belum, Pak.
- Pasti masuk. Siapa yang sehebat Oliver?

Aku setuju.
Dia pasti lulus dengan predikat bagus.

Oliver selalu pintar di sekolah.
Bahkan di Exeter, dia sangat...

Ibu, itu tak berarti apa pun.
Banyak orang berusaha

masuk sekolah hukum.
Aku hanya salah satunya.

- Aku bisa telepon Price Zimmerman...
- Tidak!

Maksudku, kumohon jangan, Pak.

Hanya untuk melihat apa dia tahu.

Aku ingin dapat surat pemberitahuan
seperti yang lainnya, kumohon.

Dia hanya berusaha membantu.

Tapi aku tak butuh bantuan
seperti itu.

- Baiklah.
- Tidak, ini tidak baik!

Dia takkan puas
sampai memutuskannya.

Memutuskan apa?

Yang kau tak ingin diputuskan.

Begitu.
Kita harus mengatasi itu.

- Berhati-hatilah!
- Hati-hati menyetir, Oliver!

Pelan-pelan asal sampai.

Kau suka membuat kesal ayahmu, ya?

Saling membuat kesal, kau tak sadar?

Kurasa kau tak mengenal batasan,
yang penting berhasil membuatnya kesal.

Mustahil bisa membuat kesal
Oliver Barrett III.

Kecuali kalau kau menikahi
Jennifer Cavalleri?

- Itu yang kau pikirkan?
- Ya, menurutku salah satu alasan.

Jenny, kau tak percaya
aku mencintaimu?

Ya, tapi bagaimanapun,
menurutku kau juga mencintai

- status sosialku yang kurang baik.
- Tidak!

Aku tak bisa menghakimimu, Oliver.
Aku hanya berpikir begitu.

Aku tahu kalau aku tak
hanya mencintaimu,

tapi namamu dan yang kau miliki.

Bagaimanapun juga,
itu bagian dari dirimu.

- Bagaimana kau melakukannya?
- Apa?

Bagaimana bisa kau mengenalku
dan masih mencintaiku?

Memang itu intinya, Bocah Kaya.

- Bagaimana kabarmu, Nak?
- Aku baik saja, Pak.

- Sudah dapat kabar dari sekolah hukum?
- Ya. Aku meneleponmu, ingat?

Ya. Selamat.

Kau akan menjadi Barrett pertama
di Mahkamah Agung.

Mungkin akan menjadi
pengacara bencana.

Ya, baiklah.
Bagaimana kabar Raymond?

Dia baik. Dia masuk OCS.

- Tentara?
- Ya.

- Itu bagus.
- Itu buruk.

- Kau belum bertanya soal Jennifer?
- Apa yang bisa ditanyakan?

Kau menunjukkan keputusanmu,
bukankah begitu?

- Tapi bagaimana pendapatmu?
- Menurutku dia sangat menawan,

dan bagi gadis dengan
latar belakangnya

- bisa sampai ke Radcliffe...
- Langsung ke intinya.

Intinya bukan tentang gadis muda itu.
Tapi tentang kau.

Pemberontakanmu.

- Dan kau memberontak, Oliver.
- Aku tak bisa...

Aku tak bisa paham
kenapa menikahi gadis cantik dan pintar

asal Radcliffe
bisa dianggap pemberontakan.

Dia bukan gadis gila dan aneh.

Dia bukan banyak hal.

Apa yang membuatmu paling kesal, Ayah?
Karena dia Katolik atau karena dia miskin?

- Apa yang paling membuatmu tertarik?
- Aku pergi.

Jangan sembarangan
memutuskan, sialan!

Aku hanya memintamu
untuk menunggu sebentar.

- Jelaskan "sebentar".
- Selesaikan sekolah hukum.

Jika hubungan ini sejati,
akan tahan diuji waktu.

Memang sejati, tapi aku tak paham
kenapa aku harus mengujinya.

- Karena aku memintamu.
- Kau memerintahkanku!

Oliver, kalau kau menikahinya sekarang,
aku takkan memedulikanmu.

Ayah, kau tak tahu
bagaimana cara peduli.

Kami tak sabar sampai
kau bergabung tahun depan.

Aku juga, Dekan Thompson.

Telah terjadi sesuatu.

