All language subtitles for 1337xHD.Shop-Kuttram Kuttrame (2022) MLSBD.Shop-Tamil 1080p

Kuttram Kuttrame
[Kejahatan tetap sebuah Kejahatan]

Alih Bahasa Oleh Jonesboy
https://subscene.com/u/1203543

Hei, putar dengan baik.

Hei, lakukan dengan benar. Putar dengan baik.

Putar lebih cepat.

Oh, tidak, Chitra! Tolong lihat ibumu, sayang.

Oh, Tuhan, ini tidak adil.

Ayah, aku pergi.

Hati-hati.

- Sampai jumpa, ibu.
- Sampai jumpa sayang.

- Aku akan mengirimkan makan siangmu.
- Oke, ibu.

- Ibu!

Marimuthu, seseorang menabrak anakmu.

Hei, berhenti di situ. Jangan pergi.

Hei, orang itu melarikan diri.

- Jangan pergi, sialan.
- Ayo, cepat.

Dokter, bagaimana putriku?

Maaf, putrimu kehilangan banyak darah.

Ada gumpalan di otaknya.

Sejujurnya, dia dalam kondisi kritis.

Sebagai seorang dokter, aku seharusnya tidak mengatakan ini.

Aku beriman pada Tuhan, tolong doakan dia.

Kakak, Kokila masih tidur?

Dia tidak pernah bangun sepagi ini.

Dia ingin pergi ke kuil. Tolong bangunkan dia.

Berhenti berteriak, aku akan bangunkan dia.

kokila!

Bangun, sayang.

Kau sudah kesiangan.

kokila!

Apa?

Koki- -

kokila...

Eashwara!

Priya, buka gerbangnya!

Perhatikan langkahmu!

Hei!

Koki!

kokila!

kokila!

Kawan, datanglah ke kantor Polisi pada jam sembilan, kita akan berdiskusi.

Aku memberitahumu dengan benar. Tunggu, aku mendapat telepon dari adikku.

Katakan, kakak.

Naatraya, mereka membawa Kokila ke rumah sakit.

Apa yang terjadi dengannya?

Datang segera ke, GH.

- GH?
- Itu benar, tolong sampai di sana lebih cepat!

Tolong beri jalan bagi mereka.

Beri jalan!

Harap tunggu di luar. Jangan masuk ke dalam, Pak.

Tolong, Pak, tunggu di luar.

Mohon kerjasamanya. Tunggu di luar.

Kokila telah meminum obat tidur. Dia dalam kondisi kritis.

Apa yang kau katakan, Pandi?

- Cepatlah kesini.
- Kau di GH?

Kau benar. Aku di Rumah Sakit Pemerintah.

- Apa yang dokter katakan?
- Dia belum mengatakan apa-apa.

Baiklah, tutup teleponnya, aku akan segera ke sana.

Maafkan aku. Dia minum banyak obat tidur.

Bahkan sebelum kami bisa memulai perawatan, dia meninggal.

"Mimpi indahku"

"Kenanganku!"

"Kau melengkapiku, sayang."

"Kau membuatku putus asa"

"Dan aku lemah"

"Cukup jika kau disampingku"

Oh tidak!

Adik, Eashwaran membunuh Kokila dan berpura-pura sebagai itu bunuh diri.

- Jangan bicara omong kosong.
- Hei, enyahlah!

Paman, dialah yang telah membunuh Kokila.

Ini bukan waktunya untuk menyelesaikan skor pribadimu.

Paman, ini semua hanya akting.

Mungkin dia bisa membodohimu dan kakak dengan tindakannya.

Tapi aku seorang polisi, dia tidak bisa menipuku.

Kau salah Naatraya.

Lihatlah dia, berdiri putus asa, setelah kehilangan anak dan istrinya.

- Eashwara...
- Paman, tolong dengarkanku.

- jangan kehilangan harapan.
- Kau urus formalitasnya.

Oke.

- Adik, Kau baru saja mengajukan keluhan- -
- Hei!

Tidak peduli seberapa mendesak kita, dia tidak akan menandatanganinya.

Kami tidak akan pernah melawannya, Eashwaran.

Apa yang merasuki kakakmu?

Itu benar, Pak.

Sudah beri tahu semua orang?

Mereka akan segera datang.

Pak, saat kau berbicara dengan DSP, kami tidak melakukan pemeriksaan mayatnya.

Laporan itu menyatakan dia bunuh diri dengan meminum obat tidur.

- Siapa suami almarhum?
- Aku.

Oh baiklah.

- Siapa ini?
- Pak, dia ayahku.

Dan itu adikku.

- Bagaimana dengan mereka?
- Mereka mertuaku.

Oh.

Naatrayan, bagaimana hubungan almarhum denganmu?

- Dia keponakanku.
- Oh!

Adakah yang menduga bahwa itu adalah pembunuhan bukan bunuh diri?

Katakan padaku.

Pak, dua puluh hari yang lalu anakku meninggal.

Kokila mengalami depresi karena itu.

Kami tidak pernah berharap bahwa dia akan menggunakan ini- -

Kami tidak mencurigai siapa pun.

Baik, tolong tanda tangani laporan ini.

"Mimpi dan kenanganku"

"Kau melengkapiku, sayang."

"Aku sudah putus asa mencari temanmu"

"Hambatan sejak kepergianmu ..."

"Aku mengatasi mereka dari hari ke hari"

"'O' cintaku datang padaku"

"Aku merindukanmu, tolong datang padaku"

"Jika kau di sampingku..."

"tidak ada di dunia ini yang aku inginkan"

"Maukah kau mengikuti suaraku dan menemukan jalan kembali padaku"

"Ketika Kau pergi, esensi kehidupan hilang"

"Mimpi dan kenanganku"

"Kau melengkapiku, sayang."

"Aku sudah putus asa mencari temanmu"

"Hambatan sejak kepergianmu ..."

"Aku mengatasi mereka dari hari ke hari"

-Kau mendapatkan karangan bunganya?
- Ya.

Salam!

Eashwara, jadilah kuat!

Jangan khawatir, Eashwara.

Bagaimana hal itu terjadi?

Dia sudah depresi selama sebulan, sejak kematian anak kami.

Tadi malam dia minum obat tidur berlebihan...

dan bunuh diri.

Nak, tetapi cerita penduduk, mengatakan sebaliknya.

Ikutlah bersamaku.

Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?

Aku akan mendukungmu apapun yang terjadi.

Katakan padaku. Apa yang oau pikirkan?

Dengar, bahkan jika Kau telah melakukan sesuatu yang salah ...

Aku akan mendukungmu.

Katakan padaku.

Jika aku mengakui kebenaran, empat orang akan terpengaruh.

Tetapi jika aku menyembunyikan kebenaran, hanya yang bersalah yang akan dihukum.

Aku tidak paham.

Itu saja.

Jika aku mengakui kebenaran, empat orang yang tidak bersalah akan dihukum.

Tetapi jika aku menyembunyikan kebenaran, hanya yang bersalah yang akan dihukum.

- Tidak masuk akal.
- Bos tidak mengerti.

Baik, Kau terus melakukannya.

Aku akan selalu ada untukmu.

Baik, kakak.

- Hei!
- Iya kakak.

Kau memahaminya?

Jika kebenaran diceritakan, empat orang yang tidak bersalah akan dihukum.

Jika kebenaran disembunyikan, hanya yang bersalah yang akan dihukum.

bodoh! Itu juga yang dia katakan.

Nak, Kokila tidak bersama kita lagi.

Dalam dua jam aku akan menangkap orang yang bertanggung jawab atas kematian Kokila.

Sampai saat itu, simpan kebenaran terkubur di bawah hati nuranimu.