- Kuharap kau tak berubah pikiran.
- Bukan, aku masih mau sekolah hukum,

tapi aku akan butuh beasiswa.

- Benarkah?
- Karena itulah aku di sini.

Itu cukup aneh,
mengingat latar belakangmu.

- Aku bukan anaknya lagi.
- Apa?

Kami mengalami kesalahpahaman.

Kami saling berpisah.

Ini sangat disayangkan, Tn. Barrett.

Aku juga tak senang dengan itu.

Ada banyak mahasiswa baru
yang situasinya jauh lebih buruk darimu.

Apa yang lebih buruk dari kemiskinan?

Dekan Thompson,
aku akan menikah bulan depan.

Kami akan bekerja sepanjang
musim panas,

lalu Jenny akan bekerja
di sekolah swasta, mengajar.

Untuk sehari-hari, bukan biaya kuliah.
Biaya kuliah di sini cukup mahal.

Ya.

Dekan Thompson, aku butuh beasiswa.

Aku berpredikat tinggi di Harvard,
dan sudah diterima.

- Aku sama sekali tak punya uang di bank.
- Kau punya ayah jutawan.

Dulu, Dekan.

Kenapa aku harus dirugikan
karena dulu terhubung dengan pria kaya?

Tn. Barrett, menurutku kantor ini

bukanlah tempat
untuk perseteruan keluarga, bukan?

Bahkan perseteruan yang menyedihkan.

Aku paham.
Terima kasih.

Mungkin pada pertengahan tahun...

Terima kasih atas waktumu.

Kita baru lewat SMP-ku!

Tak kusangka dia suka
karena aku mendadak miskin.

Benar, aku bersumpah. Setidaknya
sekarang kita punya persamaan.

Saat pertama kali kuceritakan
soal Oliver Barrett...

Ya?

Dia tak bisa memercayainya.

Dia terus mengingatkanku
tentang Perintah Kesebelas.

- Kesebelas?
- "Jangan bohongi ayahmu."

Ada perintah lain yang
aku perlu tahu?

Ya. "Tenanglah."

- Jadi, dia setuju? Dia mengizinkan?
- Bagaimana menurutmu?

Aku takkan izinkan!

- Mengerti?
- Kau melawan musuh khayalan, Phil!

Bisa kau berhenti menyebut
ayahnya sebagai musuh?

Dia warga terhormat Boston,
yang akan kutelepon...

- Tn. Cavalleri...
- Namaku Phil.

Akan kutelepon ayahnya.
Bahkan aku akan pergi ke Boston!

Itu takkan berguna, sialan!

Bisa kau berhenti mengumpat
di rumah ini, Jennifer?

- Kau juga.
- Nanti apa pendapatnya?

Dia akan mengira kau gila.

Kenapa? Karena aku takkan membiarkan
orang tua menolak anaknya?

- Tn. Cavalleri...
- Phil.

- Phil.
- Phil. Aku juga menolaknya.

Jangan bicara begitu, Oliver.

Cinta seorang ayah
patut dihargai dan dihormati.

- Itu hal langka.
- Terutama di keluargaku.

Ayo telepon dia.

Tidak, ayahku dan aku
sedang berperang dingin.

Dia akan melunak, Oliver.
Melunak dan meleleh.

Percayalah, saat waktunya ke gereja...

Ayo, kita telepon dia.

- Tunggu, Phil.
- Apa?

Tentang gereja...

Kami tak begitu percaya.

Maksudku bukannya harus
Gereja Katolik.

Aku...

Kau tahu Jennifer adalah
penganut Katolik.

Mungkin dia sudah cerita.

Dan ibunya selalu memimpikan...

Proses misa memang omong kosong, tapi...

Tuhan akan memberkati
pernikahan ini di gereja mana pun.

- Phil.
- Ya.

- Tentang Tuhan.
- Ya?

Kami juga tak begitu percaya.

Tentang Tuhan?

- Tentang Tuhan siapa pun?
- Dengar.

Kami berdua tak ada yang percaya.

- Dan kami tidak akan munafik.
- Begitu.

Kalau begitu...

Jika itu keinginanmu,

katakan siapa yang melangsungkan
pernikahannya.

Kami.

Maksudmu, melakukannya sendiri?

Itu mengagumkan.

Aku tahu, maksudku...

Itu mengagumkan.

Melakukannya sendiri?
Menurutku itu...

mengagumkan.

Tapi apa ini akan... Apa istilahnya?

- Maksudmu sah?
- Ya. Apa itu sah?

Ya.
Salah satu pendeta di kampus...

Dia yang akan memimpin,

lalu mempelai pria dan wanita
saling mengucapkan janji.

Mempelai wanita juga bicara?

- Ini dunia baru, Philip.
- Ya.

Ya, benar-benar baru.

- Kalian berdua siap?
- Amin.

Mereka belum mulai.

- Para hadirin...
- Bagaimana aku tahu?

Tak pernah menghadiri
pernikahan begini.

Mari dengarkan ucapan
yang mereka akan bacakan

- pada acara sakral ini.
- Amin.

Dia bilang "sakral". Pastornya.

- Dia bukan pastor.
- Bagiku begitu.

Saat kedua jiwa kita
berdiri tegak dan kuat,

saling berhadapan,

dalam diam,
dekat dan makin mendekat,

sampai sayap yang terbentang
terbakar di kedua ujung melengkung...

kepahitan apa yang bisa dilakukan bumi
sampai kita tak lagi mau bahagia di sini?

Pikirkan. Naik lebih tinggi,
malaikat akan mendesak kita

dan ingin menjatuhkan
bola emas lagu sempurna

ke dalam keheningan kita
yang mendalam dan berharga.

Mari kita tinggal di bumi tercinta,

tempat suasana hati manusia
yang tak sehat dan bertentangan

mundur menjauh...

dan mengasingkan jiwa-jiwa murni,

dan memberikan tempat untuk berdiri
dan mendatangkan cinta untuk sehari,

dengan kegelapan dan
jam kematian mengitari.

Aku memberikan tanganku.

Aku memberikanmu cinta,
lebih berharga daripada uang.

Aku memberikanmu diriku sendiri,
sebelum pengajaran dan hukum.

Maukah kau memberikanku dirimu?

Maukah kau berjalan denganku?

Akankah kita selalu bersama
sepanjang hidup kita?

Aku, Oliver Barrett,
menerimamu, Jennifer Cavalleri,

sebagai istri yang sah
mulai hari ini...

untuk dicintai dan disayangi,
hingga maut memisahkan kita.

Aku, Jennifer Cavalleri,
menerimamu, Oliver Barrett,

sebagai suami yang sah
mulai hari ini,

untuk dicintai dan disayangi,
hingga maut memisahkan kita.

Dengan wewenang yang diberi kepadaku
oleh persemakmuran Massachusetts,

kunyatakan kalian sebagai suami istri.

Jadi, kini aku dinafkahi
seorang wanita.

- Kau takkan suka.
- Aku sudah suka.

Oliver, Sekolah Shady Lane
hanya membayarku $3.000 per tahun.

- Kenapa?
- Karena nama belakangku

adalah Ny. Barrett.

Kau tak bisa menjadi Nn. Cavalleri?

Kalau aku Nn. Cavalleri,
aku akan menjadi ratu Paris.

Itu tawaran bagus.

Oliver, 4 kamar seharga $82,50 sebulan
sangat mustahil di wilayah Mongolia ini.

Tapi ini bagian Mongolia Cambridge.

Harus kuakui,
ini bahkan lebih buruk dari dugaanku.

- Ya, tapi ini rumah.
- Ya.

- Lalu?
- Lalu apa?

Itu ambang pintu.
Gendong aku.

Ayolah, kau tak percaya
omong kosong itu, bukan?

Gendong aku, nanti kuberi tahu.

Kau tahu rumah kita dekat lantai atas?

Baiklah, aku akan menjadi
janda muda dan cantik.

Apa-apaan ini, Barrett?

Kuberi tahu setelah melewati
ambang pintu.

- Sudah?
- Ini bukan ambang pintu.

Aku melihat nama kita di bel.

Ini bukan ambang pintu resmi.
Ayo naik ke lantai atas, sekarang.

Kenapa kau sangat berat?

Kau pernah berpikir
mungkin aku hamil?

- Kau hamil?
- Aku menakutimu, ya?

- Tidak, aku...
- Jangan membohongiku.

Ya, aku sempat panik.

- Ini ambang pintu resminya sekarang?
- Bagaimana menurutmu?