Tanggal kesebelas!

Alpromate.

Mengapa dia membeli banyak pil tidur?

Dia telah membeli tiga tablet.

Ada dua di sini.

Tablet ketiga hilang.

- Pasti dia membeli tablet ini kemarin.
- Oke, Pak.

Periksa semua apotek di daerah tersebut untuk memeriksa siapa yang membelinya.

Oke, Pak.

Aku ingin detail pembeli dan rekaman CCTV dalam waktu satu jam.

Oke, Pak.

- Jangan terlambat.
- Oke, Pak.

- Kau boleh pergi.
- Oke.

Enam bulan lalu, Ramesh memberi kami semua hadiah ulang tahunnya.

Kami berpesta di Thendral Lodge.

Saat kami di sana, aku melihat Eashwaran dan Priya tiba di penginapan.

Keduanya bermalam di penginapan...

dan berangkat keesokan paginya, Naatraya.

Kau mengatakan yang sebenarnya?

Aku tidak ingin menimbulkan masalah dalam keluarganya.

Kau benar-benar idiot.

Naatraya, aku tidak pernah berharap ini terjadi.

Aku tetangga Eashwaran.

- Eashwaran seharusnya tidak tahu- -
- Jangan khawatir, aku tidak akan memberitahunya.

Aku pikir itu dua puluh hari yang lalu ...

Aku datang untuk mengambil tongkat neem untuk menyikat gigi.

- Dan aku melihat Eashwaran dan istrinya bertengkar.

- Sementara mereka berbicara, dia menamparnya dengan keras.

Aku sakit perut.

Kasihan, dia jatuh ke tanah seperti jiwa yang malang.

- Salam, kak!
- Salam, bos.

Salam, kak!

Salam, kak!

Pak, lewat sini.

Oh tidak!

Oh tidak!

Bagaimana ini terjadi?

Kaaliappa, Eashwaran bungkam tentang seluruh situasinya.

Silakan bicara dengan Eashwaran secara pribadi dan buat dia berbicara.

Oke, kakak.

Dengar, Eashwara...

jangan sembunyikan kebenaran dariku.

Aku akan mengurusnya.

Bahkan jika Kau telah melakukan kejahatan, aku akan mendukungmu.

Paham!

Hei, jangan khawatir.

Jujurlah padaku.

Bagaimana bisa aku--

mengatakan--

Beranilah dan akui saja.

Aku di sini Untukmu.

Jika kau ragu dan menyembunyikan kebenaran dariku...

dan jika polisi itu menangkapmu nanti,

maka akan terlambat bagiku untuk membantumu.

Kau bisa pergi sekarang.

- Jangan pernah bergaul dengan anak muda.
- Kenapa dia berbalik?

Aku sudah lama bertanya, dan dia ragu-ragu.

- Aku akan memberitahumu.
- Katakan.

Tidak peduli berapa kali Kau bertanya padanya, dia akan mengulangi hal yang sama.

Kakakku, jika aku mengakui kebenaran, empat orang akan dihukum.

Oke.

Jika aku menyembunyikan kebenaran, hanya yang bersalah yang akan dihukum.

- Dialog yang sama!
- Itu sebabnya...

Dia tidak akan pernah mendapatkannya. Dia mengulangi omong kosong yang sama.

Aku lebih baik menjaga martabatku.

Baik, Kau mencoba untuk membuat sebuah titik.

Kau terus melakukannya. Aku akan mengurus sisanya.

- Kau bisa pergi sekarang.
- Oke, kakak.

Priya, temui aku di belakang rumah.

- Ada apa?
- Dengar, Priya...

Naatrayan telah menginterogasi semua orang.

Dia pasti akan menginterogasimu juga.

Tidak peduli apa yang terjadi...

dia tidak boleh tahu tentang pembunuhan itu. Pahami?

- Halo!
- Halo.

Apa aku berbicara dengan Dokter, Shakthivel?

Tidak. Dia di Madurai untuk tugas Corona.

- Siapa kau?
- Aku istrinya, berbicara.

Oh!

Jika dia kebetulan menelepon ...

beritahu dia untuk memanggil Sub-inspektur Naatrayan. Aku perlu membahas sesuatu yang penting.

- Aku pasti akan memberitahunya.
- Oke.

Pak.

Kami mendapat rekaman CCTV.

Pak!

Pak!

Pak!

Mereka membunuh Kokila.

- Lihat ini.
- Apa yang kau katakan?

Lihatlah.

Priya membeli obat tidur untuk Kokila.

Dialah yang mencampurkannya ke dalam susu dan membunuhnya.

Paman, Kau sangat sadar.

Priya itu adalah alasan perkelahian antara Kokila dan Eashwaran.

Beberapa waktu lalu saat aku masuk ke kamar Kokila...

begitu dia melihatku, dia membakar selembar kertas.

Aku sudah mengirim residunya ke lab forensik.

Aku menunggu laporannya.

Dia menyangkalnya sekalipun. Bukan hanya itu...

tetangga Thirumurthy menyebutkan,

dua puluh hari yang lalu, dia telah memukuli Kokila.

Tapi aku sangat yakin...

seluruh keluarganya menyembunyikan kebenaran besar.

Aku berkali-kali bilang ke mereka ...

bahwa dia tidak cocok untuk Kokila.

Kau tidak pernah mendengarkannya.

Kokila mati sia-sia. Anak yang malang.

Aku kehilangan tuhanku.

Dia selalu ingin menikah dengan putri adiknya.

Dia menikahi Kokila, hanya untuk kekayaannya.

Mereka memutuskan untuk membunuh Kokila, jauh sebelum dia menikah dengannya.

Mereka membunuhnya dengan alasan depresi karena kematian anak itu...

dan menganggapnya sebagai bunuh diri.

Kami juga percaya bahwa dia mengambil langkah ini karena depresi.

Adik, Kau tanda tangani kertas laporan ini.

Aku akan memastikan bahwa seluruh keluarga mengakui kejahatan itu.

Janaki, tunggu sebentar.

Dengar, aku tidak yakin apa kau benar atau salah.

Tapi aku yakin Eashwaran tidak akan melakukannya.

Baik, aku setuju denganmu.

Setuju, bahwa Eashwaran tidak membunuhnya.

Tapi ada kemungkinan Priya mungkin telah membunuhnya untuk mencapai Eashwaran.

Dengar, Kau tidak bisa berasumsi begitu saja.

Kita akan mengetahui kebenarannya hanya setelah penyelidikan menyeluruh.

Apa lagi yang tersisa untuk diselidiki?

Naatrayan sudah cukup menyelidiki. Tidak ada yang mengakui kebenarannya.

Hanya jika kita menyelidiki secara formal, mereka akan mengakui kebenarannya.

Tapi begitu kita tahu yang sebenarnya...

penjarakan seluruh keluarganya atas tuduhan pembunuhan.

Janaki, tanda tangani kertas ini.

Aku bilang tanda tangani.

Kakak, tolong tandq tangani.

Ibu!

Ibu!

Ibu!

Ibu!

Hei, lepaskan dia.

Naatraya, lepaskan tangannya.

Hei, Naatraya!

Aku bersikap hormat, karena kau adalah keluarganya.

Tapi kau menjadi polisi yang arogan.

Jika kau pikir kau bisa membawa gadis ini pergi dari sini...

rasa hormatku akan berkurang dan akan memukulmu, sialan.

Lepaskan tangannya.

- Hei!
- Hei!

Ibu!

Beraninya kau tidak menghormati kami?

Kakak, Inspektur menelpon.

Halo!

Kaaliappa, Kau membuat kesalahan besar.

Kau seharusnya tidak mengangkat tanganmu pada Sub-Inspektur.