- Menurutku kalau kau tak bilang ya...
- Ya!

[ SEKOLAH HUKUM HARVARD ]

Ada Barrett di sini?

- Di mana anak-anak?
- Tidur, untunglah!

Ini waktu tidur siang.
Aku punya waktu 45 menit.

Itu lebih dari waktu
yang diberikan kepadaku.

Sial. Aku tak tahu
apa yang salah dengan mesin ini.

- Kau berpredikat tinggi di Harvard.
- Bukan bidang mesin.

- Selamat datang di dunia nyata.
- Dengar, Cavalleri...

- Namaku Barrett, Barrett.
- Terkadang kau benar-benar menyebalkan.

- Bagaimana kau diperlakukan?
- Baik, kecuali si Rittenhouse nakal.

Pasti dia akan melakukan kejahatan
sebelum usia 10.

- Apa lagi sekarang?
- Dia berusaha mencubitku.

- Aku tak menyalahkannya.
- Lain kali,

- aku akan menghajarnya.
- Astaga, jangan!

Tunggu orang tuanya
memberimu tip.

Sial.

- Ayo keluar dari sini.
- Jangan menyentuhku, Oliver.

Begitu kau bicara
kepada suamimu.

Bersihkan dirimu,
lalu boleh menyentuhku.

- Baik.
- Aku beradu mulut soal gaji hari ini

dengan Nn. Anne Miller Whitman.

Aku harap kau berlebihan kali ini.

Kubilang aku sangat bangga menjadi
staf pengajar di Sekolah Shady Lane.

Kubilang, "Bahkan keluarga Barrett pun
harus bayar sewa rumah, Nn. Whitman."

- Lalu dia jawab?
- "Ho, ho, ho."

Jelaskan "Ho, ho, ho."

Artinya $3.500 untuk tahun ini.

- Itu konyol!
- Kau mau menafkahiku

sementara aku ikut kelas yang diperlukan
untuk mengajar di sekolah negeri?

Bisa kau katakan sesuatu?

Ho, ho, ho.

Kukira kau akan telepon
saat rapat selesai.

Ya, tapi aku ingin kau belajar.
Kau sudah makan?

- Aku menunggumu.
- Tapi kau sedang bertumbuh.

- Tidak lagi.
- Dalam pikiranku begitu.

- Sudah lihat surat?
- Sebentar, Jenny.

Ini contoh sangat penting.

- Kau sudah lihat suratnya?
- Belum. Ada yang penting?

- Kita diundang dengan hormat...
- Untuk membayar tagihan listrik.

untuk acara makan malam.

Ulang tahun ayahmu yang ke-60.

- Kau dengar aku?
- Ya.

- Diminta memberi jawaban.
- Kau masih perlu bertanya?

Oliver, menurutku ini saatnya.

- Untuk apa?
- Kau tahu untuk apa.

Apa dia harus merangkak kepadamu?

- Tidak.
- Dia berusaha.

Ibuku yang mengirimkannya.

Oliver, pikirkan. Sudah 60 tahun.
Belum tentu dia masih hidup

- saat kau siap untuk rekonsiliasi.
- Takkan ada rekonsiliasi.

Nanti saat kau dibuat
kesal Oliver V...

- Takkan bernama Oliver V!
- Bisa saja Bozo si Badut,

dia tetap akan membencimu
karena kau dulu atlet Harvard!

Saat dia kuliah,
kau mungkin di Mahkamah Agung.

- Dia takkan membenciku!
- Kenapa tidak?

Karena...

Ayahmu menyayangimu juga, Oliver,
sebagaimana kau akan menyayangi Bozo,

tapi kalian keluarga Barrett
sangat sombong dan kompetitif

sampai selamanya berpikir
kalian saling membenci.

- Jika bukan karena kau!
- Ya!

Pembicaraan ini sudah selesai!

Undangannya masih perlu dijawab.

Kurasa kau bisa mengatasinya.

Seumur hidup, aku tak pernah
sengaja menyakiti siapa pun,

aku tak bisa melakukannya.

Jennifer, jawab saja "tidak".

Baiklah, berapa nomornya?

Tak bisa tulis pesan saja?

Sebentar lagi nyaliku hilang.
Berapa nomornya?

Nomornya 338-3434,
tekan satu dulu.

Selamat malam.
Ini Jennifer Barrett.

Tn. Barrett. Selamat malam, Pak.

Baik, terima kasih.

Ya, benar.
Itu sebabnya aku menelepon.

Aku sungguh minta maaf, Pak.
Maksudku...

Kami sungguh minta maaf,
tapi kami tak bisa.

Maafkan aku.

Oliver, kumohon bicaralah kepadanya.
Menyapa saja.

- Aku takkan pernah bicara kepadanya.
- Kumohon, lakukan saja untukku.

Aku tak pernah memintamu
melakukan apa pun seumur hidupku.

- Aku mohon, Oliver, untukku.
- Tidak.

Kau bajingan tak punya hati.

Tn. Barrett, Oliver ingin kau tahu

bahwa dengan caranya sendiri,
dia sangat menyayangimu.

Enyahlah dari hidupku!

[ PENATU GOLD STAR ]

[ GEDUNG MUSIK ]

Aku lupa kunciku.

Jenny. Maafkan aku.

Jangan.

Cinta berarti tak perlu
mengatakan maaf.

Paul, bisa lebih memperhatikan
gabungan suara,

bukannya menunjukkan
suaramu yang indah?

- Tapi aku tak begitu!
- Kau begitu.

Paul, jangan bohongi aku.
Kau pamer.

- Maaf, Jenny.
- Baiklah, satu kali lagi,

dan kali ini, aku ingin
pengucapan yang jelas.

Wow.

Itu sungguh dan sangat...

- lumayan.
- Jenny, ayolah!

- Ayolah, Jenny!
- Yang benar saja.

- Besok jam 08.30 tepat, ya?
- Sampai jumpa besok jam 08.30.

- Selamat tinggal, Jenny.
- Selamat tinggal, Jenny.

- Sampai jumpa.
- Selamat tinggal, Jenny.

Barrett, apa yang membawamu
ke gereja?

Toko tutup lebih awal.

Kau dapat pohon untuk kita?

Jangan khawatir,
kita beli dalam perjalanan pulang.

Apa kegiatanmu pada
malam tahun baru?

Tidur.

Kukira kau ingin
menghabiskannya denganku.

- Memangnya kau mau apa?
- Tidur.

Suatu hari nanti kita akan
mengenang masa-masa ini.

Lebih cepat, lebih baik.

Teruslah lari!
Ayo!

Terus! Ayo!

- Ayo, Dan.
- Jennifer, sini!

Aku bersama anak-anak.
Tak bisa menunggu?

Jennifer, kubilang sini.

Apa?
Ayolah!

Mulai lagi.

Apa-apaan ini?

Ada hal penting yang
ingin kukatakan.

Tak bisa katakan saja di sana?

- Tidak. Aku ingin berdua saja denganmu.
- Baik.

Ada berita bagus.
Baca ini.

Sekolah Hukum Harvard?
Pasti kau dikeluarkan.

Bacalah dulu. Itu berita bagus.

- Kau dapat peringkat pertama?
- Tidak juga.

- Ketiga.
- Hanya ketiga?

Tapi ini berarti
aku ikut membuat tinjauan hukum.

Bisa kau katakan sesuatu?

Tidak sampai aku bertemu
pemegang peringkat satu dan dua.

Dan Penghargaan
Memorial William de Jersey

untuk esai senior terbaik,
kepada Oliver Barrett IV.

Keluarga Mark Howells...

- Berdirilah.
- Berapa banyak?

- 500 ribu.
- Astaga...

Berdiri.

- Diamlah!
- Ayo.

Penghargaan Kehamilan Jennifer Barrett.

Ini apartemen bagus untuk $80.

Ya, kini garasi kita yang
seharga itu.

Aku tak paham
kenapa kau butuh mobil di New York.

Kunjungan ke rumah, Jenny.

Pengacara mewah Jonas and Marsh
tidak melakukan kunjungan ke rumah.

Mereka mengunjungi
rumah Tn. Jonas dan Tn. Marsh.

- Cukup dekat, bisa jalan kaki.
- Jenny, orang kaya naik mobil.

- Orang kaya baru.
- Itu kita.

- Jenny, jangan tertawa.
- Apa?

Aku mulai menyukai nama Bozo.

- Untuk apa?
- Untuk anak kita.