SI Kau seharusnya tidak menyentuh putri kami.

Kita bisa saja mengkompromikan masalah SI.

Tapi Kau telah merusak kendaraan departemen.

Kau harus menghadapi konsekuensi serius.

Dengar, Muruga. Tidak peduli siapa itu, kita tidak akan tunduk.

Kami menyembah wanita kami.

Silakan dan buktikan bahwa dia bersalah.

Lalu kita aka menyerahkanya.

Jika Kau mencoba untuk merendahkan kami...

Aku yakin Kau sangat sadar.

Penduduk di desa ini sama liarnya denganku.

Petugas yang bertanggung jawab adalah orang liar sepertimu.

Retd. DSP, Muthukaruppan!

"Siwa...Ya Tuhan!"

"Tuhan Maha Besar"

"Siwa... Sang Penghancur"

"Siwa...Ya Tuhan!"

"Tuhan Maha Besar"

Hei, duduk!

"Siwa...Ya Tuhan!"

"Tuhan Maha Besar"

"Siwa...Ya Tuhan!"

"Tuhan Maha Besar"

Polisi harus menjadi yang pertama menyerang.

Tapi bukan menjadi orang yang ditikam dari belakang. Paham?

Maaf pak.

"Siwa...Ya Tuhan!"

Di sana, Pak

"Siwa... Sang Penghancur"

"Siwa...Siwa"

"Siwa...Ya Tuhan!"

- Salam, Pak.
- Salam!

- Salam, Pak.
- Silahkan duduk.

Pak, namaku Eashwaran.

Ini ayahku.

- Salam!
- Hmm, salam.

Eashwar, aku minta maaf karena aku harus menyelidiki dalam keadaan seperti ini.

Kau suami almarhum, kan?

Ya pak.

Aku percaya kau sayang pada putri pamanmu.

Jauhi kejahatan.

Nak, mengapa kau terlihat terkejut?

Ayo, lakukan.

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"Udara berbau seperti aromamu, begitu juga batunya!"

"'O' sayang, bahkan wacanaku akan menceritakan sebuah kisah"

"Indera pengecapku merasakan aromamu, dan hati dipenuhi dengannya"

"Napasmu yang liar menenangkan jiwaku"

"Musik dari gelang kakimu membuatku jatuh"

"Kembang api yang berkilauan di hatiku, 'O' sayang"

"Saree drape milikmu sangat memikat"

"Kehadiranmu mendorong budaya yang kaya dalam diriku"

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"Sebelum fajar, bersenandung di bawah selimut, kau burung kolibri"

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"Sebelum fajar, bersenandung di bawah selimut, kau burung kolibri"

"Aku jungkir balik, karena gelangmu"

"Setiap saat, aku mencarimu, aku kehilangan diriku sendiri"

"Aku melayang seperti aku mabuk"

"Jutaan pikiran berlama-lama di dalam hatiku"

"Hujan mengamuk untuk bergabung dengan sinar matahari"

"Nyanyian burung kolibri mengubah arah angin"

"Sambil beristirahat di pangkuanmu, bulu-bulumu membelaiku"

"Jika kita bersatu, kata-kata tidak bisa menggambarkan kebahagiaan itu"

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"Sebelum fajar, bersenandung di bawah selimut, kau burung kolibri"

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"Sebelum fajar, bersenandung di bawah selimut, kau burung kolibri"

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"Sebelum fajar, bersenandung di bawah selimut, kau burung kolibri"

"'O' gadis cantik"

"Saree diikat seperti burung merak"

"Sebelum fajar, bersenandung di bawah selimut, kau burung kolibri"

Menjadi janda di usia kita meninggalkan kita dengan kesendirian.

Tapi tidak demikian halnya dengan Kau.

Kau masih muda dan mungkin kau akan menikah dalam beberapa bulan.

Baik, Eashwar, di mana Kau saat kejadian ini terjadi?

Aku sedang memetik tomat di pertanian.

Tadi malam, aku dan adikku...

bersama dengan beberapa pekerja pergi ke pertanian untuk memetik tomat.

Jadi, istrimu sendirian di rumah.

Tidak pak.

Keponakanku Priya sudah kembali ke rumah.

Mengapa kau tidak membawanya bersamamu?

Pak...

dia gadis muda yang berpendidikan.

Aku tidak pernah membawanya ke pertanian untuk melakukan tugas apapun.

Kasih sayang terhadap keponakanmu tidak terbatas.

- Ya pak.
- Baik, lupakan itu.

Katakan mengapa Priya pergi ke apotek kemarin untuk membeli obat tidur?

Kokila adalah orang yang menyiapkan daftar belanjaan bulanan.

Dan aku memberikanya ke Priya.

Priya membeli bahan makanan bulanan sepanjang waktu.

Tapi kali ini semua orang membuat masalah besar tentang dia pergi ke apotek.

Pak, Priya tidak ada hubungannya dengan kematian Kokila.

Aku sangat yakin tentang itu.

Salam, Pak.

Pak Ramanathan, aku yakin kau memutuskan hubungan dengan keluarga adikmu.

Ya pak.

Lalu bagaimana kau bisa menikahkan putrimu dengan Eashwaran?

Apa alasannya? Katakan padaku.

Aku mengunjungi makam adikku setiap tahun pada peringatan kematiannya.

Gran, aku harap kamu baik-baik saja.

Selamat datang, paman. Ayah, paman di sini.

- Selamat datang, paman.
- Bagaimana kabarmu, Priya?

Mari kita mengajukan petisi dan mengambil tindakan terhadap mereka.

Jika mereka masih tidak mengambil tindakan apa pun, aku akan mengikuti petunjukmu.

- Kaaliappa!
- Kakak, bagaimana kabarmu?

- Apa kabarmu?
- Aku baik.

- Aku mendengar Kau adalah Presiden tahun ini.
- Itu benar, adik.

Kau tidak pernah muncul untuk memilih.

Aku tidak punya hak untuk memilih di desa ini.

Benarkah?

- Bagaimana semua orang di rumah?
- Mereka baik-baik saja.

- Semuanya baik-baik saja, apa kabar?
- Aku baik-baik saja, paman.

Kau datang ke kantor pesta partai 10 pagi, kami akan kembali dengan taksi.

Oke, Kaaliappa, aku akan ke sana. Kau bisa pergi sekarang.

- Sampai jumpa, kakak.
- Selamat datang, kakak, duduk.

- Adik, aku pergi.
- Oke, kakak.

- Silahkan duduk. Apa yang membawamu kemari?
-Hari ini adalah peringatan kematian adik.

Jadi, aku pergi ke kuburannya dan berdoa untuk jiwanya.

Aku benar-benar lupa. Eashwaran memang mengingatkanku di pagi hari.

- Bagaimana kerjanya?
- Ini berjalan dengan baik.

- Kapan Kau pensiun?
-Empat tahun lagi.

Aku di sini untuk membahas sesuatu yang penting.

Apa itu?

Aku berencana untuk menyewa pertanian Utaraku.

Jika Eashwaran mengurusnya, kita bisa menghidupkan kembali ikatan keluarga kita.

Juga, ini akan membantu Priya dan Eashwaran.

Kakak membesarkanku dari masa kecil.

Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuknya.

Setidaknya aku bisa melakukan sesuatu untuk Eashwaran.

- Bagaiman, Eashwara?
- Aku akan mengurusnya.

Baiklah, aku tidak bisa melakukannya.

Aku menuju ke kantor partai dan bekerja di luar sana.

Sejak kecil, Eashwaran sudah fasih dengan pertanian.

- Dia akan mengurusnya.
- Oke.

- Aku pergi.
- Sampai jumpa.

Eashwara, ikut aku.