- Besar dan menaklukkan seluruh All-Ivy.
- Bozo Barrett?

Itu nama atlet hebat Harvard
yang sesungguhnya.

Kau sungguh akan menamai
calon anak kita "Bozo"?

Hanya kalau dia laki-laki.

Akhirnya kita melewati
garis kemiskinan.

- Tidak juga.
- Apa maksudmu?

Kau harus gendong melewati
ambang pintu.

Lagi? Kukira kita sudah lakukan.

Tapi dulu kau bukan pengacara,
jadi belum resmi.

- Kita tinggal di lantai 10!
- Kau bisa menggendongku di lift.

Syukurlah.

Ada yang bisa aku bantu?

Barrett. 10-H.
Tas di mobil.

- Apa dia baik-baik saja?
- Ya, setelah melewati ambang pintu.

- Aku mengerti, pengantin baru, ya?
- Selalu.

Ayo cepat, Bocah Kaya.

Kau berhasil, sialan.

Berhasil dengan baik.

Sangat baik.

Diamlah dan main.

Bekerja untuk Jonas and Marsh,
dengan gaji besar.

- Mainlah, sialan.
- Aku bisa apa?

Menikahi gadis cantik
bermulut kasar.

Kau bisa fokus?

- Kenapa kau sangat beruntung?
- Perjuanganku panjang dan berat.

Ini pekan pertama dalam pernikahan kami
di mana Jenny tidak perlu bekerja.

Apa yang akan dia lakukan?

Aku ingin dia belajar di Juilliard,
dan dia ingin punya anak.

- Jadi?
- Jadi, kami berusaha hamil.

Kau butuh bantuan, Kawan?

Aku akan meneleponmu
kalau butuh.

- Kau tahu ini salah siapa?
- Aku takkan pakai kata "salah", Oliver.

Baiklah, menurutmu saja.

Dua orang usia 24 tahun
tampaknya tak bisa punya anak.

Tentunya salah satu bermasalah.

- Siapa?
- Jenny.

Baiklah, kalau begitu,
kami akan mengadopsi.

Oliver, masalahnya lebih serius.

Jenny sakit keras.

Jelaskan "sakit keras".

Dia sekarat.

Itu tidak mungkin.

Maaf aku harus mengatakan ini.

Itu tidak mungkin.

Pasti ada kesalahan.

Kami mengulangi tes darahnya
tiga kali.

Tak ada keraguan
tentang diagnosisnya.

Dia harus segera diberi tahu.

Kita bisa menunda perawatan sebentar,
tapi tidak terlalu lama.

Kita harus mulai terapi
beberapa minggu ke depan.

Dia baru 24 tahun.

- Apa akan menyakitkan?
- Semoga tidak.

Kau perlu bicara dengan
ahli hematologi.

Aku bisa merujukmu
ke dr. Addison.

Ya.

Aku harus bagaimana?
Apa yang bisa kulakukan untuk Jenny?

Bersikap senormal mungkin...

selama mungkin.

Itu yang terbaik.

Normal.

Normal.
Baiklah, aku akan sangat normal.

Jen?

Jenny, aku pulang.

- Aku butuh pengacara.
- Aku seorang pengacara.

- Aku membutuhkanmu.
- Aku juga membutuhkanmu.

Kenapa? Aku bukan pengacara.

Bukan, tapi kau gila,
kebetulan aku butuh orang gila.

- Kau tampak cantik, Jenny.
- Omong kosong.

- Baik. Kau tampak buruk.
- Tidak, aku tak tampak buruk.

Aku tak pernah tampak buruk.
Aku tampak lumayan untuk Kamis malam.

- Tak ada puisi dalam "lumayan".
- Persetan dengan puisi, Oliver.

- Katakan apa yang kau lihat.
- Aku melihatmu.

Itu puisi.

Kata dr. Shapeley, kita berdua normal.

- Dia juga bilang itu kepadamu, bukan?
- Ya.

Jadi, kita harus
terus berusaha saja, bukan?

- Ya. Ayo berusaha sekarang.
- Sekarang juga?

Bahkan lebih cepat.

Jenny?

Jenny!

Bangun, dasar bocah kaya pemalas,

keluar dan nafkahi aku
dengan gaya hidup yang ingin kubiasakan.

Ayo.
Bangun.