- Sayang, aku pergi.
- Oke, paman.

- Priya, sampai jumpa.
- Sampai jumpa paman.

Oh tidak!

Ponsel itu mengganggu.

Aku bertanya-tanya mengapa mereka terus datang kembali setiap akhir pekan.

Selamat datang, semuanya, salam.

Muthu, sepertinya kau sedang bersenang-senang.

- Tidak sebagus kepala botakmu.
- Membuat kesalahan dengan berbicara kepadamu.

Dia tersinggung!

- Halo, Papathi.
- Selamat datang pak.

Bagaimana kabar istri dan anakmu?

Kau bertanya seolah-olah aku akan kembali setelah bertahun-tahun bersama.

- Kami baru saja mengunjunginya.
- Sudah tiga hari.

Eashwara, ini Papathi.

Bahkan ayahnya dulu bekerja di pertanian kami.

Ini adalah putra satu-satunya, Muthu.

- Salam.
- Ini adalah putrinya.

Salam!

- Muthu, ini Eashwaran, keponakanku.
- Salam.

Ravi tidak melakukan pekerjaan yang baik tanpa upah.

- Aku telah memecatnya dan mebayar upahnya.
- Oh, dia dipecat kan?

- Eashwaran akan menanganinya sekarang.
- Oke.

Papathi, kau pindah ke rumah di sebelah pertanian.

Oke, Pak.

Eashwara, kau bawa istrimu dan Priya dan pindah ke sini.

Oke, paman.

Malam aku harus bekerja keras di rumah dan pada siang hari aku membongkar barang-barang ini.

Hei, kau ingat, Mala?

Seluruh desa tahu tentang perselingkuhanmu dengannya.

Sial!

Aku tidak keberatan jika seluruh desa mengetahuinya.

Tetapi suaminya mengetahui tentang perselingkuhan itu.

- Oh sial!
- Perkelahian besar pecah di antara kami.

Saat itu sekitar pukul sebelas malam...

dia mengetuk pintu.

- Aku membuka pintunya--
- Kau pasti lari dan bersembunyi.

- Dia kabur..- Kenapa dia kabur?

Aku mengetuk pintuku, bodoh.

Aku tidak mengampuni dia.

Aku mengejarnya tiga kilometer dan menangkapnya.

- Apa yang terjadi selanjutnya?
- Dia berkompromi.

Kenapa kalian berkompromi?

Dia membuat kesepakatan yang luar biasa.

Kesepakatan macam apa?

Kau bisa bersama istriku pada hari Senin, Selasa dan Rabu.

Dan aku akan bersama istrimu pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu.

- Luar biasa!
- Bagaimana dengan hari Minggu?

Minggu, adalah alasan kami bertarung saat ini.

- Kau tidak mengerti.
- Kau makhluk tak tahu malu.

Tidak apa-apa untuk berkompromi. Tapi tidak apa-apa untuk berkompromi dengan istrimu.

Kau belum menikah.

Kau tidak akan mengerti.

- Eashwara!
- Bagaimana kabarmu bibi?

- Berikan pada bibimu.
- Aku baik-baik saja, Nak.

Aku kemari menyerahkan rekening dari pertanian.

Tahun ini, kita membuat 8 lac dari 200 karung lemon.

Oke.

Setelah semua pengeluaran dan komisiku, tinggal 6 lac.

- Oke.
- Catatan rincinya ada di buku harian.

Aku sudah whatsapp tagihan ke paman.

- Kau mengerti?
- Ya, aku mengerti.

- Bagus, silakan cek kembali.
- Pasti.

- Baik, duduklah, nak.
- Terima kasih paman.

Selama bertahun-tahun ini tidak ada yang memberikan penjelasan rinci tentang hal-hal seperti itu.

Bibimu sangat terkesan dan menghormati pekerjaanmu.

Berikan waktu dan mintalah putriku menikah.

- Paman?
- Pamanmu sendiri yang mengatakan!

Oke, paman.

Selamat datang, Bu, apa kabar?

- Aku baik-baik. Apa kabar?
- Aku juga baik.

- Aku terlambat ke sekolah, aku akan pergi.
- Oke, tentu.

- Sampai jumpa, ayah!
- Baiklah sayang.

Kejujuran Eashwaran membuatku dan istri terkesan.

Untuk menyatukan kembali ikatan keluarga kami, aku memperkenalkannya kepada ayah mertuaku.

Kita nikahkan saja Kokila dengannya?

Beri aku jawaban langsung.

Nak, Kau terlihat terkejut.

Mengapa aku meminta pendapat stafku?

Selama beberapa generasi, keluarganya telah bekerja di pertanian kami.

Dia lahir, dibesarkan, menikah dan dikandung di peternakan ini di sini.

Kokila benar-benar dibesarkan oleh Papathi daripada ibunya sendiri.

Jika kita menikahkan putri kita dengan orang asing,

kita akan menjadi tamu di rumahnya.

Tapi kami menikahkannya dengan kerabat kami...

itu akan menjadi seperti dia tepat di sebelah kita.

Aku rasa...

itu ide yang baik untuk menikahkan dia menikah dengan dia.

Papathi telah berbicara, tidak ada yang lebih baik dari itu.

Kokila boleh kau nikahi.

Tidak yakin, apa yang salah dan menyebabkan kejadian ini?

Kudengar Kokila dan Priya sering bertengkar.

- Benarkah?
- Aku menyadarinya.

- Ibu, lihat apa yang telah dia lakukan.
- Kemana kau membawaku?

Lihat ini, dia bahkan tidak menyiram setelah menggunakan toilet.

Apa yang dia pikirkan?

Tidak ada pasokan air.

Kau baru saja mengatakan tidak ada pasokan air?

Orang-orang bekerja dan sembelit. Mengapa Kau tidak menutupinya dengan lumpur?

Kami terbiasa menyekanya dengan batu.

- Ayo, kakak.
- Mengapa kau harus menyebutkan hal itu?

Mereka perlu tahu sejarah dan kita butuh alkohol sekarang.

- Kau punya makanan ringan?
- Kawan, Kau terlambat.

Aku akan tiba di sana tepat jam sembilan.

- Baik, cepatlah.
- Aku akan segera ke sana.

Koki, aku terlambat.

- Koki!
- Aku akan segera ke sana.

- Aku terlambat, di mana piringnya?
- Tunggu saja, aku akan mendapatkan daun pisang.

Aku tidak ingin daun pisang, ambilkan aku piring.

- Aku harus pergi.
- Tunggu sebentar, aku akan segera kembali.

- Kau masih belum makan?
- Aku tidak punya piring.

Kau tidak terlambat? Aku akan mengambilnya.

Dia bahkan tidak bisa mengambil piring ini untuknya.

Nasi untuk sarapan? Baik, sajikan.

Cepat. Pertama, sajikan nasinya.

Dia tidak pernah mengerti keadaan darurat. Dan sekarang kau terlambat.

Dia benar-benar tidak bertanggung jawab. Kau makan dengan benar.

Mengapa kau bahkan menikah dengannya?

Tenang. Dia akhirnya akan bersandar segalanya.

Ibu, aku bilang aku membawakanmu daun, kan?

Kenapa kau tidak menungguku?

Aku terlambat. Murugesan sudah menelepon dua kali.

Aku yakin, dia melakukan ini dengan sengaja.

Seolah-olah dia adalah tamu bagi kita untuk menyajikan makanan di atas daun untuknya.

Aku tidak sedang berbicara denganmu. Aku sedang berbicara dengan suamiku.

- Kau jangan ikut campur.
- Ayo, tenang.

Oke sayang terus berbicara dengannya. Ibu, kenapa kau tidak berbicara dengannya juga?

Tapi tolong makan dan bicara dengannya.

Ya benar, makan sepuasnya.

Juga isi dirimu dengan kesengsaraanku.

Hentikan omong kosong itu. Aku mendapat telepon. Halo!

- Eashwara, sudah pergi?
- Belum, akan pergi setelah aku makan.

Tetap makan. Jangan berhenti.

Minta dia untuk memberimu makan juga.

Aku bekerja keras dan memasak untukmu. Tapi dia mengambil semua tagihanya.

Baik, Kau hanya peduli tentang keponakanmu.

Kau bahkan tidak menganggapku sebagai manusia.

Aku telah memperhatikan tindakanmu.

Hei, kemana dia pergi?

Tidak ada yang bisa bersamamu. Dia pergi.

Dia pergi!

Hei, maksudku dia pergi bekerja.

Kapan dia pergi?

Tapi motornya masih terparkir di sini.

Ibu, aku tahu kau bersembunyi di dalam, silakan keluar.

- Ibu!
- Kau gila.

Apa yang dia pikirkan?

Kau terlalu memanjakannya.

Dia bahkan tidak membersihkan piring setelah makan.

Dia bahkan tidak merapikan tempat tidurnya.

Kenapa aku harus mencuci pakaiannya?

Aku bukan pembantunya.

Dengar, aku akan melakukan apapun untukmu.

Tapi aku tidak bisa melakukan hal yang sama untuknya.

- Jangan langsung mandi.
- Oke.

Biarkan minyak meresap selama setengah jam, lalu mandi.

Hey kau lagi ngapain?

Tidak bisakah kau melihat? Aku memberinya minyak pijat.

Hanya aku yang berhak memijatnya dengan minyak.

Oh!

Cukup.

Aku adalah wanita pertama yang menyentuh suamimu.

- Apa?
- Ibu, biarkan minyaknya meresap.

Apa yang dia katakan?

"Dia adalah wanita pertama yang menyentuhku."

Dia benar-benar bermaksud seperti itu?

Ini tidak seperti yang kau pikirkan, sialan.

Dia mengenalku sejak kecil dan telah memberikan pijatan minyak.

Aku tidak percaya kalian, kalian merencanakan sesuatu.

- Kalian mencoba menipuku.
- Hei!

Ada minyak. Perhatikan langkahmu.

Kau lebih peduli tentang minyak daripada aku.

Bodoh, pakaianmu akan luntur.

Tetap saja gaun itu lebih penting bagimu.

- Kau tidak sama lagi.
- Pak Muruga, bagaimana kau mendidiknya?

Pernah berbicara dengan Priya, Kokila atau Eashwaran tentang hal ini?

Aku berbicara dengan Eashwaran tentang hal itu sekali.

Kau pulang. Aku akan membahasnya dan kembali.

Ambil ini.

Selamat datang paman dan bibi.

-Kalian punya teh?
- Ada, Istriku layani kita.

- Nak, duduk.
- Duduklah, bibi.

Aku akan gila!

Aku tidak tahu harus berbuat apa.

Dan keduanya bertengkar seperti anak kecil.

Sudah tiga bulan sejak aku tidur nyenyak.

Nak, mari kita bicara secara pribadi.

Permisi, bibi.

Aku akan memberimu ide. Katakan padaku jika itu cocok untukmu.

Priya berencana untuk melanjutkan ke Teknik Sipil.

Ada banyak pusat pelatihan di Coimbatore.

Dan Janaki memiliki rumah sendiri di Bharathi Nagar.

Biarkan Istrimu dan Priya tetap di luar sana.

Ada orang yang membantu mereka. Mereka akan merawat mereka dengan baik.

Ini akan memberi Kokila ruang juga.

Priya juga akan menyelesaikan pendidikannya.

Paman, aku sudah berbicara dengan, Priya tentang hal itu.

Hei, apa masalahmu?

Kau ingin mengejar Teknik Sipil, tetapi sekarang kau menolaknya.

Kau telah menolak semua pelamarmu.

Katakan sesuatu padaku.

Apa sebenarnya masalahmu?

Kau menolak untuk tinggal di asrama juga.

Dengar, kau tidak bisa berharap untuk memiliki semuanya.

Demi Tuhan, masukkan ini ke dalam kepalamu.

Dengarkan aku dan menikahlah dengan pria itu.

Kau akan memiliki kehidupan yang baik. Pergi!

- Ibu!
- Ada apa?

Tolong jangan paksa aku untuk menikah.

Mengapa?

Sejak kecil aku ingin menikah denganmu.

Aku pikir kita akan menikah.

Dan punya anak sendiri.

Sama seperti bagaimana kau merawatku sebagai seorang anak.

Aku pernah bermimpi untuk melakukan hal yang sama.

Saat kau tiba-tiba menikah dengan Kokila...

Aku benar-benar hancur.

Aku bahkan berpikir untuk bunuh diri.

Tetapi...

Aku berubah pikiran, agar aku tidak menyakitimu.

Dengar, ibu...

bersamamu adalah hal yang membuatku bahagia saat ini.

Dan menjagamu, itu saja.

Itu saja yang aku inginkan. Hanya hitungan beberapa hari.

Beberapa hari lagi, biarkan aku menjalani kehidupan yang bahagia di sini.

Sampai saat itu, jangan berpikir untuk mengusirku.

Kumohon!

Hei!

Aku tidak akan mengusirnya sampai dia menikah.

Kau akhirnya akan membawa Kokila ke rumahmu setelah dia mandi.

Biarkan dia tinggal di luar sana selama enam bulan setelah anak itu lahir.

Aku akan pastikan Priya menikah saat itu.

Baik, Kau ada benarnya.

Aku akan meminta bibimu untuk berbicara dengan Kokila.

Tetap disini, aku akan kembali.

Katakan sesuatu, Kau ibu aku atau ibunya?

Aku meminta untuk mengirimnya pergi, tetapi Kau ingin aku pergi.

Pikirkan ini di kepalamu, aku bahkan tidak akan pulang saat aku jatuh tempo.

Jangan terlalu keras kepala, sayang.

Demi Tuhan, pergi dari sini.

Aku bisa menjaga hidupku.

Dia tidak akan pergi, tapi aku harus.

Saat putrimu berada di rumah sakit...

apakah Naatrayan, memintamu untuk mengajukan laporan?

Ya pak.

Apa alasannya, Kau tidak mengajukan laporan saat itu tetapi sekarang?

Sebelumnya Naatrayan, diminta untuk mengajukan laporan pada Eashwaran.

Aku yakin Eashwaran tidak melakukan ini.

Aku tidak setuju untuk itu.

Tapi bukti video terhadap Priya meyakinkan.

Makanya istriku komplain.

Jadi, menurutmu Priya mungkin telah membunuh Kokila?

Pak, itu bukan maksudku.

Tapi ada kemungkinan...

Jelaskan ini...

Kau dan Priya menginap semalam di penginapan Thendral.

Kami punya buktinya.

Kenapa?

Pak, izinkan aku memberi tahumu apa yang sebenarnya terjadi.

Aku tidak akan tinggal di sini lagi. Aku akan kembali ke rumah ibuku.

Kau bahkan tidak mempertimbangkan fakta bahwa aku hamil.

Dia membuat aturan di sini.

Priya dan Kokila dulu sering bertengkar.

Pada hari itu, pertarungan menjadi tidak terkendali.

Di sini sedang hujan. Mari kita masuk ke dalam dan berbicara.

- Ayo, sayang.
- Aku tidak akan masuk ke dalam rumah.

Saat dia hamil, adikku mencoba yang terbaik untuk membawanya ke dalam.

Kokila sangat ingin mengusir Priya dari rumah.