- Kau akan bertemu Stratton hari ini?
- Siapa?

Ray Stratton, sahabatmu.
Teman sekamarmu sebelum aku.

Ya. Kami seharusnya bermain,
tapi sepertinya aku akan batalkan.

- Tak mungkin.
- Kenapa tidak?

Aku tak mau suami bertubuh gemuk.
Jaga bentuk badanmu, ya?

Baiklah, tapi aku akan mengajakmu
makan malam.

Kenapa?

Kenapa? Aku tak bisa mengajak istriku
makan malam di luar kalau aku mau?

Baik, Barrett. Siapa dia? Siapa namanya?

Apa?

Kalau kau mengajak istrimu
makan malam pada hari kerja,

kau pasti berselingkuh.

- Ada apa, Ollie?
- Tak fokus, itu saja.

Tak fokus? Kau sudah tak fokus
selama dua minggu.

Tn. Jonas ingin aku pergi ke Chicago
untuk kasus besar.

Sungguh?

Kau tahu penyiar berita
yang dihajar polisi?

Hebat. Kau berbeda
dengan keseharian pekerja biasa.

- Aku menolaknya.
- Kenapa?

Entahlah. Aku hanya tak bisa
membayangkan tinggal di hotel.

Kau benar-benar sudah menikah.

Waktumu akan datang.

- Ny. Barrett.
- Aku di dapur, seperti seharusnya.

- Datanglah ke sini.
- Ny. Barrett, coba tebak.

- Kau dipecat.
- Aku penuh semangat, tebak ke mana.

- Reno, Nevada.
- Paris, Prancis.

Kita akan berada di sana
saat Hari Natal.

Tidak, bukan begitu
cara kita melakukannya.

- Melakukan apa?
- Aku tak ingin Paris.

Aku tak butuh Paris.
Aku hanya menginginkanmu.

Kau sudah punya itu, Sayang.

Dan aku ingin waktu,
yang tak bisa kau berikan kepadaku.

- Kau bertemu dr. Shapeley?
- Ya.

Dan temannya juga.
Dia sangat baik.

- Siapa?
- Dokter Addison.

Dia lulusan Yale.
Baik kuliah dan sekolah kedokteran.

Kubilang kau takkan keberatan.

Tidak, kalau dia baik.

Benar, dia baik. Dia tak membohongiku,
dan itu yang aku inginkan.

- Baguslah bagi si dokter lulusan Yale.
- Baik.

Aku bergantung kepadamu
agar tetap kuat, dasar atlet hoki.

Ya, Sayang.

Tidak. Maksudku untuk Phil.
Ini akan menjadi paling berat baginya.

Kau, pada akhirnya,
akan menjadi duda yang bahagia.

- Aku taktkan bahagia.
- Ya, kau akan bahagia.

Aku ingin kau bahagia.

Kau akan bahagia, ya?

Baik.

Baik.

- Cukup?
- Bagiku belum.

Aku suka melihatmu
menyelip dan menghindar.

- Taktik penipuan hoki.
- Aku tahu, begitulah kau,

pemain hoki yang suka menipu.

Mau minum cokelat panas?

- Tentu. Bahkan akan kutraktir.
- Kau sangat baik hati.

Sudah kubilang, aku lebih suka
saat aku yang menafkahimu.

Kau selalu mendukungku.
Pada akhirnya, apa artinya uang?

Aku tak tahu.

- Apa kita bisa membayar taksi?
- Tentu.

Kau ingin pergi ke mana?

Rumah sakit.

Dia dapat sel darah putih dan trombosit,
yang saat ini

merupakan hal terpenting
yang dia butuhkan.

Dia sama sekali tidak
mau antimetabolit.

Apa maksudnya itu?

Itu perawatan yang memperlambat
penghancuran sel,

tapi dengan efek samping
tak menyenangkan.

Jenny yang putuskan.
Apa pun yang dia mau.

Kalian lakukan semua yang kalian bisa
untuk memastikan tak sakit. Apa saja.

- Sudah pasti.
- Aku tak peduli biayanya.

- Bisa makan waktu mingguan, bulanan.
- Persetan dengan biayanya.

Maksudku, tak bisa diketahui
sampai kapan dia akan tetap bertahan.

Aku ingin dia mendapatkan
yang terbaik.