Baik, Kau tidak ingin dia di sini kan.

Aku akan membawanya pergi. Kau kemari.

- Kau tidak akan menarik kata-katamu lagi?
- Aku tidak akan menarik kembali kata-kataku.

- Priya kemari. Kau masuk ke dalam.
- Tolong dengarkan, sayang.

Tidak ada pilihan lqgi, aku membawa Priya ke rumah lama kami.

Ayahku adalah seorang pasien jantung.

Jika aku membawa Priya pulang selarut ini, dia akan terkejut.

Jadi, aku membawanya ke penginapan Thendrol dalam perjalanan.

Aku menelepon pamanku dari sana dan menjelaskan semuanya.

Halo paman!

Tolong pulang dengan bibi besok.

Keesokan paginya mertuaku pulang.

Baiklah, kau bisa pergi sekarang. Aku akan kembali padamu nanti.

- Naatrayan!
- Pak?

Minta Priya untuk datang.

Priya!

"Siwa... Sang Penghancur"

"Siwa...Ya Tuhan"

"Tuhan Maha Besar"

"Siwa...Siwa"

Silahkan duduk.

Priya, jangan takut pada Naatrayan.

Kau boleh jujur denganku.

Pak, aku benar-benar tidak tahu apa-apa.

Kenapa kau menggigil seperti ini?

Jangan terintimidasi oleh petugas polisi.

Aku hanya orang biasa seperti nenek moyangmu.

Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?

Pak...

Seperti yang disebutkan Naatrayan, aku tidak ada hubungannya dengan kematian Kokila.

Baik, jelaskan mengapa kau merobek tablet putih itu?

Kenapa?

Katakan padaku.

Pak, 20 hari yang lalu...

Eashwaran dan Kokila bertengkar kecil.

Dia masih tidak tahu bahwa aku membawa Kokila ke rumah sakit pada hari itu.

Jika Naatrayan mendapatkan laporan atau resepnya...

itu tidak perlu menimbulkan kecurigaan pada Eashwaran.

Itulah alasanku merobeknya dan membakarnya.

Eashwar, aku mendengarmu dan istrimu bertengkar hebat, sepuluh hari yang lalu.

Dia mengalami cedera kepala saat Kau memukulnya.

Kakakmu dan Priya membawa Kokila ke rumah sakit dan mendapatkan jahitannya.

Dan Kau tidak menyadarinya.

Baiklah, katakan padaku sesuatu...

kesalahan apa yang dia lakukan yang mendorongmu untuk memukulnya.

Pagi itu aku sedang bekerja di pertanian.

Ibu, akhir-akhir ini aku sangat gelisah dan panik.

Hatiku tampak terlalu berat dan sakit karena kesedihan.

Kadang-kadang, aku bahkan kesulitan bernapas.

Lihat, itu tidak lain adalah stres.

Kau baik-baik saja. Jangan khawatir.

Jika Kau masih merasa sulit, maka minumlah pil yang diresepkan dokter.

Ada hal lain, aku belum pernah menyebutkannya kepadamu sebelumnya.

Apa itu?

Priya bertemu aku di sekolah sebelum pernikahan kita.

Kenapa dia bertemu denganmu?

Untuk apa?

Kau masuk ke kelas, aku akan bergabung denganmu.

Katakan padaku, Priya, kau ingin berbicara denganku?

Tidak apa-apa, kakak.

Sejak kecil, aku ingin menikah dengan Eashwaran.

Oke.

Jika orang tuamu mengusulkan lamaran, tolong tolak ya.

Tentu, aku akan menolaknya.

Priya, bagaimana jika Eashwaran ingin menikah denganku?

Dia tidak akan pernah menginginkannya.

Dalam kasus in, jika dia mau menikahiku?

Kau memutuskan untuk bersaing denganku?

Kita terpisah kutub, sayang.

Jawab saja pertanyaanku.

Dengar gadis, Eashwaran tidak akan pernah ingin menikah denganmu.

Secara kebetulan jika dia melakukannya, maka aku tidak akan membiarkannya terjadi.

Oh, benarkah? Mari kita tunggu dan saksikan.

Ini sebuah tantangan!

Priya, sakiti egoku.

Marah karenanya, aku membuat langkah pertama dan membawanya ke depan.

Karena egoku, aku telah merusak hidupnya juga.

Aku tidak pernah berusaha untuk mengerti dia.

Dia sudah menjadi bagian dari hidupmu sejak kecil...

dia tahu segalanya tentang suka dan tidak sukamu.

Untuk jaga-jaga, jika sesuatu yang tidak menguntungkan terjadi padaku...

- Hei!
- Kau menikahlah dengannya.

Jangan bicara omong kosong.

Dengar, aku membunuh Chitra...

- dan kematian anak kita,
- Kau bicara omong kosong.

- Diam!
- telah menghancurkan hidupku.

- Aku merasa sangat bersalah tentang segalanya.
- Cukup.

- Aku sangat takut!
- Kau berbicara omong kosong.

- Aku sering mendapat dorongan untuk bunuh diri.
- Ada apa denganmu?

- Aku tidak bisa menahan rasa sakit ini.
- Kau sekarang membuatku kesal.

- Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi.
- Berhenti membuatku kesal!

- Aku sudah memperingatkanmu, sialan.
- Kenapa kau memukulinya?

Jika kau mengulangi omong kosong ini, aku akan kehilangan kesabaran.

Bangun, sayang. Tolong bangun.

Dia sudah gila, memukulimu seperti binatang.

Bangun, sayang.

Dia tidak menghormati wanita dan berperilaku seperti bajingan.

Naatrayan tidak pernah menyukai kenyataan bahwa Kokila akan menikah dengan Eashwaran.

Mengapa demikian?

Kakak, kau sudah gila?

Kau telah memutuskan untuk menikahkan putrimu dengan seorang bajingan.

Dengar, kau menghancurkan hidup putrimu sendiri.

Mengapa kau berteriak padaku?

Pernikahan ini terjadi sesuai keinginan Kokila.

Jangan berbohong mengatakan bahwa Kokila menyukainya.

Mengapa kau berbohong?

Jika kau tidak percaya, pergi dan tanyakan pada Kokila sendiri.

- Bagaimana cara menanyakannya pada Kokila...
- Dia anak yang sangat baik.

Bukan itu masalahnya.

- Kokila ...
- Bagaimana dengan Kokila?

- Aku ingin menikahi Kokila--
- Kau ingin menikahi Kokila?

- Adik, jangan berteriak.
- Mengapa kau tidak menyebutkannya sebelumnya?

- Jangan berteriak dan melupakannya.
- Biarkan aku pergi dan bertanya padanya.

Jangan berteriak dan kau tidak perlu membicarakannya dengannya.

Dengar, dia sudah menyukainya.

- Lakukan apa yang membuatnya bahagia.
- Terus?

- Dengarkan aku--
- Adik, mari kita menikahkan dia dengannya.

- Hei!
- Adik, Kau tenang dan dengarkan.

Dia tidak punya perasaan apapun padaku.

- Naatraya, tolong dengarkan aku--
- Adik, dengarkan aku...

jangan ucapkan sepatah kata pun tentang perasaanku tentang Kokila kepada siapa pun.

Terutama, Kokila seharusnya tidak mengetahuinya.

Paham?

- Lalu bagaimana dengan perasaanmu?
- Sejauh dia bahagia, aku baik-baik saja.

- Naatrayan!
- Pak?

Karena kau adalah bagian dari keluarga ini...

Aku harus menginterogasimu juga.

Bisa ganti pakaian sipilmu.

- Oke, Pak.
- Silahkan!

Pak, Kokila adalah hidupku.

Aku selalu memandangnya sebagai bidadari.

Tiba-tiba orang tuanya mengumumkan bahwa Kokila akan menikah dengan Eashwaran.

Pak, aku memohon mereka untuk tidak menikahkan dia dengannya.

Tidak ada yang memperhatikanku.

Dia menikahinya hanya untuk kekayaan Kokila.

Tapi dia selalu mencintai keponakannya, Priya.

Dia selalu peduli dengan kesehatan Priya.

Mereka memutuskan untuk membunuh Kokila pada hari dia menikah.

Mereka hanya menunggu waktu yang tepat.

Jika waktunya salah, kita mungkin curiga...

mereka mengambil keuntungan dari kematian anak itu dan membunuh Kokila.

Dan membuat semua orang percaya itu bunuh diri.

Baik, Kau pergi ke depan dan menginterogasi yang lain.

Bukankah kau yang pertama menemukan Kokila setelah kematiannya?

Ya pak.

Ceritakan apa yang terjadi sebulan yang lalu ketika anak itu meninggal?

Eashwaran mencintai anak-anaknya.

Dan dia selalu memuja putrinya.

Dia menganggap putrinya sebagai reinkarnasi ibu kami.

Tapi Tuhan, punya rencana sendiri.

Enam bulan setelah anak itu lahir...

Kokila menderita laktasi dan tidak bisa memberi makan anaknya.

Dia percaya menggiling biji apel dengan apel akan meningkatkan laktasi...

dan telah menyiapkan campuran untuk digunakan.

Tepat pada saat itu, anaknya menangis kelaparan.

Dia memberi campuran itu kepada anak yang telah disiapkan untuknya.

Tak lama setelah anak mengkonsumsinya...

tersedak, terengah-engah dan meninggal.

Bagaimana menggiling biji apel meningkatkan laktasi?

- Ide siapa itu?
- Tidak tahu, Pak.

[NEWS] Di Australia, seorang istri membunuh suaminya yang memberinya makan biji apel.

Biji apel mengandung bahan kimia yang disebut, amygdalin.

Ketika bahan kimia ini mencapai saluran pencernaan...

itu berubah menjadi sianida dicampur dengan hidrogen.

Baik, Kau bisa pergi.

Sebulan yang lalu mereka mencoba membunuh Kokila dengan biji apel.

Tangisan anak itu menyelamatkan nyawa Kokila.

Biasanya, ibu terikat untuk menyelamatkan anak-anak mereka.

Namun dalam kasus ini, anak tersebut meninggal karena menyelamatkan nyawa ibunya.

Pak!

- Sentil.
- Ya pak.

Jika kita menemukan orang yang memberi Kokila ide biji apel ini...

kita bisa menangkap pembunuh yang membunuh Kokila.

Eashwar, kemari.

Ini sudah terlambat dan upacara terakhir harus dipenuhi.

Untuk perubahan, mari kita bicara kebenaran.

Pak, aku sudah mengatakan yang sebenarnya aku tahu.

Setuju, bahwa kematian Kokila adalah bunuh diri.

Tapi bagaimana dengan anakmu?

Katakan padaku yang sebenarnya.

Pak, aku sangat terpukul dengan kematian istri dan anakku.

Orang yang bertanggung jawab atas kematian anakku...

Aku dalam situasi di mana aku tidak bisa menghukumnya.

Aku tidak pernah menyakiti siapa pun.

Satu demi satu, anak dan istri aku meninggal.

Pak, sekarang sudah jelas bahwa kematian Kokila adalah bunuh diri...

dia tidak akan kembali dari kematian.

aku mohon.

Tolong beri aku izin untuk melakukan ritual terakhirnya.

Eashwar...

jika aku hanya menjadi petugas Polisi.

- Sentil!
- Pak.

- Lanjutkan dengan ritual terakhirnya.
- Oke, Pak.

Ayo.

Dengar semuanya, sudah dipastikan itu bunuh diri.

Kau dapat melanjutkan dengan ritual terakhirnya.

Kami akan membawa almarhum ke kuburan.

Orang-orang yang belum memberi hormat, silakan maju.

Adik.

Adik?

Dimana Priya?

Priya-
- Aku pikir Priya...

Aku menyuruhnya mengambil air. Aku akan memeriksanya.

Eashwara, Priya hilang.

Apa kau yakin?

Aku memeriksa di mana-mana. Dia tidak terlihat.

Ayo cari!

Hei! Hei, Pandi!

Kawan, Eashwaran menuju ke sini.

Hei, di mana Naatrayan?

- Dimana dia?
- Harus ada di sini.

- Dia tidak ada. Katakan di mana dia?
- Aku bilang, aku tidak tahu.

- Katakan padaku, sialan.
- Hei, jangan main-main denganku.

- Aku bilang, aku tidak tahu.
- Katakan yang sebenarnya.

- Jangan lakukan itu Eashwara.
- Aku akan membunuhmu.

Katakan apa yang Naatrayan lakukan pada Priya?

Eashwara, itu tidak benar. Kau menyebabkan masalah yang tidak perlu.

Jangan main-main denganku.

Hei-
- Hei, jangan lakukan itu Eashwara.

- Jika tidak, aku akan membunuhmu.
- Eashwara, jangan lakukan itu.

Baik, aku akan memberitahumu.

Naatrayan menangkap Priya dan pergi ke hutan.

- Naatrayan!
- Hei!

Priya!

Hei!

Priya!

Priya!

Priya!

Priya!

Priya!

Priya!

Nak!

Kakak, tolong pergi dan cari dia di sisi lain.

Oke. Ayo pergi.

Apa yang kau lihat?

Kalian membunuh Kokila dan menganggapnya sebagai bunuh diri.

Demikian pula, aku akan membunuhmu...

bersalah membunuh Kokila,

kau bunuh diri. Aku akan menutup kasus yang menyatakan itu.

Katakan yang sebenarnya.

Sumpah, aku tidak ada hubungannya dengan kematian Kokila.

Tolong lepaskan aku.

Jangan terus mengulangi kebohongan yang sama.

Hei-
- Priya!

Jangan sakiti dia, Naatrayan!

Tolong jangan sakiti dia.

Aku akan mengakui kebenaran.

Aku membunuh Kokila.

Biarkan dia pergi!

Aku seharusnya sudah membunuhmu sejak lama.

Naatrayan, sebentar, dengarkan aku.

Hei!

Hei!

Ibu!

Hei, ayolah.

Aku berbohong untuk menyelamatkan hidupmu.

Ayo!

Eashwara, bawa dia pergi.

Ayo pergi!

Hei!

- Kakak!
- Hei, dia berubah menjadi monster.

Hei!

Naatrayan, Kau membuat kesalahan besar tanpa mengetahui apa yang sebenarnya.

Ibu!

Jangan lakukan itu.

Hei, kau sudah gila?

bodoh!

Hei, kenapa kau marah gila?

Tak satu pun dari kita bertanggung jawab atas kematian Kokila.

Kau bertanggung jawab penuh atas kematiannya.

Bertanya-tanya mengapa?

Anak kami meninggal pada 9 Maret.

Chitra meninggal pada hari yang sama.

Kau ingat?

kokila!

Apa yang salah denganmu?

Bukankah kau dan Chitra berteman baik?

Dia telah mencetak 87%.

Tapi Kau telah mencetak 17%.

Kau seharusnya malu dengan dirimu sendiri.

Berhenti menatap dan enyahlah!

- Sivakumar!
- Ya Bu.

Maafkan aku, Kokila. Aku tidak pernah menertawakanmu.

Hanya yang lain yang menertawakanmu.

Aku tidak ingin berbicara denganmu.

- Aku tidak melakukan kesalahan.
- Tolong tinggalkan aku sendiri.