Aku kaya.
Aku punya banyak harta, sungguh.

Sungguh, aku seperti jutawan.

- Bagaimana kabarmu, Oliver?
- Baik, Pak.

- Dan bagaimana kabar Jennifer?
- Dia baik-baik saja, Pak.

Aku perlu pinjam uang $5.000
karena suatu hal.

Lalu?

- Ya?
- Boleh aku tahu kenapa?

Aku tak bisa memberitahumu.
Pinjamkan saja, kumohon.

Bukankah kau dibayar
di Jonas and Marsh?

- Ya, Pak.
- Dan bukankah dia mengajar?

Jangan panggil "dia".

- Bukankah Jennifer mengajar?
- Jangan ungkit dia.

Tulis saja ceknya, Ayah.
Ini masalah pribadi.

Masalah pribadi yang sangat penting.

Kau menghamili seorang gadis?

Ya.
Itu masalahnya.

Kumohon, pinjamkan aku uang.

Terima kasih, Ayah.

Bagaimana keadaannya?

Dia ingin perang berhenti.

- Dia selalu mengatur.
- Mungkin akan terjadi.

- Secepat itu?
- Ya.

Halo, Sayang.
Phil.

Bagaimana keadaanmu, Ny. B?

Bagus.
Perang akan segera berakhir.

- Itu agak kuno.
- Itu kenyataannya, sialan.

Jaga bicaramu.
Ada orang tua di sini.

Kuharap begitu.
Phil sudah berjanji.

Jangan khawatir, Jenny.

Mungkin aku akan biarkan kalian...

Aku takkan jauh.

Ini tak sakit, Ollie.
Sungguh.

Seperti jatuh ke jurang
dengan gerakan lambat, kau tahu?

Hanya saja setelah beberapa saat,
kau ingin cepat sampai di dasar.

Ya.

Omong kosong. Kau tak pernah
jatuh ke jurang seumur hidupmu.

Ya, aku pernah.
Saat bertemu denganmu.

Ya. "Kejatuhan yang luar biasa."

- Siapa yang mengatakan itu?
- Entahlah. Shakespeare.

Ya, tapi siapa?

Maksudku, sandiwara apa?

Dulu aku belajar di Radcliffe.
Seharusnya ingat hal-hal begitu.

Dulu aku tahu
semua daftar The Mozart Köchel.

- Tak penting.
- Itu penting.

Nomor berapa konserto A mayor?

Aku tak tahu.
Nanti kulihat.

Tapi aku dulu tahu semua itu.

Sungguh.
Dulu aku tahu semua itu.

Kau ingin bicara soal musik?

Memangnya kau mau
bicarakan apa, pemakaman?

Tidak.

Ollie?

Kubilang kepada Phil dia bisa
mengadakan kebaktian Katolik

dan kau akan setuju.
Ya?

Ini akan sangat
membantunya, kau tahu?

Baik.

- Kini kau harus berhenti sakit.
- Aku?

Ekspresi bersalah di wajahmu itu...
Seperti sakit.

Bisakah kau berhenti
menyalahkan dirimu sendiri, Bodoh?

Ini bukan salah siapa-siapa.

Ini bukan salahmu.

Hanya itu yang kuminta darimu.
Selain itu, aku tahu kau akan baik saja.

Persetan dengan Paris.

Apa?

Persetan dengan Paris, musik dan semua hal
yang kau pikir kau curi dariku.

Aku tak peduli, kau tak percaya itu?

Kalau begitu, pergilah dari sini.
Aku tak menginginkanmu di dekat ajalku.

Aku percaya padamu. Sungguh.

Itu lebih baik.

Kau bisa lakukan
sesuatu untukku, Ollie?

Bisakah kau memelukku?

Bukan. Maksudku,
benar-benar memelukku...di sampingku.

Philip.

Andaikan...

Andaikan aku tak berjanji
kepada Jenny...

Andaikan aku tak berjanji kepada Jenny
agar tetap kuat untukmu.

Oliver.

Kenapa kau tak bilang kepadaku?
Aku menelepon beberapa orang,

dan segera setelah aku tahu,
aku langsung pergi kemari.

Oliver, aku ingin bantu.

Jenny sudah meninggal.

- Maafkan aku...
- Cinta...

Cinta berarti tak perlu
mengatakan maaf.