Maaf, Kokila!

Ya Tuhan!

Oh, tidak, Chitra--

Kokila, jangan berisik.

Ssst... jangan berisik.

Hei, putar dengan baik.

Hei, lakukan dengan benar. Putar dengan baik.

Putar lebih cepat.

Hei, Pandi, aku akan membayarmu.

- Jangan bicara sepatah kata pun.
- Baiklah.

- Jika kau mengucapkan sepatah kata pun ...
- Aku bersumpah, aku tidak akan membicarakannya.

Naatrayan-lah yang mengubur kebenaran ini.

Sejak hari itu setiap kali aku bertemu kakak, Papathi...

Aku selalu merasa sangat bersalah.

Papathi, yang membesarkanku selama masa kecilku.

Papathi telah memberiku makan lebih dari yang ibuku berikan.

Hati nurani yang bersalah itu, membunuhku setiap hari.

koki...

tidak ada hubungan dengan kematian putrinya dan kematian anak kami.

Itu terjadi secara alami.

Itu bukan kebenaran.

Itu tidak terjadi secara alami.

Tuhanlah yang menghukumku karena dosa-dosaku.

Tuhan menghukumku karena dosa-dosaku.

9 Maret, adalah saat Chitra meninggal.

Anak kami meninggal pada tanggal yang sama.

Tepat di tanggal yang sama.

Bukan kebetulan jika anak kita meninggal di hari yang sama.

Dengan menghukum anakku...

Tuhan telah menghukumku karena dosa-dosaku.

Aku bertanggung jawab atas kematian anak kita.

Aku membuat kesalahan besar ini.

Sejak hari itu, Kokila mengalami depresi dan tidak pernah makan apapun.

Kami membawanya ke dokter.

Dokter meresepkan obat tidur untuk mengatasi stresnya.

Dia meminum pil selama dua puluh hari terakhir, karena itu membantunya tidur.

Tapi pada malam itu...

kami tidak pernah berharap dia menggunakan semua pil sekaligus.

Kau mengubur kebenaran tentang Kokila yang menekan Chitra.

Itu adalah kesalahan terbesar yang kau lakukan.

Jika Kau telah memberinya kesempatan untuk mengaku...

itu akan berakhir dengan hukuman kecil.

Dia bunuh diri karena hati nurani yang bersalah.

Kau salah satu alasan dia bunuh diri.

Kaali, kakak!

Oh tidak!

Hentikan kendaraannya.

Pak ingin bicara. Berhenti.

Pak, Eashwaran udah datang.

- Salam, Pak.
- Eashwaran, apa kabar?

- Bagaimana Priya?
- Dia baik-baik saja.

Kau sudah menikah?

Tidak, belum.

Priya adalah hal yang buruk, dia jiwa yang baik.

Jika kau terus bertanya-tanya apa yang orang mungkin katakan...

kita tidak pernah bisa menjalani kehidupan yang damai.

Jangan tunda terus.

Jangan buang waktumu. Segera menikah.

Meski aku tak peduli...

Jika aku tidak tahu jawaban atas beberapa pertanyaan,

Aku tidak pernah bisa tidur dengan tenang.

Aku harap kau mengerti apa yang coba aku maksudkan.

Setidaknya katakan yang sebenarnya sekarang.

- Kau serius?
- Kau mendengarnya dengan benar, Eashwara.

Aku kesal dengan Naatrayan karena memukulku...

jadi aku mengaku kepada Muthu, bahwa kematian Chitra bukanlah kecelakaan,

tapi didorong oleh Kokila. Aku mengatakan yang sebenarnya saat aku sedang mabuk.

Kenapa kau kemari?

Kau seharusnya datang ke kantor polisi. Ini, dua ribu rupee.

- Kau hanya punya ini?
- Hei!

Aku akan memenjarakanmu.

Paham?

Enyah!

Kalian mendapat kesan bahwa Chitra meninggal dalam kecelakaan.

- Ya!
- Tapi dia tidak mati dalam kecelakaan.

- Lalu bagaimana?
- Dia meninggal, karena Kokila mendorongnya

Untuk menyembunyikan kebenaran ini darimu...

Naatrayan telah mengancamku.

Maafkan aku karena telah menyembunyikan kebenaran ini darimu.

Tolong maafkan aku.

- Aku diberitahu bahwa kau tidak menyusui.
- Ya.

Ini apel gunung, ambil.

- Giling halus biji ini.
- Oke.

Kemudian tambahkan empat potong apel dan minum.

Kau akan menyusui dengan baik.

Itu berhasil untuk istriku.

- Jangan abaikan metode ini.
- Terima kasih, Muthu.

- Aku pergi.
- Oke, Muthu.

Muthu berencana membunuh Kokila pada tanggal yang sama, 9 Maret.

Dia tidak pernah berharap bahwa anak itu akan mati.

Dia tidak pernah mengharapkan anakmu mati.

Aku juga tidak, Eashwara!

Aku juga salah satu penyebab kematian anakmu.

Hati nurani yang bersalah membunuhku dari hari ke hari.

Itu telah membunuhku.

Maafkan aku, Eashwara.

Priya temui aku di belakang rumah.

Ada apa, bu?

Priya, Naatrayan telah menyelidiki semua orang.

Dia pasti akan menyelidikimu juga.

Tidak peduli apa yang terjadi, dia seharusnya tidak tahu tentang pembunuhan itu.

- Mengapa?
- Pahami!

Tolong pahami situasinya, Priya.

Jika Naatrayan mengetahui bahwa Muthu berencana untuk membunuh, Kokila...

tetapi anak itu meninggal dalam prosesnya.

Naatrayan pasti akan membunuh Muthu.

Dia penyebab kematian anakmu.

Juga, dia salah satu alasan mengapa istrimu meninggal juga.

Mengapa kau membiarkan dia pergi tanpa hukuman?

Jika aku telah mengakui kebenaran, kau akan sudah menangkap, Muthu.

Kak papathi telah kehilangan putrinya...

akan kehilangan putra satu-satunya juga.

Dan istri dan anak Muthu akan menjadi yatim piatu.

Jika mereka tahu bahwa istriku bertanggung jawab atas kematian Chitra...

itu akan merusak reputasi mendiang istriku.

Orang-orang akan mencapnya sebagai seorang pembunuh.

Jadi, aku memutuskan untuk menghukumnya saja, Muthu.

Orang yang telah melakukan kejahatan, tidak dapat menjalani kehidupan yang damai.

Hati nurani mereka yang bersalah akan membunuh mereka dari hari ke hari.

Sama seperti bagaimana Kokila pantas menerima hukumannya...

sama, Muthu akan dihukum juga.

Ayah, aku pergi.

Hati-hati.Kau sudah makan?

Ujian dengan baik.

- Sampai jumpa, ibu
- Sampai jumpa, sayang.

- Aku akan mengirimkan makan siangmu.
- Oke, ibu.

Hei, siapa yang menabrak anak itu?

Hei, berhenti di situ. Hei!

Hei, berhenti di situ. Jangan pergi.

Jangan pergi, sialan.

Ya Tuhan, tolong selamatkan anakku.

Dokter, bagaimana putriku?

Maaf, putrimu kehilangan banyak darah.

Ada gumpalan di otaknya.

Sejujurnya, dia dalam kondisi kritis.

Sebagai seorang dokter, aku seharusnya tidak mengatakanya.

Aku beriman pada Tuhan, tolong doakan dia.

Ya Tuhan!

Kami tidak pernah menyebabkan kerugian bagi siapa pun.

Mengapa kita dihukum?

Tuhan, ambillah nyawaku untuk dosa-dosa yang telah kulakukan.

Tolong jangan menghukum anakku.